Merekatkan Kebhinekaan melalui Musik

0
1897

Sebagai negara yang memiliki hampir 18.000 pulau, 1300 lebih suku bangsa, lebih dari 1200 bahasa, serta enam agama dan ratusan penganut kepercayaan, perbedaan menjadi keniscayaan di Indonesia.  Karena itu toleransi menjadi pilar wajib penyokong perbedaan tersebut.

Toleransi menjadi nilai yang harus dikenalkan dan dibiasakan. Ia juga menjadi bagian dari pembentukan karakter manusia Indonesia dan peneguhan kebhinekaan yang tercantum dalam Nawacita. Disini, Direktorat Jenderal Kebudayaan berusaha mewujudkan melalui programnya. Salah satunya adalah program presentasi bertema “Pendidikan Karakter Berbasis Musik untuk Sekolah Dasar”(16/1) .

Program yang diselenggarakan bekerjasama dengan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) ini menghadirkan pianis Ananda Sukarlan sebagai narasumber. Bertempat di Museum Nasional, acara tersebut dihadiri oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Staff Ahli Mendikbud, perwakilan badan Ekonomi Kreatif, Dinas provinsi, guru kesenian di sekitar Jakarta dan berbagai komunitas.

Kegiatan ini berangkat dari pemikiran bahwa musik dapat menjadi media menumbuh kembangkan nilai-nilai toleransi. Musik tidak mengenal batas sosial, latar agama dan suku. Melalui musik anak-anak diajarkan mengenal dan memahami keharmonisan, kesabaran, sikap mengalah dan tidak mendominasi sehingga menghadirkan nada-nada indah.

Dalam presentasinya, Ananda mengatakan bahwa sekolah di indonesia cenderung menyeragamkan dan mengutamakan keseragaman. Musik berbeda, ia mengenalkan keberagaman, keunikan masing-masing. Dengan musik anak juga bisa menemukan dirinya sendiri karena tidak ada paksaan.”Mereka memilih apa yang mereka suka’’, tambah pria 48 tahun tersebut.

Tujuan kegiatan ini adalah memberi rekomendasi agar pendidikan karakter berbasis musik dapat diterapkan di kurikulum Pendidikan Dasar. Jiwa toleransi harus sudah ditanamkan sejak usia dini. Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengatakan bahwa kurikulum tersebut mulai dapat diterapkan di Sekolah Dasar yang berminat.

Ia juga berharap nantinya pendidikan karakter tidak hanya melalui musik, tapi dapat berbasis seni rupa, tari dan sebagainya.