Mendikbud: Inilah Tanda Kebangkitan Pendidikan Indonesia

0
656

Pameran Seni Rupa Nusantara 2017 telah resmi dibuka oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy pada Selasa malam, 7 Maret 2017 di Galeri Nasional Indonesia. Pagelaran dua tahunan (biennale) kesembilan ini menyuguhkan tema “Rest Area – Perupa Membaca Indonesia”.

“Tema Rest Area – Perupa Membaca Indonesia, menurut saya itu sangat luar biasa. Pameran ini membuktikan jika membaca tidak selalu tentang verbal atau kata, melainkan kemampuan membaca fenomena di sekelilingnya dan diri sendiri”, ujar Muhadjir. Tema tersebut menurut Kurator pameran Suwarno Wisetrotomo, memang berusaha melihat fenomena saat ini dalam kacamata Indonesia hari ini, artinya melihat Indonesia dalam turbulensi, sosial, politik, ekonomi, yang kadangkala melelahkan menyedot energi. “Inilah yang kami tawarkan kepada para seniman untuk dibaca,” ucap Suwarno. Lebih lanjut masih menurut Suwarno, ide Rest Area ingin mengembalikan pertanyaan mendasar, apakah fungsi seni, serta berusaha menggali sejauh mana karya seni rupa masih memiliki fungsi sebagai saksi dan pencatat zaman, juga menilik sejauh mana seni rupa memiliki kekuatan untuk menyentuh kesadaran reflektif bagi pengunjung, apakah masih memiliki potensi menggugah kesadaran kritis bagi penikmatnya, dan apakah masih memiliki kekuatan misteri yang memberi serta mendorong keluasan imajinasi bagi khalayak luas. Di tengah turbulensi sosial, politik, ekonomi, dan budaya, “seni” (karya seni rupa) seharusnya memainkan peran pentingnya untuk menciptakan keseimbangan.

Pembacaan mendalam mengenai Indonesia ini dituangkan dalam 100 karya berupa lukisan, patung, grafis, fotografi, drawing, object, instalasi, video art, batik, dan keramik yang dipamerkan di Gedung A, B, dan D Galeri Nasional Indonesia hingga 27 Maret mendatang. Karya- karya tersebut merupakan hasil olah cipta 100 perupa dari 26 provinsi di Indonesia, yang telah disaring dari 1.000 aplikasi karya hasil kreasi 729 calon peserta dari 28 provinsi di Indonesia. “Hal tersebut menjadi penanda bahwa Galeri Nasional Indonesia merupakan lembaga budaya negara yang menjalankan tugasnya dalam melingkupi bidang seni rupa yang mencakup wilayah se–Indonesia, dan mewadahi kreativitas serta eksistensi para perupa Indonesia,” ungkap Kepala Galeri Nasional Indonesia Tubagus ‘Andre’ Sukmana.

Tubagus berharap pameran seperti ini dapat menjadi pembelajaran bagi guru dan kalangan pendidikan untuk membangun pendidikan karakter, melalui pesan dan nilai-nilai yang diusung dalam setiap presentasi karya. Diamini Muhadjir, menurutnya pameran ini juga menjadi kebangkitan pendidikan Indonesia yang telah berhasil memberikan ruang cukup di ketiga bidang yang selama ini dilupakan, yaitu, etik, estetik, dan kinestetik. “Etik, estetik, kinestetik terabaikan karena pendidikan kita selama ini fokus pada baca, tulis, hitung. Padahal keduanya seperti dua sisi mata uang. Kita perlu menyeimbangkan sistem pendidikan kita dengan enam unsur itu,” tegas Muhadjir.

Mengingat pentingnya gelaran Pameran Seni Rupa Nusantara baik dalam bidang seni–budaya juga pendidikan tersebut, Muhadjir berharap ajang seperti ini dapat menyebar ke daerah-daerah lain. “Kami berharap Galeri Nasional Indonesia dapat membuat pameran seperti ini di kota-kota lain. Jangan sampai ajang seperti ini bias urban, hanya dapat dinikmati orang-orang kota saja,” pungkasnya.

*fii/dsy/GNI