Tari Tradisi Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Tari Kain

0
8959

Tari kain merupakan salah satu jenis tari tradisi masyarakat, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Tari ini berkembang diseluruh daerah wilayah. Tari Kain ditampilkan oleh dua orang penari laki-laki, diiringi/dipandu oleh music tari yang berasal vocal pendendang dan instrument adok. Gerak dalam tari kain terdiri dari 7 ragam dan 21 jenis. Durasi penyajian tari kain tidak pakem pada 21 gerak, akan tetapi penari bisa mengulangi kembali gerak-gerak yang ada, setelah menyelesaikan satu kali repertoar utuh. Gerak tari kain terdiri dari pembukaan, pasambahan depan, pasambahan samping, pasambahan belakang, salam, ambiak langkah, langkah satu, gelek, langkah tarik belakang, langkah tigo, langkah maju, pisawek gantuang, langkah gantuang, langkah mereng, gelek kaduo, kipeh kain, gerak ampun, maagiah umpan, umpan, manjapuik umpan kanan, dan manjapuik umpan kiri, salam penutup.

Gerak dalam tari kain hampir mirip dengan gerakan-gerakan silek. Secara visual tari kain dapat dimaknai sebagai silek yang menggunakan kain panjang. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pada awal keberadaanya, yang mana tari kain digunakan sebagai pamutuih kaji (ujian terakhir) bagi seorang murid silek di depan umum. Pada masa lampau saat silek tidak diajarkan secara terbuka dan ditampilkan di depan masyarakat umum. Sebagai salah satu syarat bagi seorang murid silek dalam menamatkan pelajaran silek dalam suatu sasaran, maka murid tersebut akan menampilkan silek di depan umum, namun dalam bentuk tarian yang lebih mengutamakan keindahan gerak. Dalam penampilannya, para penari juga menggunakan pisau yang disembunyikan dibalik kain. Dengan penampilan silek dengan cara demikian, orang lain tidak bisa meniru/mengambil ilmunya. Artinya tari kain merupakan tarian milik dan pamenan (hiburan) orang-orang dalam dunia silek.

Pada masa lampau tari kain ditampilkan dalam acara penyambutan tamu-tamu nagari/ kerajaan, serta acara pelepasan prajurit untuk berangkat tugas. Selain sebagai sarana hiburan, ajang tersebut sekaligus untuk memperlihatkan ketangkasan para prajurit yang rata-rata merupakan seorang pandeka (menguasai silek). Seiring dengan perkembangan zaman, tari kain menjadi kesenian bagi masyarakat umum dan ditampilkan dalam acara alek (perhelatan) umum dalam masyarakat. Karena silek merupakan milik dan konsumsi mayoritas masyarakat, tari kain menjadi sajian wajib dalam setiap alek.

Tari Kain biasaya ditampilkan pada paro akhir malam dan merupakan hiburan penutup dalam sebuah alek. Tari kain akan ditampilkan secara bergiliran oleh laki-laki yang bajago dalam alek. Apa bila seorang penari sudah lelah atau ingin berhenti, maka penari tersebut akan memberikan kainnya kepada orang lain sesuai dengan keinginannya, biasanya menggunakan.

pertimbangan kaidah tertentu yang lazim dalam adaik maupun sasaran. Tidak ada sumbang dalam kaidah hubungan kekeluargaan, serta hubungan sasaran, seperti mamak dengan urang sumando atau sasaran yang kontras berbeda aliran silek-nya. Penari baru tersebut akan melanjutkan penari yang digantikannya. Adakalanya penari sama-sama berhenti dan digantikan oleh penampilan pasangan yang baru. Begitu seterusnya sampai menjelang waktu shalat Subuh. Dalam era sekarang, tari kain hanya dipelajari bagi penari-penari yang bergabung dalam sanggar-sanggar, atau di beberapa sasaran. Penampilan tari kain dalam alek masyarakat juga semakin terbatas, karena sudah banyak alternarif hiburan lain yang dipandang lebih modern, serta mulai menipisnya rasa hubungan kekeluargaan masyarakat. Tari kain hanya ditampilkan dalam acara-acara tertentu, seperti festival dan beberapa acara insidentil lain dengan durasi sekali tampil  dengan sepasang penari. Tidak ada lagi penampilan tari kain selama 2 atau 3 jam oleh puluhan penari.

