Diskusi “Peranan Museum Dalam Pendidikan”

Museum Perumusan Naskah Proklamasi menyelenggarakan Diskusi “Peranan Museum Dalam Pendidikan” pada Rabu tanggal 24 September 2014 di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Kegiatan ini bertujuan untuk :
1. Menyebarluaskan informasi tentang keberadaan Museum Perumusan Naskah Proklamasi
2. Menunjang pendidikan formal dan berperan aktif di dalam proses belajar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, serta menanamkan rasa cita museum agar bangga terhadap Negara dan Bangsa Indonesia
3. Memberikan pengajaran dan pelayanan seoptimal mungkin kepada peserta diskusi
4. Membina kerjasama antara sekolah, kampus dengan museum
5. Memanfatkan museum sebagai sumber pembelajaran agar mampu meningkatkan kualitas pendidikan.

Peserta yang hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan ini sebanyak 105 peserta yang terdiri dari perwakilan Guru di Sekolah SMA, SMP, SD dan TK di wilayah DKI Jakarta, Perwakilan dari MGMP di DKI Jakarta, Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Kepala Museum Sumpah Pemuda, Kepala Museum Basoeki Abdullah dan Pemerhati Museum.

Kegiatan ini diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, Laporan Panitia yang disampaikan oleh Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman dalam hal ini diwakili oleh Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi Dra. Huriyati, MM sekaligus membuka acara secara resmi.

Acara diskusi ini dipandu oleh moderator Bapak Dirgantara Wicaksana. Pembicara I yaitu Bapak Prof. Dr. Wardiman Djojonegoro mengawali paparannya dengan melihat dari sudut pandang kunjungan sekolah ke museum. Eileen Hooper-Greenhill dalam bukunya yang berjudul Museum dan Gallery Education (1991.120-122) dan Timoty Ambrose dan Crispin Paine dalam bukunya Museum Basics (2006.50-52), menyebutkan bahwa ada tiga komponen utama dalam kegiatan kunjungan ke museum, adanya aktifitas setelah kunjungan.

Kegiatan persiapan idealnya dilakukan di kelas (di sekolah) sebelum kunjungan ke museum di laksanakan. Kegiatan kunjungan ke museum tidak hanya berupa tur pemanduan keliling museum secar satu arah atau mengerjakan LKS saja. Kegiatan kunjungan sekolah di museum seharusnya bervariasi, dapat berupa diskusi, memegang koleksi museum tertentu, membuat kerajinan tangan atau percobaan, bermain peran, bahkan memecahkan masalah melalui berbagai permainan.

Pembicara 2 yaitu Ibu Ajeng Ayu Arainikasi, S.Hum, M.Arts menyampaikan paparannya dengan tema “Apresiasi Museum di Ranah Pendidikan”. Pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyarankan kepada sekolah-sekolah agar kunjungan ke museum di buatkan RAKS yang dapat dipertanggungjawabkan.

Kegiatan ini diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik antara museum dengan sekolah. Guru-guru yang ada disekolah diharapkan dapat membawa siswanya berkunjung ke museum. Museum sebagai institusi yang memiliki peranan dalam pendidikan, penting untuk mengubah cara menghadapi kunjungan siswa sekolah ke museum. Idealnya museum mengembangkan beberapa program edukasi yang dapat dipilih oleh sekolah sesuai dengan kebutuhannya, juga sesuai dengan tingkat pendidikan siswa. Bahkan, museum mengikuti program edukasi yang berkaitan dengan kurikulum sekolah. Dengan demikian, sekolah akan merasa perlu datang ke museum karena kebutuhannya dapat terpenuhi oleh museum.

diskusi peranan pendidikan