Topeng Pada Masa Prasejarah

0
2157

Topeng Pada Masa Prasejarah

Topeng merupakan benda yang terus mengikuti peradaban manusia dalam rentang waktu yang sangat panjang. Topeng adalah aspek seni sekaligus magis dalam fungsi sebagai media mendatangkan roh nenek moyang disamping juga mengandung nilai-nilai simbolis. Sifatnya pun universal yakni hampir semua belahan dunia mengenal topeng. Bentuk-bentuk topeng sangat beragam dan unik dari yang mirip wajah binatang, makhluk menakutkan, bentuk stilasasi karakter-karakter tertentu sampai ke bentuk yang agak realistis mendekati wajah manusia. Bahan pembuatan topeng bermacam-macam dari mulai kulit, kayu, tanah liat, keramik, logam (emas, perak,perunggu), hingga batu. Lukisan warna-warni pada wajah seseorang menurut beberapa ahli juga dapat dikategorikan sebagai topeng. Artinya topeng selalu dikaitkan dengan penutup wajah dengan alasan yang berbeda-beda, mulai dari religi, sosiologis, hingga kesenian dan tontonan. Topeng di Indonesia memiliki dua fungsi, yakni keagamaan dan kesenian.

Pada masa Prasejarah topeng digunakan sebagai media ritual tertentu oleh karena topeng dianggap memiliki kekuatan magis. Pada neraka perunggu untuk ritual memanggil hujan misalnya, terukir gambar-gambar wajah. Ukiran gambar wajah tanpa anggota badan ini menunjukkan pada masa itu mereka telah mengenal konsep topeng. Pada masa ini topeng berfungsi sacral sebagai sarana dalam pemujaan terhadap roh atau arwah nenek moyang. Upacara ritual yang berkaitan dengan topeng dimanfaatkan sebagai perantara antara dunia roh dengan manusia. Kehadiran roh nenek moyang dalam topeng berarti pemulihan hubungan kedua dunia tersebut. Pada masa prasejarah juga, topeng-topeng dibuat berukuran besar sehingga menutupi seluruh kepala orang yang memakainya (cth: topeng ondel-ondel, Reog Ponorogo)

Bukti arkeologis keberadaan topeng pada masa prasejarah di Indonesia antara lain berupa motif hias pada tempayan, kendi, nekara, kapak perunggu, kalamba, dan lukisan pada batu cadas atau dinding gua. Sebagian besar gambaran di atas erat kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Topeng sebagai bekal kubur, sebagai symbol perubahan identitas dari manusia biasa menjadi roh yang dipuja atau sebagai lambing keabadian, sehingga diyakini dapat tetap hidup bersama masyarakat yang ditinggalkan.

Topeng yang masih utuh ini memiliki nilai seni tersendiri sebagai upaya penggambaran terhadap si mati se-naturalis mungkin. Kendati penggambaran tersebut tidak mendekati potret namun minimal orang mengetahui bahwa yang digambarkan adalah ekspresi wajah manusia dan mungkin sekali adalah orang yang meninggal.

Tradisi memakai topeng atau kedok juga lekat dengan masyarakat tradisional yang menorehkan lumpur atau tanah berwarna pada wajah mereka saat ritual tertentu. Bahkan pada masyarakat pedalaman seperti suku Dayak di Kalimantan masih ditemukan orang yang merajah wajahnya sebagai symbol status sosial.

-Jago Tarung Yogyakarta- Indonesian Mask: Touching the Hidden Spirit-

-Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya-