Diskusi “Teh Dari Dinasti ke Masa Kini “

0
713

Museum Kebangkitan Nasional mengadakan diskusi dengan tema “Teh Dari Dinasti ke Masa Kini” pada Minggu, 25 November 2018 pukul 13.00 sampai dengan 17.00 WIB. Diskusi berlangsung di Auditorium Museum Kebangkitan Nasional dengan narasumber Bapak Prawoto Indarto (Tea & Coffe Advosory) dan moderator Diyah Wara.

Sejarah panjang teh di mulai di China sekitar 4500 tahun yang lalu. Pada masa itu Dinasti Zhou (1115 SM) – ER YA, menggunakan teh sebagai obat, sedangkan mulai dikenal sebagai minuman di masa Confusius (551-479 SM). Kemudian pada masa Dinasti Han, teh diejakan secara lisan sebagai “jia” yang artinya “minuman dengan rasa pahit.” Kemudian dalam dialek Fujian dilafalkan Tey, kemudian di Portugis dikenal dengan Tee, di Inggris dikenal dengan Tea, Belanda menyebutnya Thee, dan Indonesia menyebutnya Teh.

Teh pertama kali ditanam di Jawa adalah di Batavia pada tahun 1690, oleh Andreas Cleyer. Sejarah teh di Indonesia juga dibuktikan dengan adanya Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tertanggal 10 Juni 1824 No. 6; intruksi dan menunjuk Mayor Dr. Vor Siebolt agar menyelundupkan teh dari Jepang untuk ditanam di Buitenzorg (Kebun Raya Bogor). Bulan April 1827, biji teh dari jepang ditanam di Kebun raya Bogor, dan sejak saat itu teh mulai dibudidayakan di Indonesia. Kini Indonesia, selain menjadi salah satu dari empat wilayah penghasil teh assamica di pasar dunia dengan dua wilayah produksi terbaik yaitu Jawa dan Sumatera. Indonesia juga sudah menjadi negara eksportir, dan importir teh tertentu dengan volume inmport yang terus meningkat setiap tahun.