You are currently viewing Pagelaran Wayang Dalam Rangka Peresmian Gedung II Museum Basoeki Abdullah

Pagelaran Wayang Dalam Rangka Peresmian Gedung II Museum Basoeki Abdullah

  • Post author:
  • Post category:Berita

Museum Basoeki Abdullah menyelenggarakan pagelaran wayang kulit pada hari Jumat, 2 Desember 2016. Pagelaran wayang kulit yang mengambil lakon “Semar Mbangun Khayangan” tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka peresmian Gedung II Museum Basoeki Abdullah. Hadir sebagai dalang dalam pagelaran tersebut adalah Ki Pamungkas Lebda Carita, yang merupakan dalang terkenal asal Klaten, Jawa Tengah.

Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Museum Basoeki Abdullah, Bpk. Joko Madsono, yang pada kesempatan tersebut menyapa seluruh hadirin, baik itu tamu undangan ataupun masyarakat yang sengaja datang untuk menyaksikan pagelaran wayang kulit, yang terbilang jarang diselenggarakan di Jakarta. Maka dari itu, pada malam itu pagelaran wayang kulit yang berlokasi di area Museum Basoeki Abdullah nampak dipenuhi oleh komunitas dan masyarakat setempat, hingga para pedagang yang turut memenuhi kawasan tersebut.

Dalam sambutannya Bpk. Joko Madsono mengatakan bahwa pagelaran wayang kulit tersebut merupakan salah satu bentuk syukur atas diresmikannya Gedung II Museum Basoeki Abdullah. Beliau juga mengatakan bahwa besar harapannya terhadap masyarakat agar nantinya lebih mengapresiasi museum, khususnya Museum Basoeki Abdullah.

Setelah dilakukan acara simbolik, yakni penyerahan wayang Semar dari Bpk. Joko Madsono, kepada tokoh pemerhati budaya, Bpk. Nunus Supardi, yang lalu diserahkan kepada Ki Pamungkas Lebda Carita, menandakan pagelaran wayang kulit dengan lakon “Semar Mbangun Khayangan” resmi dibuka. Pagelaran wayang kulit dibuka dengan penampilan dalang cilik, Bondan, yang menyajikan kisah awal dari lakon cerita tersebut. Pengunjung pun dibuat kagum dengan kemampuan Bondan dalam menjalani perannya sebagai Dalang.

Lakon “Semar Mbangun Khayangan” menceritakan tentang Semar yang suatu pagi terlihat murung dan bingung, dan terlihat dari raut wajahnya bahwa Ia sedang memikirkan sesuatu dan ada yang ia cemaskan. Melihat hal itu, Petruk bertanya kepada Ramandanya itu, gerangan apa yang sedang terjadi dan yang membuat ayahnya sering melamun. Semar menjelaskan bahwa sebenarnya Ia tidak apa-apa. Ia hanya mencemaskan nasib kerajaan Amarta. Ada sesuatu hal yang mengganjal di hatinya tetapi ia tidak bisa mengungkapkannya.

Semar lalu meminta Petruk untuk pergi ke Amarta untuk menemui para punggawa Amarta dan menyampaikan bahwa Ia ingin meminjam tiga pusaka Keraton Amarta yaitu Jamus Kalimasada, Payung Kencana dan Tombak untuk membangun kayangan. Selain itu, Ia juga mengundang Para pandawa untuk segera datang ke Karangkabuyutan.

Petruk menerima tugas yang diberikan ayahandanya, dan langsung berangkat menuju negara Amarta. Namun setelah tiba di negara Amerta dan menyampaikan maksud kedatanganya di hadapan Prabu  Yudhistira, Kresna yang pada saat itu juga tengah bertemu dengan Prabu Yudhistira bersama Raja Dwarati menentang dan melarang para Pandawa untuk memenuhi permintaan Semar dengan alasan permintaan tersebut tidak sesuai dengan kodrat Semar ketika diturunkan ke bumi, serta meminta Petruk kembali ke Karangbuyutan. Menanggapi penolakan tersebut Petruk lantas menjawab bahwa dirinya tidak akan kembali ke Karangbuyutan kecuali atas perintah Pandawa.