Pada masa lampau, saat adaik (aturan/hukum) Minang masih  dijaga dan diterapkan oleh masyarakat, silek dan tari kain merupakan satu kompetensi wajib bagi kaum laki-laki. Berdasarkan fungsi utama dan pola penampilan tari kain, setiap laki-laki baik orang tua maupun pemuda yang akan hadir dan ingin bajago (meramaikan ) dalam sebuah alek, harus memiliki kemampuan untuk menari kain.  Pada saat tari kain sedang beralangsung, seorang laki-laki yang bajago dalam alek akan mendapatkan giliran untuk menari. Tidak mau menari atau tidak bisa menari akan menjadi suatu kekurangan bagi laki-laki. Bagi kaum laki-laki yang tidak bisa menari kain, akan duduk agak menjauh dari arena atau tidak ikut bajago dalam alek. Dalam hal ini. Tari kain memiliki fungsi sebagai pergaulan atau komunikasi sosial. Selain fungsi sarana pergaulan antar masyarakat, tari kain juga memiliki fungsi sarana penjalin hubungan antara pemuda dengan pemudi. Pada saat menari, seorang pemuda boleh menyerahkan kain  kepada gadis yang disukainya. Gadis tersebut bisa saja mengembalikan kain tersebut pada saat itu juga, atau berapa waktu kemudian. Apa bila sang gadis tidak mengembalikan kain saat pertunjukan itu, maka itu adalah sinyal bahwa dia menyukai pemuda (penari) tersebut.

Secara historis dari perspektif oleh siapa dan kapan tari kain diciptakan, sampai saat ini belum ada kajian yang berhasil mengungkapnya. Berdasarkan fungsi tari kain pada masa awal keberadaannya sebagai pamutuih kaji, maka tari kain hampir sama umurnya dengan keberadaan silek. Namun demikian, sampai saat ini sejarah silek sendiri masih kabur dan penuh dengan mitos-mitos yang kadang bertentangan dengan bidal, petitih adat yang berkatan dengan fungsi silek dalam masyarakat.

*—————————————

Tari kain adalah sebuah tarian yang berasal dari Kabupaten Pesisir Selatan.Tarian ini sampai dan berkembang di Pauh dikarenakan pada zaman dahulu, Pauh adalah pusat pertahanan Kota Padang yang mana seluruh penjuru daerah berkumpul disini untuk melawan Belanda. Tari Kain adalah sebuah tarian yang memakai kain panjang untuk pertunjukannya dan khusus dipertontonkan ketika acara tagak gala marapulai.Tarian ini biasanya dimainkan oleh dua orang laki-laki.Kain yang dipakai dalam tarian ini adalah kain pemberian bako. Hal ini menandakan bahwa sang marapulai telah dewasa. Alas an kenapa kain dari bako yang digunakan dalam tarian ini adalah sebagai symbol atau lambang kasih saying pihak bako kepada anak-anaknya. Pakaian penari tari kain adalah pakaian silat berwarna hitam.Panjang kain yang digunakan dalam tari kain ini kurang lebih dua meter. Ada beberapa gerakan dalam tarian ini, yaitu: gerakan pembuka, gerakan persembahan, gerakan lacuik?. dan gerakan ilak?. Ciri khas dari tarian kain adalah rantak tigo (rantak Tiga).Tarian ini berjalan selama 5 menit dan diiringi oleh gendang Mancak. Pada zaman dahulu tarian ini diiringi oleh dampiang (nyanyian pengiring) dan dampiang inipun diiringi oleh adok (tempayan/pasu lama).

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900833

Nama Karya Budaya :Tari Kain

Provinsi :Sumatra Barat

Domain :Seni Pertunjukan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda