You are currently viewing Aktivis Persatuan Pemuda RM. Joesoepadi Danoehadiningrat (4). “Pemuda Indonesia”

Aktivis Persatuan Pemuda RM. Joesoepadi Danoehadiningrat (4). “Pemuda Indonesia”

  • Post author:
  • Post category:Sejarah

Setelah lulus AMS pada tahun 1927, R.M. Joesoepadi Danoehadingrat melanjutkan sekolah ke Batavia (Jakarta). Di Batavia Joesoepadi melanjutkan  pendidikannya di  Recht Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum)  di Batavia (Jakarta).

Pada awal kedatangannya ke Batavia  Joesoepadi indekost di indekost di gang Bluntas, Salemba. Di tempat kost itu ia tinggal di rumah Ibu Dono (Wedono) istri ke 2 dari Wedono. Banyak anak-anak bangsawan dari keraton Kesultanan Yogyakarta yang indekost ditempat tersebut.

Pendirian perguruan tinggi di Hindia Belanda bermula pada tahun 1920 ketika sejumlah perusahaan yang tergabung dalam Koninklijk Institute voor Hooge Technisch Onderwijs in Nederlandsch Indiȅ  melakukan terobosan dengan mendirikan lembaga pendidikan teknik tinggi dengan nama Technische Hoogeschool (THS/ Sekolah Tinggi Teknik). Pada tahun 1924 pengelolaan perguruan tinggi yang ada di Bandung itu diambil alih pemerintah Hindia Belanda dari kepemilikan swasta. (Moestoko, 1985: 33).

Bersama dengan pengambilalihan THS, pemerintah Hindia Belanda membuka Rechts Hoge School (RHS/ Sekolah Tinggi Hukum) yang menerima lulusan AMS dan HBS.  Pendirian RHS merupakan peningkatan dari Rechts School (RS/ Sekolah Hukum) yang menerima lulusan ELS dengan lama belajar 3 tahun.

Di lingkungan kampus RHS, R.M. Joesoepadi Danoehadiningrat bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan pemuda pada saat itu; seperti Mohammad Yamin, Soegondo Djojopoespito dan Soediman Kartohadiprodjo. Selain itu wawasan Joesoepadi pun semakin berkembang, ia mulai mengenal gerakan politik  yang bersifat nasional. Keyakinan politik nasional dalam diri Joesoepadi muncul karena pengaruh dari Partai Nasional Indonesia yang dipimpin Ir. Soekarno.

Selama kost di gang Bluntas, Joesoepadi tumbuh menjadi pemuda yang sibuk. Kesibukannya terjadi karena selain menempuh pendidikan di bangku kuliah, ia pengurus cabang Batavia dua organisasi pemuda yaitu Jong Java dan Pemuda Indonesia. Pada saat itu apabila seseorang aktif dalam beberapa organisasi pemuda dapat diperbolehkan karena tidak melanggar aturan organisasi tersebut.

Bergabungnya Joesoepadi dalam organisasi Pemuda Indonesia selain rasa nasionalisme yang tertanam dalam dirinya, juga disebabkan sikapnya yang terbuka dan senang berbaur dengan pemuda lain daerah. Pada awalnya organisasi Pemuda Indonesia didirikan oleh pemuda-pemuda di Bandung yang merasa dirinya semata-mata orang Indonesia.  Atas dorongan Mr. Sartono dan Mr. Soenario (Bekas anggota pengurus Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda), maka pada tanggal 20 Februari 1927 oleh pemuda-pemuda Bandung itu didirikan “Jong Indonesia”. Nama ini dalam kongres pertama Desember 1927 diubah menjadi “Pemuda Indonesia”. Dalam kongres itu anggaran dasar ditetapkan dan sebagai tujuan disebutkan menyebarkan dan memperkuat cita-cita kebangsaan Indonesia pada rakyat Indonesia, sesuai dengan tujuan Perhimpunan Indonesia  (PI). Usahanya antara lain dengan jalan bekerjasama dengan perkumpulan pemuda lain, memajukan “Kepanduan Bangsa Indonesia” National Padvinders Organisatie (NPO) oleh Mr. Soenario dan berolahraga bersama.

Organisasi Pemuda Indonesia pada kongres pertamanya memutuskan untuk memakai Bahasa Indonesia (Melayu) sebagai bahasa bersama. Sejak itu pemakaian Bahasa Indonesia dengan cepat tersebar di seluruh kota di Jawa yang terdapat cabang Pemuda Indonesia. Tokoh-tokoh Pemuda Indonesia antara lain Soegiono, Soenardi Moeljadi, Soepangkat, Agoes Prawiranata, Soekamso, Soelasmi, Katjasungkana dan Abdoelgani. Ketua pertama adalah Soegiono. Cabang Jakarta dan Bandung mempunyai bagian pemudi yang diberi nama “Putri Indonesia”. R.M. Joesoepadi Danoehadiningrat aktif dalam organisasi Pemuda Indonesia cabang Jakarta.

Meskipun tidak ikut dalam praktek politik, jiwa para anggota Pemuda Indonesia termasuk Joesoepadi penuh dengan cita-cita politik dan sangat mendorong ke arah pemakaian bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Persatuan batin dengan Partai Nasional Indonesia ( PNI ) dan pemimpin-pemimpinnya tidak disembunyikan dan dikatakan dengan terus terang.

Umumnya keanggotaan Pemuda Indonesia terdiri dari murid-murid sekolah AMS, tetapi terdapat pula mahasiswa-mahasiswa dari THS di Bandung, STOVIA dan RHS di Jakarta. Pemuda Indonesia sudah berpegang pada pengertian nasionalisme yang mencakup seluruh Indonesia, tidak lagi terbatas pada pulau-pulau atau daerah. Pemuda Indonesia juga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar yang berasal dari Bahasa Melayu itu, dengan demikian organisasi tersebut sudah bekerja untuk menyatukan suku-suku bangsa di Indonesia.

Pada tahun 1929 para pemuda nasionalis di wilayah Asia Fasifik mengadakan kongres di Batavia. Kongres itu mengundang organisasi Pemuda Indonesia untuk mewakili organisasi pemuda Indonesia. Pemuda Indonesia mengutus R.M. Joesoepadi Danoehadiningrat untuk hadir pada kongres tersebut.

sumber : Aktivis Persatuan Pemuda: R.M. Joesoepadi Danoehadiningrat. Cetakan Kedua. Diterbitkan oleh Museum Sumpah Pemuda 2010.