Seni Topeng Sumatera Utara

0
7825

Di Sumatra Utara, topeng disebut dengan gundala-gundala oleh masyarakat Batak Karo, di Simalungun manghuda-huda, di Pakpak Dairi mrngkuda-kuda. Taping dipakai oleh para guru tau semacam dukun yang menari dalam upacara penguburan dari salah satu masyarakat yang meninggal. Mereka memakai baju seperti jubah panjang dengan lengan panjang sehingga menutupi seluruh bagian kedua tangannya. Selain itu ada topeng yang dalam bahasa Batak Karo disebut kuda-kuda tau dalam bahasa Batak Toba disebut huda-huda, yaitu topeng yang menggambarkan kepala binatang seperti kuda atau kadang-kadang burung. Kuda dan burung adalah simbol dewa yang tertinggi dan ada anggapan bahwa para bangsawan adalah keturunan dewa ini.

Di daerah Simalungun, terdapat pertunjukkan topeng terkait dengan kematian seseorang yang hidupnya dianggap sempurna. Pertunjukkan topeng yang dikenal sebagai Tortor Taping-taping ini menggambarkan pasangan lelaki dan perempuan yang sedang menuju alam baka. Topeng hampir tak pernah absen dalam upacara-upacara tradisional masyarakat Batak.

Topeng Simalungun ini diduga merupakan tahap awal dari topeng Batak pada umumnya. Pada dasarnya topeng Simalungun terdiri atas empat tokoh saja, yakni seorang perempuan, dua orang laki-laki, dan satu burung. Mimik wajah tidak seram namun terkesan romantic sekaligus lucu. Ekspresi rendah hati tetapi optimis, mempesona, sesuai dengan latar belakang sejarahnya yakni untuk menghibur keluarga raja yang sedang tertimpa duka-nestapa.

Seperti halnya Simalungun, seni topeng di daerah Tapanuli bermula dari kisah duka mendalam yang dialami oleh raja dan permaisuri karena kematian putera tercinta. Berlatar dari semangat yang sama yakni demi menghibur sang permaisuri yang adalah ibu dari si mayat yang beranjak dewasa. Dirundung duka yang sangat dalam sang ibu terus menerus memeluk buah hatinya hingga mulai membusuk. Pada suatu ketika sang ibu terlena, ia tak sadarkan diri. Maka datanglah seorang seiman pematung menggantikan mayat anak remaja tersebut dengan sebuah patung, lalu si anak dikuburkan. Setelah sang ibu tersadar, disampaikan kepadanya bahwa anaknya mulai hidup kembali, namun dalam keadaan lemah (si gale gale).

Kisah ini kemudian berkembang menjadi sebuah kesenian boneka yang seakan-akan hidup, hingga digemari oleh masyarakat Batak. Si Gale-gale yang artinya lemah lembut adalah boneka atau patung kayu berbentuk manusia pria remaja dalam ukuran yang mendekati natural, dilengkapi dengan kostum tradisional Batak. Tiap-tiap bagian tubuhnnya diberi persendian dan tali sedemikian rupa sehingga seseorang yang disebut Dalang dapat memainkannya untuk meniru gerakan-gerakan seorang remaja laki-laki yang seakan-akan hidup dengan iringan gendang. Si Gale-gale ini dengan demikian dapat dimasukkan ke dalam seni teater boneka. Tokoh topeng terdiri atas sepasang laki-laki dan perempuan dengan ukuran topeng sekedar cukup untuk menutup wajah, dimainkan dalam bentuk tarian dengan tetabuhan tanpa dialog khusus.

Kesenian topeng masyarakat Batak Pakpak Dairi Mangkuda-kuda, tidak seberuntung seni topeng di Simalungun. Pertunjukkan topeng Pakpak Dairi hanya ditunjukkan untuk upacara ritual, dan lebih cenderung pada ritual-magis disamping sebagai seni hiburan masyarakat.

 

Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya