You are currently viewing Basoeki Abdullah Diantara Pelukis Dunia
Pameran Basoeki Abdullah di Thailand yang dihadiri langsung oleh Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej.

Basoeki Abdullah Diantara Pelukis Dunia

Dalam perjalanannya, banyak nama-nama terkenal yang terpatri dalam dunia seni lukis. Lalu dimana posisi Basoeki Abdullah diantara para perupa tersebut? 

Seni lukis telah dikenal dalam sejarah sudah sejak berabad-abad yang lalu. Manusia melalui pensil atau kuas dengan dibekali oleh imajinasi yang tinggi, telah mampu menuangkan serta mengabadikan hasil ciptaannya diatas kertas maupun kain. Sehingga merupakan hasil karya seni yang indah. Melalui lukisan, manusia dapat menikmati pemandangan alam, suatu peristiwa bersejarah dapat diabadikan dan menjadi saksi abadi, disamping itu dengan melihat lukisan, kita dapat memperoleh inspirasi dan lain-lain. Pendek kata lukisan itu mempunyai multi-fungsi dalam kehidupan manusia. Apalagi karya-karya seni lukis yang berbobot, akan menjadi hiasan dinding di berbagai museum tersohor di dunia maupun menghiasi dinding-dinding istana Raja. Presiden ataupun Sultan di berbagai Negara.

Dalam sejarah dari abad ke abad, nama pelukis-pelukis terkenal senantiasa menghiasi lembaran buku-buku sejarah, ensiklopedi, who’s who baik tingkat nasional maupun internasional, tergantung dari bobot pelukisnya. Sejarah Dunia misalnya mengenal nama Leonardo da Vinci (1452 – 1519) dari Italia karena karya lukisannya Monalisa yang terkenal. Disamping itu Italia juga memiliki pelukis Michael Angelo (1475 – 1564). Spanyol pernah melahirkan seorang pelukis besar bernama Pablo Picasso (1881 – 1973), Salvador Dali dll.

Eropa Barat, misalnya Jerman mempunyai pelukis-pelukis top diantaranya Albrecht Duerer (1471 – 1528), Franz Krueger (1797 – 1857), Max Liebermann (1847 – 1935), Max Beckmann (1884 – 1950), Otto Dix (1891 – 1969), Gustav Klimt dll.

Perancis pernah memiliki pelukis-pelukis kondang seperti Le Sueur (1617 – 1655), Charles le Brun (1619 – 1690), Pierre Aguste Renoir (1841 – 1919), Henri Matisse Monet (1840 – 1926), Paul Gauguin (1848 – 1903), Eugene Delacroix (1798 – 1863), Jean Baptiste Corot (1796 – 1876) dan lain-lain.

Belanda pernah melahirkan pelukis-pelukis kenamaan seperti Jan Brueghel (1568 – 1625), Petrus Paulus Rubens (1577 – 1640), Frans Hals (1582/83 – 1666), Rembrandt Hermenz van Rijn (1606 – 1669), Jan Steen (1626 – 1679), Jacob van Ruisdael (1628/29 – 1682), Barend Cornelis Koekkoek (1803 – 1868), Willem van de Velde De Jonge (1633 – 1707), Andriaan van der Werff (1659 – 1722), Johannes Christian Schotel (1787 – 1838), Nicolaas Pieneman (1810 – 1860), Isaac Israels (1865 – 1934), Vincent van Gogh (1853 – 1890) dan lain-lain.

Sedangkan Amerika Serikat tercatat pernah mempunyai pelukis-pelukis yang terkenal seperti diantaranya Samuel Greene Wheeler Benjamin (1837 – 1914), Ralph Albert Blakelock (1847 – 1919), John Leslie Breck (1860 – 1899), Jaques Emile Blanche (1861 – 1942), Will H. Bradley (1868 – 1962), Oscar Edmund Bezinghaus (1874 – 1952), Josef Albers (1888 – 1976), Alajalov Constantin (1900 – 1987), Isabel Bishop (1902 – 1988), Andrejevic Milet (1925 – 1989), Carl Anfelschmitt (1948 – 1990) dan lain-lain.

Di Cina pernah lahir pelukis-pelukis seperti Huang Binhong (1864 – 1955), Xu Beihong (1895 -1953), Pan Tianshou (1898 -1971), Wu Zuoren, Liu Lingcang, Lai Chusbeng, Li Xiaongcai, Li Hu, Qi Baishi, Li Shuji dsb. Di Iran pernah lahir pelukis-pelukis terkenal Sheik Attar dan Kamal-ol-Molk.

Indonesia dalam hal ini tidak ketinggalan juga dari bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam abad ke-19, Indonesia pernah memiliki seorang pelukis kaliber berat, yaitu Raden Saleh (1807 – 1880) dimana namanya tercatat sebagai pelopor seni lukis modern di Indonesia. Dia hidup se zaman dengan pelukis-pelukis Eropa seperti Gustave Courbet (1819 – 1877), Edouard Manet (1832 – 1883), Claude Monet (1840 – 1926), Mourice de Vlamicle (1876 – 1958), dan Auguste Renoir (1841 – 1919).

