Mengenal Padepokan Seni melalui Tari Cantrik

0
5720

Ngelmu iku kelakone nganti laku, lekase lawan kas, tegese kas nyantosani, setya budya pangekesing dur angkara. Menuntut ilmu itu terwujud dengan suatu perbuatan, dimulai dengan kemauan, artinya kemauan yang membuat sentausa, kesetiaan budi menjauhkan dari watak angkara.

Sesaat setelah peresmian acara Festival Nasional Tari yang diselenggarakan di area parkir selatan Taman Mini Indonesia Indah, terdengar alunan merdu gamelan dari sudut panggung. Tiga anak laki-laki menaiki panggung dan salah satu diantaranya memainkan wayang. Sebuah tembang pucung dari kutipan Serat Wedhatama mengiringi adegan awal Tari Cantrik.

Masyarakat dari berbagai kalangan telah berkumpul di sana untuk menyaksikan acara yang rutin digelar oleh Direktorat Kesenian, Ditjen Kebudayaan Kemendikbud. Panas terik tidak menyurutkan semangat para seniman, peserta, dan penonton untuk datang ke acara Festival Nasional Tari. Mereka pun sudah memenuhi lokasi beberapa saat sebelum acara mulai.

Tari Cantrik dari Jogjakarta

Pertunjukkan Tari Cantrik dari D. I .Yogyakarta mengawali acara. Cantrik adalah sebutan untuk seorang murid yang sedang belajar di sebuah padepokan kesenian. Padepokan sarat dengan penanaman nilai-nilai budi pekerti yang dilakukan oleh seorang Begawan kepada calon cantriknya. Di sela kegiatan belajar, para cantrik yang identik dengan anak-anak tentu sangat gemar bermain.

Satu per satu bocah laki-laki meramaikan panggung dan menari dengan gerakan unik. Lelucon dan gerakan-gerakan unik pun diperagakan. Para penonton tak bisa berhenti tertawa melihat tingkah lucu para penari. Warna-warni kostum merepresentasikan keriangan anak-anak. “Beraneka ragam permainan diwujudkan dalam gerak yang dinamis, lucu, sesuai dengan karakter cantrik yang sedang cecantrikan,” tutur koreografer Bramantyo Fendi.

Tarian yang digarap dalam waktu dua bulan ini, memiliki pesan mengenai kehidupan. Kehidupan adalah sebuah siklus yang sarat dengan makna. Sejak dini, Begawan mengajarkan kepada para cantriknya untuk membangun kebersamaan agar bersinergi dalam tataran jiwa. Pada bagian akhir tari Cantrik pun diceritakan bahwa sejauh apapun para cantrik bermain, mereka harus kembali ke padepokan untuk belajar dan mengabdi.