MUNASAIN

Saat ini Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman (Dit. PCBM) bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sedang menyusun story line Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia. Museum ini merupakan pengembangan dari Museum Etnobotani, yang peluncurannya telah dilakukan pada 31 Agustus 2016 lalu.

Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia ini akan memiliki tata pamer yang berisi informasi mengenai sejarah terbentuknya gugus pulau dan kepulauan, hingga evolusi dan diversitas kehidupan (flora, fauna dan mikroba) di Indonesia. Selain itu juga terdapat informasi mengenai hubungan manusia dengan lingkungannya, yang tergabung dalam tema Pengetahuan dan Kearifan lokal.

Di dalam museum yang berada di Jalan Ir. H. Juanda No. 22, Bogor ini, juga akan terdapat informasi mengenai teknologi dan pemanfaatan keanekaragman hayati terkini. Di antaranya mengenai bioteknologi untuk ketahanan pangan, kesehatan, pengendalian lingkungan dan untuk energi.

harry-truman-simanjuntak
Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak, Arkeolog dari Pusat Arkeologi Nasional saat berdiskusi dalam penyusunan story line.

Story line ini disusun oleh para pakar yang ahli dalam bidang biologi dan arkeologi. Mereka adalah Prof. Dr. Enny Sudarmonowati (Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati, LIPI); Prof. Dr. Eko Baroto Waluyo (Puslit Biologi LIPI), Prof. Dr. Y. Purwanto (Puslit Biologi LIPI), Dr. Joeni Setjo Rahajoe (Bidang Botani, Pusat Biologi, LIPI) Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak (Pusat Arkeologi Nasional), dan Dr. Harry Widianto (Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman).

Pendirian Museum Etnobotani Indonesia didirikan atas gagasan ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) yang pertama, Prof. Sarwono Prawirohardjo pada 1962. Museum ini berisi informasi mengenai hasil-hasil dari penelitian etnobotani, berupa kebudayaan masyarakat lokal yang ada di Indonesia. Di antarnaya berkaitan dengan aktivitas manusia dan lingkungan alam sekitarnya.

Pada 1973, Direktur Lembaga Biologi Nasional (sekarang Pusat Penelitian Biologi), Dr. Setiaji Sastrapraja memantapkan gagasan mengani Museum Etnobotani dengan mengundang tokoh permuseuman, para ahli ilmu sosial, antropologi, dan peneliti botani Indonesia.

Kemudian pada 18 Mei 1982 besamaan dengan peringatan 165 tahun berdirinya Kebun Raya Bogor, museum ini diresmikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi, Prof. Dr. B. J. Habibie dengan tema ‘Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia’.