Dalam abad 20 ini, Indonesia telah memiliki tiga pelukis besar yang mempunyai kaliber internasional. Ketiga pelukis tersebut ialah Affandi (1907 – 1990), S. Sudjojono (1913 – 1986), dan R. Basoeki Abdullah (1915 – 1993).

Disamping itu masih banyak pelukis-pelukis muda yang berbakat dan perlu memperoleh bimbingan dan pengalaman agar mereka dapat menjadi pelukis-pelukis terkenal tidak saja di Tanah Air melainkan di luar negeri seperti ketiga pelukis tersebut diatas, sehingga nantinya karya-karya mereka diakui oleh dunia.

Tidak selamanya seni bagi Basoeki Abdullah untuk seni semata (‘L’art pour I’art), akan tetapi seringkali seni dimanfaatkan pula untuk mengabadikan peristiwa sejarah dan kepentingan politik. Sudah barang tentu tidak meninggalkan segi dan nilai seninya.

Sebagai seorang seniman besar dan pelukis terkenal, Basoeki Abdullah tidak saja memiliki bakat yang dibawanya sejak lahir, tapi ia memang mewarisi darah seni dari kedua orang tuanya. Seperti diketahui, ibu kandungnya Raden Nganten Ngadisah, merupakan pembatik yang ulung. Sedangkan ayah kandungnya, yaitu R. Abdullah Suriosubroto, adalah seorang pelukis naturalis, terutama karya lukisannya mengenai pemandangan yang indah. Selain itu Basoeki juga memperoleh pendidikan secara akademis di negeri Belanda. Dari ketiga faktor tersebut diatas inilah yang telah membentuk pribadi Basoeki Abdullah sebagai seorang pelukis professional.

Sekalipun hasil karya-karya lukisannya tidak kurang dari 2.000 buah jumlahnya, baik mengenai wajah seseorang, terutaman wanita-wanita yang cantik, juga lukisannya banyak mengenai pemandangan alam yang indah maupun hewan-hewan. Akan tetapi ia tidak pernah meninggalkan dari aliran yang telah lama dipilih serta ditekuninya, yaitu aliran naturalisme.

Meskipun demikian, Basoeki Abdullah masih terus belajar dengan membaca buku-buku tentang seni lukis khususnya, dan seni dalam arti yang lebih luas pada umumnya. Dikediamannya Jl. Keuangan Raya No. 19, Jakarta Selatan  dalam almari perpustakaan pribadi, terdapat berbagai buku koleksinya seperti misalnya :

1. Encyclopedia of World Art Volume I – XV

2. Grote Winkler Prins Deel 1 – 20

3. Encyclopedia Brittanica (1 Set)

4. Urs Ramseyer : “The Art and Culture of Bali”.

5. Dore : “The Divine Comedy”

6. E. Merten : “Rembrandt”

7. C.H. Monk : “Leonardo da Vinci”.

8. Trewin Copplestone : “Rembrandt”

9. Poore : “Composition in Art”.

10. Edward Lucie Smith : “American Art Now”.

11. The World of Vermer

12. The World of Velazquez

13. The World of Van Gogh

14. The World of Turner

15. The World of Titian

16. The World of Rembrandt

17. The World of Rodin

18. The world of Picasso

19. The World Michaelangelo

20. The World of Matisse

21. The World of Duchamp

22. The World of Manet

23. The World Leonardo

24. The World Goya

25. The World of Giotto

26. The World Durner

27. The World of Delacroix

28. The World of Cezanne

29. The World of Bruegel

30. The World of Bernini

31. Waldemar Januszczak (editor) : “Techniques of the World’s Great Painters”.

32. The Book of Art I – III

33. The Book of Art 1 -10

34. Holt : “Art in Indonesia”

35. J.M. Roberts : “The Hutchinson History of the World”

36. Harold Osborne (editor) : “The Oxford Companion to Twentieth Century Art”

37. Fritz van Briessen : “The Way of the Brush Painting Techniques of Cina and Japan”.

Selain melukis wanita-wanita cantik di dalam maupun di luar negeri, Basoeki Abdullah juga melukis para pahlawan nasional, Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto serta para tokoh nasional Indonesia, Para Kepala Negara/Pemerintah Asing, tokoh-tokoh asing terkenal, peristiwa bersejarah dan pemandangan alam yang indah.

Kemahirannya dalam menggoreskan kuas, telah mampu menghasilkan karya-karya seni lukis naturalis, yang bobotnya kini belum ada duanya di Indonesia. Akan tetapi seorang pelukis seperti Basoeki Abdullah dapat mencapai taraf internasional adalah melalui suatu proses perjalanan karir yang cukup panjang, melalui berbagai fase latihan, pendidikan dan pengalaman yang luas. Sehingga ia dapat menjadi pelukis professional dan memperoleh pengakuan sebagai Maestro dibidang seni sesudah wafatnya.

Pengakuan dan penghargaan ini tidak diperolehnya semasa hidupnya, meskipun sebetulnya gelar itu sudah sepatutnya menjadi haknya. Begitu Basoeki Abdullah tewas terbunuh secara tragis, dengan spontan para seniman dan media massa memberikan gelar penghargaan sebagai SANG MAESTRO. Bagaimanapun juga ia adalah milik Dunia yang dilahirkan di Indonesia.

*Disadur dari Biografi  Basoeki Abdullah karya Solichin Salam