You are currently viewing Sepak Terjang dan Kiprah Basoeki Abdullah
Potret Diri Basoeki Abdullah

Sepak Terjang dan Kiprah Basoeki Abdullah

Sebagai seorang maestro lukis yang dikenal oleh masyarakat di dalam dan luar negeri, perjalanan seorang Basoeki Abdullah menuju predikat tersebut tidaklah mudah. Terhitung sejak menempuh pendidikan sekolahnya di Bandung, karya Basoeki Abdullah tidak hanya telah memunculkan kekaguman bagi masyarakat Indonesia saja, namun juga masyarakat dan komunitas Eropa yang tinggal disana. Basoeki Abdullah pun tak segan bersusah payah membawa lukisannya mengelilingi kota-kota besar di Indonesia.

Pada tahun 1939, Basoeki Abdullah melakukan perjalanan keliling di Indonesia dengan membawa hasil karya lukisnya agar dapat dinikmati oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan setelah merasa bahwa selama bertahun-tahun karyanya hanya dinikmati oleh bangsa asing. Pameran keliling ini dilakukan Basoeki Abdullah, diantaranya di kota Surabaya, Yogyakarta, Bandung, dan di Medan.

Berbagai kritikan dan sanjungan senantiasa datang bersama-sama, tetapi Basoeki Abdullah tetap bertahan. Dalam perjalanan seninya itu, Basoeki Abdullah bukan sekedar mencari pengakuan akan keberadaannya sebagai seorang pelukis, tetapi Basoeki Abdullah juga mengharapkan masukan-masukan kritis yang mampu mendorong untuk terus berkarya. Perjalanan pemeran ini, berlangsung cukup lama. Pada tahun 1939 Basoeki Abdullah berpameran di Jakarta dan Bandung, kemudian pada tahun 1941 Basoeki Abdullah berpameran di kota Solo, Surabaya, Semarang, dan kota Yogyakarta. Basoeki Abdullah kembali berpameran di Jakarta pada tahun 1942.

Pada tahun 1942, Basoeki Abdullah mulai nampak dalam pergerakan revolusi secara nyata dengan melukis tokoh-tokoh perjuangan. Pada tahun 1943, Basoeki Abdullah bergabung dalam organisasi PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), yaitu sebuah organisasi yang didirikan oleh pemerintahan Jepangpada tanggal 9 Maret 1943. Didalam organisasi Putera ini, Basoeki Abdullah ini mendapatkan tugas mengajar seni lukis. Antara lain, muridnya yaitu : Kusnadi (yang kemudian terkenal sebagai kritikus seni), dan Zaini (pelukis), Selain organisasi PUTERA, Basoeki Abdullah juga aktif dalam Keimin Bunka Sdhojo (Pusat Kebudayaan milik Pemerintahan Jepang) bersama dengan Affandi, S. Soedjojono, Otto Djaja, dan Basoeki Resobowo.

Selama masa kemerdekaan, Basoeki Abdullah berada di Eropa bersama istrinya Maya Michel. Sampai saat ini, belum diketahui apa yang melatar belakanginya, tetapi dari beberapa peristiwa yang terjadi, bahwa Basoeki Abdullah terus aktif berpameran di Eropa (Belanda dan Inggris). Pameran-pameran tersebut diantaranya di Merdag Museum Nederland (1945), di Bristol Inggris (1946), di Apeldoorn, Amersfoort dan Maritim Museum (1947), di Nieuwe Muzick School-Zeist (1948), dan di Scheveningen Nederland dan Victoria Hotel (1949).

Pada tahun 1949 ini pula, Basoeki Abdullah sempat melukis Bung Hatta, Mr. M. Roem, dan Sultan Hamid II dalam rangka Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda. Hal lain yang sangat menonjol pada masa ini, yaitu ketika Basoeki Abdullah memenangkan sayembara melukis yang diselenggarakan dalam rangka penobatan Ratu Yuliana pada tanggal 6 September 1948 di New Kerk, Amsterdam (Belanda). Sayembara ini dikuti oleh 87 pelukis Eropa. Peristiwa ini cukup mencengangkan kala itu.

Saat itulah, sebagian masyarakat Eropa baru mengetahui bahwa Basoeki Abdullah berasal dari Indonesia, sebuah negara di Asia Tenggara yang baru saja merdeka. Peristiwa ini secara tidak langsung menjadi pengakuan atas kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia. Walhasil, mengutip ucapan Soekarno yang meniru ucapan Sosrokartono di gedung Keimin Bunka Sidhoso pada suatu saat, “Bila orang lain seperti saya berjuang lewat jalan politik, dengan pidato dan menggerakkan orang untuk melawan, orang seperti Basoeki bermain di jalan seni. Saya rasa itu pasti ada caranya sendiri.”