Menantikan Orde Baru OK. Video di Galeri Nasional

0
923
Suasana Press Conference ORDE BARU OK.VIdeo – Indonesia Media Arts Festival 2015
Suasana Press Conference ORDE BARU OK.VIdeo – Indonesia Media Arts Festival 2015

 

Menjelang penyelenggaraan ORDE BARU OK. Video – Indonesia Media Arts Festival 2015 sepekan lagi, digelar press conference pada Selasa, 9 Juni 2015 di Ruang Seminar Galeri Nasional Indonesia. Jumpa pers itu menghadirkan narasumber Ade Darmawan (Direktur ruangrupa), Tubagus ‘Andre’ Sukmana (Kepala Galeri Nasional Indonesia), Mahardika Yudha (Direktur Artistik OK. Video), dan Farid Rakun / Biro Arsitek (Perwakilan Seniman).

Ade memaparkan, OK. Video tahun ini bertepatan dengan tahun ke-15 ruangrupa. Ini memberikan semangat tersendiri dalam penyelenggaraan festival seni media berskala internasional yang dihelat dua tahun sekali (biennale) tersebut. Terlebih pada 2015 ini, OK. Video mengembangkan diri dengan mengganti penggunaan istilah Festival Video Internasional Jakarta (Jakarta International Video Festival) menjadi Festival Seni Media Indonesia (Indonesia Media Arts Festival). “Ok. Video kali ini ‘ganti baju’ sehingga memperluas konten, jaringan, baik di Indonesia maupun internasional. Media arts sendiri perkembangannya sangat maju, sehingga Galeri Nasional menyambut baik dan selalu mendukung perhelatan berskala internasional ini,” Andre menanggapi.

OK. Video 2015 dengan menyandang label media arts festival membawa pengaruh pada perluasan capaian artistik sehingga OK. Video 2015 ini tidak hanya menghadirkan karya-karya berbasis waktu (video, film, pertunjukan) dan bersifat instalatif, atau multi kanal (multi–channel), tapi juga seni bebunyian (sound art), rekayasa digital (digital imaging), seni berbasis internet, serta karya-karya lain berbasis teknologi media. Inilah yang membedakan OK.Video 2015 dengan penyelenggaraan di tahun-tahun sebelumnya, selain berbeda tema. Untuk 2015, Ok. Video mengangkat tema Orde Baru.

“Orde Baru di sini difokuskan pada berbagai fenomena yang terjadi setelah tahun 1965,” ucap Ade. Orde Baru ditambahkan Mahardika, dipilih untuk mengungkap bagaimana para seniman melihat kondisi terkini tentang persoalan sejarah yang belum selesai, reformasi yang masih diperdebatkan, kemunculan tiba-tiba arsip-arsip sejarah pada teknologi media semisal Youtube yang bisa diakses masyarakat luas dan hadir di keseharian. Itulah mengapa karya- karya yang dipilih dalam pameran ini tak hanya menyoalkan masa dahulu, tapi juga menghubungkan dengan kehidupan masa kini.

Salah satu seniman partisipan dalam festival ini, Farid Rakun, melihat orde baru memiliki banyak jebakan karena sebagian orang mengkritik dan menghujat orde baru, tapi ada juga yang merindukan romantisme era tersebut. “Jebakan yang paling menarik adalah fungsi seni di dalamnya. Sikap yang saya ambil bukan menggunakan potensi seni rupa untuk mengkritik, tapi untuk merefleksikan kembali mengapa kita bisa sampai pada keadaan sekarang,” paparnya. Respon Farid tersebut akan dituangkan dalam karya seni rupa dengan menerapkan pola arsitektur. Fokusnya adalah Soeharto dan Harmoko sebagai tokoh dominan di era orde baru. “Saya menemukan koleksi Soeharto dan Harmoko tersistemasi dengan baik, dan saya tertarik dengan itu,” ujar pria dengan nama lain Biro Artistik itu.

Selain Farid Rakun, festival ORDE BARU OK. Video diramaikan oleh seniman-seniman lain yang tidak hanya berasal dari Indonesia, namun juga mancanegara. Sebanyak 73 seniman dari 21 negara (Jepang, Prancis, Inggris, Belanda, Belgia, Kolombia, Pakistan, Taiwan, Cekoslowakia, Korea Selatan, Afrika Selatan, Venezuela, dan negara lainnya) akan menyajikan sebanyak 73 karya seni rupa. Karya-karya tersebut akan dipamerkan mulai 15 hingga 28 Juni 2015 di Gedung A, B, dan C Galeri Nasional Indonesia. Pembukaan pameran akan dilangsungkan sehari sebelumnya, Minggu, 14 Juni 2015.

*dsy/GNI