You are currently viewing [BERBENAH : Ichiki Tatsuo]

[BERBENAH : Ichiki Tatsuo]

Ichiki Tatsuo lahir di Taraki, prefektur Kumamoto, Kyushu pada 1906. Dia adalah anak ketiga dari enam bersaudara dan meskipun keluarganya miskin, dia adalah keturunan dari penguasa feodal abad pertengahan. Orang tuanya bercerai selama masa kecilnya. Dia tumbuh selama masa transisi dari periode Taisho yang lebih demokratis ke periode awal Shōwa yang totaliter.

22 Januari 1928, Ichiki berangkat ke Palembang untuk mencari kehidupan baru yang lebih baik. Ia kemudian bekerja di studio foto milik Miyahata Seiichi, salah satu pemimpin komunitas Jepang di sana. Setelah 6 tahun, ia kemudian pindah ke Bandung lalu sempat kembali ke Jepang pada 1938.

Pada saat Perang Pasifik pecah, Tatsuo bergabung dengan tentara Angkatan Darat ke-16 dan turut mendarat di Jawa. Pada Oktober 1943, ketika Pembela Tanah Air (Peta) dibentuk, Ichiki dipekerjakan sebagai petugas yang menerjemahkan manual tentara Jepang dan menjadi editor majalah Heiho, Pradjoerit. Ichiki juga pernah menjadi Pemimpin Redaksi Asia Raya. H. Agus Salim, seorang tokoh nasionalis memberinya julukan Abdul Rachman karena kecenderungan Tatsuo yang pro-Indonesia

Pada masa perang kemerdekaan, ia memimpin Pasukan Gerilya Istimewa di sekitar Malang, Jawa Timur. Pasukan yang dibentuk pada 1948 ini merupakan satuan khusus di bawah militer Indonesia yang beranggotakan sekira 28 orang tentara Jepang yang bersimpati pada perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka disebut “zanryu nihon hei” atau “prajurit yang tertinggal”.

9 Januari 1949, desa Dampit menjadi saksi terbunuhnya Ichiki dalam serangan mendadak Operasi Kraai yang dilakukan oleh Belanda. Setelah kematiannya, pada 1958 Sukarno mengirimkan surat kepada Shigetada Nishijima sebagai penghargaan untuk Tatsuo dan Yoshizumi. Sebuah monumen kecil kemudian didirikan di kuil Seisho-ji di Minato, Tokyo dengan tulisan : “Kepada sdr. Ichiki Tatsuo dan sdr. Yoshizumi Tomegoro. Kemerdekaan bukanlah milik suatu bangsa saja, tetapi milik semua manusia. Tokyo, 15 Februari 1958. Soekarno.”

Materi & Desain Visual @ombalee
(S-1 Ilmu Komunikasi Universitas Sahid Jakarta)

#BerbenahDiMunasprok