Pameran Seni Rupa RESIPRO(VO)KASI

0
795
pameran resipro(vo)kasi
Pameran “RESIPRO(VO)KASI” segera digelar di Galeri Nasional Indonesia, 5–19 Oktober 2017

Japan Foundation Asia Center bekerjasama dengan Galeri Nasional Indonesia menyelenggarakan  Pameran Seni Rupa bertajuk “RESIPRO(VO)KASI : Praktik Seni Rupa Terlibat di Indonesia Pascareformasi” pada 5 – 19 Oktober 2017 di Gedung B Galeri Nasional Indonesia. Pameran ini merupakan salah satu rangkaian proyek Condition Report, program pengembangan kuratorial Jepang dan Asia Tenggara yang digagas Japan Foundation Asia Center sejak tahun 2015. Diawali dengan workshop dan seleksi proposal kurator muda untuk diberangkatkan ke Jepang mengikuti serangkaian kegiatan kunjungan, diskusi, dan lecture di beberapa institusi seni rupa di kota Tokyo, Fukuoka, Hiroshima, Osaka dan Ogaki pada tahun 2016. Proyek Condition Report terdiri dari dua bagian, pertama adalah 4 pameran kolaboratif di Jakarta, Kuala Lumpur, Manila, dan Bangkok yang melibatkan total 21 kurator dari Indonesia, Kamboja, Jepang, Laos, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam, yang terbagi kedalam 4 kelompok. Bagian kedua adalah 12 proyek seni rupa yang diorganisir kurator muda di masing-masing kota tempat mereka tinggal. Pameran RESIPRO(VO)KASI adalah salah satu dari rangkaian 12 proyek seni rupa tersebut.

Pameran ini dikuratori oleh Bayu Genia Krishbie, salah satu peserta proyek Condition Report sekaligus asisten kurator di Galeri Nasional Indonesia. RESIPRO(VO)KASI dapat dimaknai sebagai “resiprokasi dan provokasi” ataupun “provokasi resiprokal”, yaitu metode komunikasi dan pertukaran gagasan dua arah secara egaliter antara perupa dan publik yang berrelasi langsung dalam proses penciptaan karya/peristiwa seni rupa, —disadari atau tidak— seolah saling memprovokasi satu sama lain. Munculnya kesadaran perupa pada upaya pelibatan publik atau melibatkan dirinya dengan publik dalam proses kreatifnya itu sendiri bermula dari penolakan terhadap elitisme seni rupa, pengkultusan profesi seniman oleh publik, dan keterasingan yang dibangun antara objek seni rupa dan pengunjung di ruang galeri/museum. Eksperimentasi kreatif melibatkan publik secara langsung merupakan salah satu upaya spekulatif memutus keberjarakan ini, meskipun hasilnya bisa jadi justru memunculkan keterasingan baru.

Pameran ini bermaksud merepresentasikan perkembangan praktik seni rupa terlibat dalam kurun waktu pascareformasi hingga sekarang sebagai praktik penciptaan karya ‘alternatif’ dari dominasi karya individual berbasis studio. Spektrum praktik seni rupa terlibat yang dimaksud pendekatannya erat dikaitkan dengan peristilahan dalam wacana seni rupa Barat seperti seni rupa relasional, seni rupa dan praktik sosial, seni rupa interaktif, aktivisme seni rupa, seni rupa berbasis komunitas, dan lain sebagainya.

Sejumlah 10 perupa individual dan kolektif akan menampilkan 10 karya dengan pendekatan praktik seni rupa terlibat yang beragam baik medium maupun konteks sosialnya. Presentasinya berupa fotografi, instalasi, object, dokumentasi video, arsip, dan performance di ruang pameran. Perupa yang berpartisipasi pada pameran ini adalah Moelyono (Tulungagung – Yogyakarta), Angki Purbandono (Yogyakarta), Wimo Ambala Bayang (Yogyakarta), Irwan Ahmett (Jakarta), Elia Nurvista (Yogyakarta), Fajar Abadi (Bandung), Vincent Rumahloine (Bandung), Alfiah Rahdini (Bandung), Jatiwangi Art Factory (Majalengka), dan Cut and Rescue (Jakarta).

Pameran ini merupakan salah satu upaya untuk memperkaya pembacaan atas fenomena praktik seni rupa kontemporer di Indonesia. Melalui gagasan-gagasan yang ditawarkan perupa dalam beragam konteks sosialnya, diharapakan pameran ini mampu memberikan gambaran umum sejauh mana perupa merespon kondisi sekitarnya, memantik pemikiran kritis publik atas problem-problem sosial kontemporer serta memberikan perspektif yang berbeda dalam memaknai praktik penciptaan karya berbasis proses dan peristiwa sebagai alternatif pengalaman artistik bagi perupa dan pengalaman estetik bagi publik. ***