Akademisi, Ekonom, dan Seniman Daoed Joesoef Berpulang

0
1576
daoed joesoef
Akademisi, Ekonom, dan Seniman Daoed Joesoef Berpulang pada Selasa, 23 Januari 2018 di Jakarta.

“Mereka harapan sekaligus manusia masa depan. Melalui pendidikan kita menyiapkan masa depan. Ada nilai investasi di sana dengan memberi generasi muda cukup ilmu,” — Daoed Joesoef

Daoed Joesoef lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 8 Agustus 1926. Ia yang dikenal pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan III (1978–1982), juga merupakan seorang pejuang yang pernah bergerilya di Sumatera, penulis, sekaligus perupa.

Daoed telah menulis sejumlah buku seperti Borobudur; Emak; Rekam Jejak Anak Tiga Jaman; Manusia, Masyarakat dan Alam Semesta, International Monetary Problems, dan buku-buku lainnya. Soal melukis, itu sudah digemarinya sejak kecil. Setelah menetap di Yogyakarta, Daoed bergaul dengan Nasjah Djamin, Affandi, Tino Sidin, dan banyak lagi pelukis lainnya. Ia bahkan diangkat menjadi Ketua Seniman Indonesia Cabang Yogyakarta—di saat yang sama organisasi tersebut di Solo diketuai oleh S. Sudjojono.

Bakat melukis Daoed tersalurkan dengan menjadi pelukis poster film (awal 1950-an). Selain itu, ia pernah memamerkan 90 lukisannya, terbanyak sketsa, di Museum Pusat Jakarta (1979). Daoed juga pernah mengikuti pameran bersama Amrus Natalsya, GM Sudarta, Indah Arsyad, Ipe Ma’aroef, Ipong Purnama Sidhi, KP Hardi Danuwijaya, Misbach Tamrin, Oji Lirungan, Rotua Magdalena P. Agung, Teguh Ostenrik, Yahya TS, Yoes Rizal dan Yusuf Susilo Hartono dalam Pameran Sketsa Jakarta!, di Bentara Budaya, Jakarta (2012).

Tidak hanya itu, Daoed juga tercatat berperan penting dalam memperjuangkan Candi Borobudur untuk direnovasi dan direstorasi oleh UNESCO. Ia juga sempat membuat sketsa tentang Borobudur yang diterbitkan secara terbatas.

Selain pemerhati di bidang budaya, Daoed Joesoef juga merupakan seorang ekonom dan akademisi bidang ekonomi moneter yang handal. Itu berkat latar belakang pendidikannya mulai dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Jakarta (1959); Program Master, Universite de Paris I, Pantheon-Sorbonne, Perancis (1969); Doctorat de L’Universite, Universite de Paris, Perancis (1965); hingga Docteur d’Etat es Sciences Economiques, Universite de Paris I, Pantheon-Sorbonne, Perancis (1973). Alhasil, Daoed pun ditawari menjadi Gubernur Bank Indonesia menggantikan Sjafruddon Prawiranegara (1953). Namun tawaran itu ditolaknya dengan alasan ia tidak lagi bebas menulis dan berpikir. Ia kemudian diminta Presiden Soeharto menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam Kabinet Pembangunan III (1978 – 1982) yang lantas disetujuinya.

Selama menjadi Mendikbud, Daoed menjalankan konsep pendidikan sebagai bagian dari kebudayaan, yang membangun masa depan melalui pendidikan generasi muda. “Mereka harapan sekaligus manusia masa depan. Melalui pendidikan kita menyiapkan masa depan. Ada nilai investasi di sana dengan memberi generasi muda cukup ilmu,” ungkap Daoed.

Selain menjadi Mendikbud, perjalanan karier Daoed Joesoef tercatat cukup panjang. Ia pernah menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) (1983–1998); Letda TNI/POLRI (1950); Lektor Kepala Universitas Indonesia (UI), Jakarta; Kepala Jurusan Umum Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Jakarta (1962–1965); Pembina Yayasan Centre for Strategic & International Studies (CSIS) (1999) dan Ketua Kehormatan Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Panunggalan Lembaga Javanologi di Yogyakarta.

Atas kerja keras dan dedikasinya, Daoed Joesoef mendapatkan sejumlah penghargaan. Diantaranya Satyalancana Dwidya Sistha dari TNI-AL (1981), Bintang Mahaputera Adipradana dari Pemerintah Republik Indonesia (1982), Gelar Sutan Iskandar Muda Nasution dari Masyarakat Mandailing Tapanuli (1982), Bintang Commandeur de L’Ordre des Arts et desa Letters dari Pemerintah Republik Perancis (1983), dan Penghargaan Nugra Jasadaruna Pustaloka dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (2005).

Kini Daoed Joesoef telah berpulang pada Selasa, 23 Januari 2018 di Jakarta. Meski demikian, catatan perjalanannya yang cukup panjang menjadi cambuk inspirasi bagi generasi muda untuk meneruskan perjuangannya dengan penuh semangat. Selamat jalan Bapak Daoed Joesoef.

*dsy/GNI/bbs