“Basoeki Abdullah dan Model Lukisan Wanita”

Seminar yang dilaksanakan pada hari Kamis, 23 April 2020 ini diikuti oleh kurang lebih 80 peserta melalui aplikasi zoom, dan ditonton oleh 70 peserta melalui live streaming di youtube channel Museum Basoeki Abdullah. Peserta seminar berasal dari berbagai kalangan, mulai dari siswa, mahasiswa, dosen, seniman, perupa, hingga wartawan, yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia.

Seminar yang dimulai pukul 14.00 WIB ini dibuka oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Ibu Dra. Sri Hartini, M.Si yang mengapresiasi kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, Kepala Museum Basoeki Abdullah, Ibu Dra. Maeva Salmah, M.Si menyampaikan pelaksanaan seminar secara daring ini merupakan kegiatan perdana yang dilakukan untuk tetap menginspirasi masyarakat di tengah pandemic Covid-19.

Seminar ini dimoderatori oleh Bambang Asrini Widjanarko dan menghadirkan tiga narasumber, yaitu Dewi Motik, Camelia Malik, dan Yusuf Susilo Hartono. Pemaparan pertama diberikan oleh Yusuf Susilo Hartono. Dalam pemaparannya beliau menyampaikan dua strategi Basoeki Abdullah dalam melukis. Pertama, beautifikasi, atau mengelokkan, dipercantik, diperbagus yang diambil dari kacamata Basoeki Abdullah. Kedua, Basoeki Abdullah memilih segmen lapisan atas dalam berkarya. Basoeki Abdullah melukis tokoh-tokoh, baik perempuan maupun laki-laki. Beliau melukis kalangan presiden, raja-raja, ratu, menteri, artis. Dewi Motik dan Camelia Malik yang diundang menjadi narasumber dalam seminar ini merupakan model yang pernah dilukis oleh Basoeki Abdullah.

Yusuf Susilo Hartono juga menjelaskan bahwa Basoeki Abdullah semasa hidupnya berkarya dalam studio, menggunakan beberapa pendekatan, yaitu menghadapi langsung obyek yang dilukis, menghadapi model penggantinya, dan menghadapi foto atau sketch. Basoeki Abdullah menghadapi langsung obyeknya ketika melukis tokoh-tokoh dunia, raja, presiden, artis. Basoeki Abdullah juga menggunakan model pengganti ketika melukis Nyi Roro Kidul.

Materi kedua disampaikan oleh Camelia Malik. Dalam pemaparannya, Camelia Malik menceritakan pengalamannya ketika dilukis oleh Basoeki Abdullah. Basoeki Abdullah melalui sekretarisnya meminta Camelia Malik untuk dilukis sebagai penari jaipongan. Basoeki Abdullah menanyakan bayaran yang diinginkan untuk menjadi model lukisnya, namun, wanita yang akrab disapa Mia ini menolak untuk dibayar. Ia mau dilukis oleh Basoeki Abdullah jika lukisan tersebut akan menjadi miliknya. Setelah melalui pertemuan langsung dengan Mia, Basoeki Abdullah pun menyetujui hal tersebut, namun ingin dipamerkan terlebih dahulu dalam pameran yang dilaksanakan di Hotel Sahid.

Menurut Mia, Basoeki Abdullah memintanya melakukan berbagai pose tarian jaipong saat hendak dilukis. Hal ini dilakukan untuk mencari gaya yang akan dilukis oleh sang maestro. Ia juga bahkan diminta untuk datang kembali keesokan harinya dengan menggunakan baju, aksesoris, dan tata rias yang sama dengan sebelumnya. Berdasarkan ceritanya, Mia merasa sangat bahagia pernah menjadi model lukis seorang maestro lukis yang terkenal bahkan sampai keluar negeri. Ia juga merasa sangat bangga memiliki lukisan hasil karya seorang Basoeki Abdullah.

