Tujuh Likur dan Pintu Gerbang Lingga

0
2255

Kabupaten Lingga yang dikenal sebagai Bunda Tanah Melayu pernah menjadi Pusat Kerajan Melayu yang tidak saja membina dan berkembang di bidang adat dan budaya Melayu pada saat itu juga pembinaan Agama Islam. Adat dan tradisi yang berkembang juga tidak terlepas dari pengaruh Agama Islam diantaranya seperti melaksanakan haul jama’ menjelang bulan Ramadhan, kegiatan berzanji pada peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW dan memasang lampu pelite pada 10 hari Ramadhan terakhir yang puncaknya pada malam 27 Ramadhan.

Tradisi Malam Tujuh Likur di daik, malam ke 10 terakhir bulan puasa atau Ramadhan ditandai dengan tradisi likur. Sebuah kebiasaan masyarakat yang telah berlangsung sangat lama dan terus lestari sampai kini.

Adapun rangkaian kegiatan malam tujuh likur ini dilaksanakan di dua tempat yaitu :

1. Di Mesjid/Mushala

Di mesjid  atau mushala dilaksanakan malam hari selepas shalat taraweh, diadakan zikir dan beratib. Masyarakat berkumpul di mesjid, mushala untuk melakukan zikir bersama-sama. Sementara kaum perempuan membawa juadah dari rumah untuk dimakan bersama-sama setelah pelaksanaan zikir dan beratib atau puji-pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT.

2. Di rumah

Dirumah setelah selesai magrib sudah menjadi kebiasaan masyarakat untuk tidak menutup pintu rumah dan jendela rumah, semua dibuka lebar-lebar seraya menghidupkan lampu seterang-terangnya. Pada masa dahulu setiap rumah menghidupkan colok di beberapa sudut rumah sebagai penerang.  Disetiap perkarangan rumah Dimulai pada malam ke 21 masyarakat di daik menandai dengan satu buah lampu pelita.Warga menyebutnya malam selikur atau satu likur. Hal ini terus berlanjut hingga malam penghujung bulan Ramadhan. Menambah lampu pelita sesuai bilangannya hingga menjadi 7 lampu pelita yang disusun sedemikian rupa.

Tradisi Tujuh Likur adalah tradisi memasang lampu pelita (lampu dengan bahan bakar minyak) di perkarangan rumah dan menghias jalan-jalan. Ada juga masyarakat yang menggunakan lampu listrik sebagai pengganti pelita.

Yang paling istimewa ketika masuk malam ke 27, Malam ganjil.satu dari malam-malam ganjil yang paling istimewa di bulan suci Ramadhan. Tidak hanya dipekarangan rumah, ribuan lampu-lampu pelita bakal menghiasi bahu jalan. Ditambah karya-karya pintu gerbang dengan motif dan corak islami seperti bentuk kubah masjid, bulan-bintang, gunung-gunung yang dihiasi dengan berbagai kaligrafi.Ada juga yang hanya menggunakan seni menyusun pelita saja sehingga membentuk berbagai ornamen maupun bacaan “ Selamat Hari Raya Idul Fitri” yang  kelihatan indah di jalan-jalan pada malam hari .Pembuatan pintu gerbang biasanya dilakukan oleh para pemuda daerah atau kampung setempat mereka membuatnya secara bergotong royong secara suka rela, mulai dari pengambilan bahan-bahan material berupa kayu, papan, bahan buat pelita, dan lain-lain dalam jumlah yang banyak tergantung besar kecilnya pintu gerbang yang akan dibuat untuk perayaan malam 7 likur.

Setelah pembuatan pintu gerbang selesai pada satu hari sebelum malam tujuh likur ada juga pada beberapa pintu gerbang yang mengadakan doa selamat dan berbuka bersama-sama oleh pemuda dan masyarakat di sekitar pintu gerbang. Setelah berbuka dan Shalat Magrib barulah semua pelita dinyalakan. Pelaksanaan perayan malam terakhir Ramadhan bukan hanya sebatas symbol budaya bagi masyarakat Melayu, tetapi lebih luas yaitu dalam rangka menyambut datangnya malam seribu bulan yaitu malam Lailatul Qadar.Dimana pada masa ini setiap idividu akan lebih meningkatkan amal ibadahnya. Berbagai makna tersimpan dalam pelaksanaan acara likuran atau akhir Ramadhan tidak hanya sebatas penyalaan lampu tetapi tersirat berbagai makna dan kearifan lokal masyarakat Melayu  dalam memaknai datangnya malam Lailatul Qadar. Penyambutan kedatangan bulan suci Ramadhan dengan membuat penerangan tradisional merupakan salah satu ujud rasa kegembiraan atas datangnya bulan suci Ramadhan, bulan penuh berkah, rahmat dan ampunan.

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900845

Nama Karya Budaya :Tujuh Likur dan Pintu Gerbang Lingga

Provinsi :Kepulauan Riau

Domain :Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda