You are currently viewing Jong Sumatranen Bond

Jong Sumatranen Bond

  • Post author:
  • Post category:Sejarah

Pemuda-pemuda yang berasal dari daerah Sumatra, juga ikut mendirikan organisasi untuk menyatukan para pemuda yang berasal dari daerah itu. Mengikuti Jejak murid-murid Jawa dari sekolah menengah, murid-murid Sumatra pada tanggal 2 Desember 1917 mendirikan Jong Sumatranen Bond di gedung STOVIA. Organisasi ini didirikan di Jakarta, dan mempunyai cabang diluar Jawa yaitu Padang dan Bukittinggi.

Maksud dan tujuannya antara lain ialah memperkokoh hubungan ikatan diantara murid-murid yang berasal dari Sumatra dan menanamkan keinsyafan bahwa mereka kelak akan menjadi pemimpin, disamping itu juga ikut membangunkan perhatian dan mempelajari kebudayaan Sumatra.

Walaupun perkumpulan pemuda tidak bersifat politik, tetapi pemerintah Hindia Belanda mencurigai dan bersikap sinis terhadap gerakan pemuda ini, keadaan ini lebih dirasakan lagi diluar Jakarta.

Pada tahun 1918 Pemuda Bahder Djohan dilantik menjadi sekertaris Jong Sumatranen Bond cabang Padang. Disekolahnya dia diejek oleh gurunya orang Belanda, dengan menggambarkan seorang anak berjalan didepan memegang bendera. Guru itu berkata ini Bahder Djohan memegang bendera bangsanya, anak-anak lain bersorak dengan riuh rendah dan Bahder Djohan merasa sangat dihina sekali dengan ejekan itu ( Lihat 40 h.6 ). Ejekan semacam ini juga sering dialami oleh tokoh-tokoh pemuda lainnya tetapi semangat mereka tidak mundur. Kemudian Jong Sumatranen Bond mengadakan kongresnya yang pertama di padang ( Juli 1921). Tetapi walaupun begitu tempat bekerja para anggota terutama dipulau Jawa, tempat belajar anggota-anggota terbanyak tokoh-tokoh dari Jong Sumatranen Bond adalah : Moh. Hatta, Moh Yamin, M. Tamzil, Bahder Djohan, Assat, Amir, Abu Hanifah dan A.K Gani.

Karena kebanyakan pemimpin-pemimpin Jong Sumatranen Bong ada di Jakarta bahkan ada diantaranya yang sekolah kenegeri Belanda, maka mereka lebih cepat menanggalkan baju daerahnya dan menggantikannya dengan baju Indonesia.

Moh Hatta kemudian ikut memimpin Indische Vereeninging yang kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia ( P.I ) di negeri Belanda, Abu Hanifah kemudian ikut menjadi anggota perkumpulan “Langen Siswo” dari Jong Java.

 

Sumber : Buku Peranan Kramat Raya