Selanjutnya, materi seminar dibawakan oleh Dewi Motik. Dewi Motik menceritakan pengalaman pertama bertemu Basoeki Abdullah, pada tahun 1975, sebulan sebelum pernikahannya. Basoeki Abdullah yang sudah berkerabat lama dengan orang tua Dewi Motik menawarkan Dewi Motik untuk dilukis. Beliau meminta izin untuk melukis Dewi Motik sebagai Ladygodiva-nya Indonesia, rambutnya yang Panjang terurai naik kuda putih, telanjang. Namun Dewi Motik menolak karena tidak mau untuk dilukis seperti itu, keluarganya juga akan berkeberatan, apalagi ia akan segera menikah. Menurut pemaparan Dewi Motik, hebatnya sosok Basoeki Abdullah dalam memegang prinsip. “Basoeki Abdullah sangat menghargai perbedaan, sangat menghargai prinsip orang”, jelasnya. Beliau tidak membujuk Motik untuk mengikuti inspirasinya itu. Basoeki juga meminta izin untuk melukis Dewi Motik dengan gaya ballerina, yang diperuntukkan sebagai kado pernikahan Dewi Motik.

Setelah pertemuan itu, Dewi Motik bersahabat dengan Basoeki Abdullah. Dewi Motik menceritakan di hari Basoeki Abdullah meninggal, tepatnya 5 November 1993, mereka telah memiliki rencana untuk makan siang bersama dengan Nataya Narerat, istri Basoeki Abdullah. Sekitar pukul setengah lima pagi, Dewi Motik mendapat telepon dari sekretaris Basoeki, dan mendapatkan kabar meninggalnya Basoeki Abdullah karena dibunuh. Dewi Motik menceritakan pengalamannya saat mendengar kabar duka tersebut, dan langsung mendatangi jenazahnya di RSCM. Ia melihat sosok Basoeki Abdullah bersimbah darah di kamar jenazah rumah sakit, betapa merupakan kenangan yang sangat-sangat mengerikan dan sangat sedih.

Berdasarkan pengalamannya, Dewi Motik menilai Basoeki Abdullah orang yang rendah hati. “Dia mau datang ke pameran pelukis pemula”, ujarnya. Menurutnya, Basoeki Abdullah merupakan orang yang sangat lucu, dan juga cerdik untuk bisa membuat orang mau dilukis. Basoeki Abdullah sebelumnya pernah ingin melukis ibu dari Dewi Motik. Mengetahui suaminya yang tidak mungkin akan mengizinkan, Basoeki menawarkan keduanya untuk dilukis bersama. Ketika itu, Basoeki melukis menggunakan cat air. Menurut Dewi Motik, Basoeki Abdullah jarang sekali memakai cat air, ia lebih sering memakai cat akrilik. Menurutnya, Basoeki Abdullah merupakan sosok pelukis yang mahir dalam menggunakan segala media-media penggunaan lukis.

Setelah pemaparan tersebut, dibuka sesi tanya jawab. Dalam sesi tersebut, terdapat pemaparan dari cucu Basoeki Abdullah, Erica Hestu Wahyuni. Erica menceritakan kenangan bersama Eyang Bas (panggilan untuk Basoeki Abdullah) yang selalu ingin dianggap muda. Bahkan beliau lebih mau dipanggil Pak De Bas dibandingkan Eyang Bas. Erica mengagumi teknik Basoeki Abdullah dalam melukis. Menurutnya, Basoeki Abdullah mempelajari teknik melukis secara otodidak, ditambah dengan teknik yg dipelajari selama sekolah di Belanda menghasilkan karya yang luar biasa. “Mendengar cerita dari Ibu Dewi Motik dan Mbak Camelia Malik menjadikan (Basoeki Abdullah) sangat istimewa secara personality, secara skill yang menjadi ramuan yang membuat tidak akan ada Basoeki Abdullah kedua”.

Pemaparan dari kerabat Basoeki abdullah lainnya dipaparkan oleh Vikey Yordan. Berdasarkan keterangannya, Basoeki Abdullah setiap hari ke studio, tidak ada hari libur, bahkan Sabtu-Minggu. Sesi tanya jawab berlanjut dengan pertanyaan-pertanyaan yang berasal dari komunitas pelukis, dari Mataram, Bengkulu, dan peserta dari Kementerian Sekretariat Negara. Seminar ditutup oleh Kepala Museum Basoeki Abdullah sekitar pukul 16.25 WIB. Siaran ulang seminar daring ini dapat dilihat di link: https://bit.ly/seminardaringlive