Dolorosa Sinaga dan ‘Para Lelakinya’

0
1499
dolo dan para lelakinya

Dolorosa Sinaga secara terbuka membeberkan tentang ‘para lelakinya’. Namun bukan lelaki sebagai pasangan, melainkan adalah tentang karya-karyanya. Dolorosa dikenal sebagai pematung kenamaan Indonesia. Selama 40 tahun berkarya, ia telah membuat 620 lebih karya. Produktivitasnya tidak pernah mengendur, bahkan terus meningkat baik secara jumlah maupun nilai. Sebagian besar dari ratusan karyanya adalah patung dengan sosok perempuan. Karena itu, patung laki-laki buatan Dolorosa menjadi menarik.

Menurut Lisabona Rahman, salah satu penulis buku Dolorosa Sinaga: Bentuk, Tubuh, Substansi yang akan segera diluncurkan pada akhir Januari mendatang, figur lelaki Dolorosa merupakan anomali dari karya-karyanya yang didominasi oleh figur perempuan dan merepresentasikan isu-isu perempuan. Dalam tulisan Lisabona di buku tersebut, ia mengutip pernyataan Dolorosa, “Gue nggak bisa bikin cowok. Cuma dia (Widji Thukul –red) dan Dalai Lama yang cowok di sini. Gue mulai bikin lempung untuk jadi cowok, tapi pasti jadinya cewek dan tiba-tiba ada sanggulnya”.

patung potret laki-laki dolorosa sinaga

Para lelaki Dolorosa inilah yang menjadi inspirasi sekaligus fokus utama perbincangan dalam acara diskusi bertajuk “Dolo dan Para Lelakinya: Potret dalam Karya Dolorosa Sinaga”, yang diselenggarakan pada Sabtu, 18 Januari 2020 di Galeri Nasional Indonesia. Patung potret laki-laki yang lahir dari tangan Dolorosa, yakni Dalai Lama, penyair Widji Thukul, Abdurrahman Wahid; proklamator kemerdekaan Indonesia Soekarno; dan penggugat kolonialisme Multatuli. Masing-masing patung tersebut ditanggapi oleh enam panelis, di antaranya Yori Antar sebagai penanggap karya potret Dalai Lama; Danial Indrakusuma penanggap potret Widji Thukul; Muhammad Sobary dan Abdon Nababan penanggap potret Abdurrahman Wahid (Gus Dur); Sukmawati Soekarnoputri dan Seno Gumira Ajidarma penanggap potret Soekarno; dan Bonnie Triyana sebagai penanggap potret Multatuli.

Diskusi yang diselenggarakan oleh Somalaing Art Studio, Galeri Nasional Indonesia, Institut Kesenian Jakarta, dan Poligrabs Creative Studio ini merupakan salah satu dari rangkaian acara prapeluncuran buku biografi Dolorosa Sinaga: Tubuh, Bentuk, Substansi. Dicetak dalam dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris (Dolorosa Sinaga: Body, Form, Matter), dengan editor Alexander Supartono dan Sony Karsono, buku ini akan diluncurkan pada 31 Januari 2020 di Galeri Nasional Indonesia.

*dsy/GNI