Kiai Haji Syamún: Pahlawan Banten yang Tak Pernah Berhenti Bergerilya

0
2098

Kiai Syamún merupakan seorang ulama besar berpangkat Brigjen dari Banten yang dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional pada 8 November 2018. Nama KH Syamún kini setara dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa dan Safrudin Prawiranegara, dua tokoh Pahlawan Nasional dari tanah Banten. KH Syamún dilahirkan dari pasangan H Alwiyan dan Hj Hajar Syam pada 5 April 1894 di Kampung Beji, Desa Bojonegara, Serang, Banten. KH Syamún masih keturunan dari KH Wasyid, tokoh Geger Cilegon 1888 yang berperang melawan penjajah. Saat berusia 11 tahun, KH Syamún menempuh pendidikan di Masjidil Haram, Makkah pada 1905-1910, kemudian ia melanjutkan ke Cairo University pada 1910-1915. Setelah kembali ke Indonesia, KH Syamún kemudian mendirikan Pondok Pesantren Al-Khairiyah di Cilegon, Banten.

Kemudian, pada masa pendudukan Jepang, KH Syamún bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA), sebuah gerakan pemuda bentukan Jepang. Kemudian ia menjadi Brigade I Tirtayasa Badan Keamanan rakyat (BKR) yang kemudian kini berubah menjadi TNI Divisi Siliwangi. Karena jasanya dalam menumpas Gerakan Dewan rakyat pada Oktober 1945. Pada 1946, KH Syamún diangkat menjadi Bupati Serang. Namun, jabatan sebagai Bupati Serang, tidak membuatnya berhenti berjuang di medan perang.

 

 

 

 

 

Pada saat Agresi Militer Belanda II pada 1948-1949, KH Syamún ikut bergerilya ke Gunung Cacaban di Anyer. Terjadi perlawanan sengit antara tentara RI dan pasukan Sekutu. Pada 23 Desember 1948, KH Syam’un ditangkap Belanda, namun keesokan harinya dapat meloloskan diri dan bergabung dengan Markas Gerilya sector I wilayah Gunungsari. Tepat ditengah medan gerilya, pada pukul 09.00 WIB, 28 Februari 1949 KH Syam’un meninggal dunia. Kemudian dikebumikan pada hari yang sama di pemakaman umum Kampung Kamasan.

(Untari)