Tari Rapai Geleng

0
4898

Tarian Rapa’i Geleng adalah manifestasi dari media dakwah yang direpresentasikan dalam wujud seni pertunjukan. Tarian ini lahir dan berkembang di Manggeng Aceh Barat Daya, namun tidak diketahui nama penciptanya. Tarian ini diperkirakan muncul telah lama, namun baru dikenal oleh masyarakat Aceh secara luas setelah adanya pertunjukan di Pekan Kebudayaan Aceh. Tidak ada pantangan dalam menyebarkan dan memperkenalkan Tari Rapa’i Geleng yang berkembang pada masyarakat Aneuk Jamee di sebagian Aceh Barat Daya dan sebagian Aceh Selatan agar tidak punah. Tarian ini sampai saat ini masih berkembang dengan pesat di seluruh sanggar di Aceh. Karena gerakannya sangat dinamis dan cepat. Tarian ini saat ini bukan hanya milik masyarakat Aneuk Jamee tapi sudah menjadi milik masyarakat Aceh pada umumnya. Tarian ini dalam media penyampaiannya menggunakan bahasa Aceh yang dilantunkan secara Cahi (vokalis) yang diikuti oleh penarinya. Gerakannya hampir sama dengan gerkan Saman, namun alat dan bahasa yang digunakan berbeda. Tarian mulai marak 20 tahun terakhir ini sejak tahun 1980-an. Tarian ini pernah dipertunjukkan di Pekan Kebudayaan Aceh sampai pada tahun 2004. Sekarang banyak sanggar-sanggar di Aceh yang telah mengajarkan tarian ini.

Alat musik yang digunakan pada tari Rapai Geleng adalah rebana Aceh yang dipegang oleh seluruh penari. Perlu juga dicatatkan latar belakang penggunaan alat tersebut hingga makna ataupun nilai simbolik yang terkandung di dalamnya. Tarian Rapai Geleng menggunakan alat Rapai yang dipadukan dengan gerakan yang unik sesuai irama rapai. Syair-syair yang dilantunkan dipadukan dengan gerakan-gerakan sebagai sarana dakwah melalui seni. Rapai ini adalah rasa syukur atas suatu keberhasilan baik dalam pertanian maupun bidang kehidupan lainnya. Selain itu tarian ini juga sering dipertujukkan pada upacara perkawinan, sunatan, serta pertunjukan pada acara-acara penyambutan tamu kehormatan. Tarian ini adalah wujud persembahan sebagai ungkapan rasa gembira, yang tidak pernah luput dari puji-pujian kepada Allah SWT. Gerak tari dan iramanya dikemas dalam kalimat “la ilaha illallah”. Fungsi sosial Rapai Geleng sebagai seni pertunjukan dalam wujud tarian sebagai rasa sukur atas keberhasilan dan kemakmuran.

Bentuk tari Rapai Geleng; (a). Ditinjau dari makna ruang gerak terutama berkaitan dengan leveling. (b). Struktur tari Rapai Geleng. (c). Nama bentuk gerak yang berkaitan antara lain dengan nilai dan makna filosofis, sosiologis, antropologis, kosmologis, dll sesuai adat atau perangkat nilai-nilai dan keyakinan sosial yang berakar dan berkembang dalam kehidupan mayarakat Aceh umumnya dan pada masyarakat Aceh Barat Daya dan sebagian Aceh Selatan. (d). Penggunaan nama dan kedudukan/peran Syeh (pemimpin syair) dan penari sebagai koor. Selanjutnya perlu penjelasan bahwa, isi syair selain berupa nasihat, juga merupakan puji-pujian kepada Allah SWT, Nabi Muhammad SAW, sahabat, dan kerabatnya. Secara keseluruhan titik a sd d pada dasarnya terkait erat dengan nilai ritual keagamaan atau keyakinan dan adat masyarakatnya.

Penjelasan pelaku tari Rapai Geleng yang pada awalnya hanya ditarikan oleh laki-laki dan pada perkembangannya dapat juga ditarikan oleh perempuan yang ditarikan secara terpisah. Hal ini erat berkaitan dengan etika nilai-nilai pergaulan berdasarkan adat dan hukum agama yang dikaitkan dengan pemahaman tentang muhrim.