You are currently viewing Setelah Merdeka, Apalagi?

Setelah Merdeka, Apalagi?

Oleh: Aishya Rannan Elysia

Juara I Lomba Penulisan Esai Tk. SMA/Sederajat Sejabodetabek

SMA Labschool Kebayoran Baru

I.   PENDAHULUAN

Sudah hampir 73 tahun sejak bangsa ini berhasil meraih kemerdekaannya. Sebuah pencapaian yang tidak dapat dipisahkan dari perjuangan para pemuda Indonesia yang tak kenal menyerah. Bisa dipastikan bahwa bangsa ini berhutang pada perjuangan pemuda dari masa ke masa. Kita sebagai generasi muda yang hidup di zaman ini, adalah pemuda penerus bangsa yang diharapkan bisa memimpin perkembangan Indonesia di masa mendatang. Akan tetapi, faktanya membuktikan bahwa karakter dan perilaku generasi muda zaman sekarang cenderung memprihatinkan bagi kelangsungan hidup masa depan bangsa ini. Tawuran antar sekolah, menyontek, dan juga pergaulan bebas menggerogoti kehidupan remaja layaknya rayap. Dengan mentalitas seperti itu, bagaimana bisa kita menghormati perjuangan para pahlawan yang telah memerdekakan bangsa ini? Perlu diingat bahwa ada banyak faktor yang menyebabkan perubahan pada gaya hidup dan perkembangan generasi muda zaman sekarang. Salah satunya adalah globalisasi yang memberikan akses informasi tak terhingga bagi siapa saja, dengan mudah memercik perpecahan dan apatisme. Lantas di era teknologi ini, masihkah pemuda memiliki semangat nasionalisme untuk berperan dalam mengisi kemerdekaan Indonesia?

II.    PEMBAHASAN

  1. PERAN GENERASI ZAMAN NOW

Menurut Prof. Dr. Sartono Kartadiharjo, jika ditinjau dari dimensi waktu, semua yang ada pada sebuah lokasi sosial dapat dipandang sebagai generasi. Pernyataan ini disempitkan oleh Wikipedia menjadi orang-orang yang terlahir dari tahun 1995-2013. Hal ini berarti masyarakat generasi zaman now yang tertua berusia 23 tahun, dan yang termuda berusia 5 tahun. Tidak jauh berbeda, menurut undang-undang nomor 40 tahun 2009 tentang kepemudaan, yang dimaksud dengan pemuda adalah warga Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Para ahli sebenarnya juga masih kebingungan tentang asal mula julukan generasi zaman now ini, karena kemunculannya mulai terlihat sejak diperuntukkan untuk menyindir kelakuan remaja zaman sekarang yang sudah melewati batas wajar.

Berbeda dengan generasi dulu, remaja zaman sekarang memiliki akses yang mudah ke dunia maya. Tak jarang mereka menjadi ketagihan dengan gadget dan smartphone mereka. Menurut artikel Kompas, generasi zaman now memiliki rentang perhatian yang pendek, budaya membaca yang buruk, dan sikap yang terlalu ekspresif. Tersedianya internet dan media sosial memberikan kesempatan yang luas bagi remaja untuk menyampaikan pendapatnya dan bersosialisasi. Namun, hal ini juga menjadi jalan masuk budaya asing yang berangsur menggantikan budaya tradisional Indonesia sendiri.

Belum lagi terbukanya kesempatan bagi para kriminal dunia maya untuk mencari korbannya. Rusaknya generasi muda saat ini juga ditandai dari lunturnya nilai-nilai moral yang menuntun kehidupan mereka. Diawali dari hilangnya budaya malu. Mereka tak lagi segan-segan memakai pakaian terbuka untuk menunjukkan elok tubuhnya, tak lagi malu membeli satu bungkus rokok di sebuah supermarket, tak lagi ragu untuk terjun kedalam pergaulan bebas dan narkotika. Para kaum LGBT yang mengancam nilai-nilai religus Pancasila juga mulai menunjukkan perlawanan mereka. Semua ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan hidup para remaja zaman sekarang. Mereka tak sadar bahwa moral bangsa ini hancur secara perlahan.

Bung Karno pernah berkata “beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Kalimat tersebut mencerminkan kesadaran beliau akan pentingnya kedudukan dan peranan pemuda bagi kemajuan suatu bangsa. Sebagai prespektif, berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah pemuda Indonesia yang berusia 16-30 tahun adalah 26,2% dari total penduduk Indonesia, sedangkan untuk usia 0-15 tahun adalah 28,2%. Maka, setelah digabungkan jumlah penduduk yang berusia 0-30 tahun menjadi sebesar 55% dari 252,2 juta penduduk Indonesia (Ritonga, 2015). Dengan jumlah yang lebih dari setengah masyarakat, generasi zaman now memegang kendali yang sangat besar bagi nasib bangsa ke depannya. Sejarah telah membuktikan bahwa pemuda berhasil membawa bangsa ini melalui perjuangan dan perlawanan terhadap tirani, kemiskinan, dan kebodohan. Karena itu, penting bagi kita semua untuk memastikan bahwa generasi muda memiliki pendidikan karakter yang baik serta dapat dijadikan teladan bagi generasi selanjutnya.

  1. GENERASI MUDA DAN KEMERDEKAAN

Dari zaman penjajahan, bangsa lain sudah sadar akan kekuatan pemuda jika sudah memperjuangkan sesuatu. Salah satu peristiwa yang menggambarkan bagaimana semangat nasionalisme pemuda zaman dulu dapat menuntun bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya adalah Sumpah Pemuda. Peristiwa yang dipelopori oleh Angkatan 28 ini menghasilkan sebuah batu loncatan besar bagi upaya persatuan nasional. Dua tahun sebelumnya juga telah dibuat Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), yang berfungsi untuk menggalang persatuan dari seluruh organisasi pemuda demi berjuang melawan penjajahan Belanda. Angkatan 45 juga menunjukkan kekuatannya saat para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, yang berbuah kemerdekaan Indonesia. Lalu ada Angkatan 66 yang berhasil mengakhiri Orde Lama dan juga Angkatan 98 yang mampu menggantikan Orde Baru.

Mereka melakukan semua itu semata-mata karena kecintaan mereka kepada tanah air. Mereka bersatu atas dasar keinginan bersama untuk merdeka. Keberhasilan mereka menumpas ancaman yang ada di depan mereka menjadi bukti bahwa generasi muda adalah frontman atau pemimpin bangsa ini dalam menghadapi perubahan dunia. Sejarah panjang gerakan pemuda dan mahasiswa seharusnya menjadi peringatan kepada generasi muda bahwa mereka harus berubah. Mereka adalah cerminan suara rakyat Indonesia, kesejahteraan bangsa ini ada di tangan mereka.

  1. PERJUANGAN PASCA KEMERDEKAAN

Indonesia telah merdeka sekarang, bahkan sudah ada banyak organisasi internasional yang bertujuan untuk menjaga perdamaian antara negara-negara. Namun, apakah itu berarti Indonesia bebas dari ancaman? Tentu saja tidak. Walaupun proklamasi telah dikumandangkan, masih saja ada upaya untuk memecah belahkan bangsa ini. Terorisme, kesenjangan ekonomi, korupsi, dan narkoba masih saja menghambat kemajuan bangsa ini. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN), pada 2016 tercatat sebanyak 5.1 juta orang Indonesia yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba, dan 15 ribu jiwa meninggal per tahunnya. Meningkatnya orang yang menggunakan media sosial juga memberikan kesempatan bagi kejahatan siber untuk muncul dan membahayakan kehidupan remaja. Semua ini adalah tantangan bagi generasi muda untuk memperbaiki kehidupan bangsa Indonesia.

Untuk melawan semua ancaman yang ada di tanah air, generasi muda harus menyadari peran mereka dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Para remaja harus dapat memperbaiki diri mereka, dan mengubah jalan nasib bangsa ini kedepannya. Mulai dari belajar yang giat, aktif di organisasi dalam dan luar sekolah, hingga mengikuti Olimpiade Sains Nasional. Sebagai generasi yang sudah menikmati kemerdekaan, kita harus fokus pada keahlian kita masing-masing agar dapat membantu membangun Indonesia sesuai dengan bidang yang kita minati. Pemerintah mendukung hal ini dengan cara mengupayakan wajib belajar 12 tahun. Berawal dari Sekolah Dasar, SMP, lalu SMA. Jiwa pemuda perlu mendapatkan arahan dan bimbingan secara terus menerus agar bisa menjadi pribadi yang kelak mampu memimpin bangsa.

Selain pendidikan formal, pendidikan karakter juga penting untuk memastikan akhlak remaja baik dan kuat. Akhlak dan moral jugalah yang sangat diperlukan oleh remaja zaman sekarang. Menurut Anwar (2010), karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus, yang terbentuk dalam kehidupan individu dalam menentukan sikap dan mengadakan reaksi terhadap rangsangan tanpa mempedulikan situasi dan kondisi. Pendidikan karakter itu yang membuat para pahlawan kemerdekaan berhasil mengibarkan bendera merah putih di tiang tertinggi. Karakter mereka telah ditempa selama bertahun-tahun dengan tekanan dan semangat juang yang tinggi. Hal tersebut berperan sebagai fondasi remaja dalam bermasyarakat. Jika karakter saja sudah lemah, sudah pasti otaknya juga.

Generasi muda adalah generasi yang mempunyai banyak energi. Selalu siap melakukan sesuatu dengan semangat yang berkobar. Kita tidak dibuat untuk diam di tempat dan menjadi penonton. Kita selalu diselimuti keinginan untuk terlibat, untuk mengambil tindakan. Itulah kenapa, jika tidak dididik dengan baik, remaja akan kehilangan arah dan malah menjadi ancaman bagi negara ini sendiri. Remaja adalah bentuk perwakilan bangsa Indonesia, penting bagi mereka untuk menjadi seseorang yang berkualitas. Tentu saja, membentuk individu yang  berkualitas, baik secara intelektual, emosional, dan sosial bukan suatu hal yang dapat dicapai dalam waktu yang singkat. Hal tersebut memerlukan suatu proses panjang yang melibatkan peran lingkungan, terutama keluarga, dari individu tersebut lahir sampai mencapai usia dewasa. Bung Tomo pernah berkata, jika Pancasila disatukan dalam satu, itu akan menjadi gotong royong. Karena itu, jika kita semua mau bekerja sama untuk memperbaiki diri sendiri dan pantang menyerah, tidak ada hal yang tidak mungkin.

III.    KESIMPULAN

Kemerdekaan Indonesia seharusnya tidak dirayakan pada tanggal 17 Agustus saja. Tetapi, setiap hari kita menjejakkan kaki di tanah ini adalah sebuah selebrasi dari semua perjuangan tokoh-tokoh yang berjasa bagi kemerdekaan Indonesia tercinta ini. Nasionalisme, integritas, gotong royong dan ketuhanan merupakan tonggak berdirinya negara Indonesia. Tanpa pemuda dan pemudi yang sadar akan pentingnya nilai-nilai tersebut maka tidak akan ada bendera merah putih yang berkibar tinggi. Sesungguhnya kita sebagai generasi muda memiliki kewajiban untuk terus melestarikan nilai-nilai Pancasila yang dicetuskan oleh bapak proklamator Indonesia. Kita harus bisa membuktikan bahwa Indonesia dapat menjadi lebih baik lagi dengan generasi Zaman Now sebagai pepimpinnya. Kibarkan terus semangat ’45 di dalam hati, karena Indonesia akan terus berjaya.

Dulu, pahlawan kita sudah bersusah payah untuk memerdekakan bangsa ini. Semua perjuangan butuh keringat, air mata, dan darah yang mengucur sebagai bentuk pengorbanan tak kenal menyerah dari generasi terdahulu. Sudah sepatutnya kita menghormati jasa para pahlawan kita dengan meneruskan perjuangan mereka. Kita bisa mulai dari hal-hal yang sederhana. Tidak perlu menculik pimpinan negara sebagai bentuk ketidakpuasan, atau meniupkan peluit tanda tidak setuju. Cukup berdiri sikap sempurna dan mengikuti upacara dengan khidmat. Cukup memilih untuk mengerjakan soal dengan jujur disaat orang lain menyontek. Cukup menjadi diri sendiri dan bangga akan hal itu. Semua hal kecil yang dilakukan sepenuh hati pasti akan berbuah menjadi sesuatu yang luar biasa. Pada akhirnya, bangsa yang melupakan sejarahnya merupakan bangsa yang gagal.

DAFTAR PUSTAKA 

Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A. Salam. 2015. Membumikan Pendidikan karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral. Jakarta: CV. Suri Tatu’uw

Kartodirjo, Sartono. 1987. Pengantar Sejarah Indonesia Baru. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Yudi Hertanto. 2018. “Menelaah Generasi Baru, “Kids Zaman Now”. Kompasiana, 16 Januari 2018. https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja. Diakses pada 10 April 2018