Data Sejarah
Di dalam buku Tari Prajuritan Kesenian khas Kabupaten Semarang dari Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang Tahun 2005 Tari Prajuritan mula mula tumbuh dan berkembang di wilayah Getasan Kabupaten Semarang khususnya di Dusun Manggisan. Tari Prajuritan ini merupakan bentuk tiruan atau penggambaran derap langkah prajurit dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai prajurit kemudian dikemas dalam bentuk tarian.
Embrio tari prajuritan diperkirakan mulai muncul abad XVIII dimana pada saat itu seorang tokoh pejuang pembela rakyat yang sangat kharismatis dalam menentang penjajah Belanda beliau adalah Pangeran Samber Nyawa , dalam memimpin perlawan terhadap Penjajah dengan perang gerilyanya memiliki semboyan “ Tiji Tibeh “ ( Mati siji mati kabeh , mukti siji mukti kabeh ) dan berpegang teguh pada “ Tridharma “ prajurit yaitu Rumongso Handarbeni – melu Hangrungkebi – Mulat Sariro Hangrosowani , dan semboyan tridharma ini merupakan kekuatan yang sangat sulit untuk ditumpas. Menghadapi kelompok Sambernyawan membuat Belanda kewalahan , Maka diundanglah Pangeran Sambernyawa untuk mengadakan perundingan dengan fihak Belanda di Salatiga tanggal 17 Maret 1757 dengan hasil kesepakatan Dinobatkannya Pangeran Sambernyawa menjadi Adipati bergelar Adipati Mangkunegara I
Pada saat diadakan perundingan prajurit sagelar sepapan Sambernyawan setia berjaga disekitar Salatiga untuk bersiap bila diperlukan membela pimpinan mereka.
Prajurit – preajurit ini mendirikan barak barak disekitar Getasan dan pada waktu waktu tertentu mengadakan latihan perang perangan, dari latihan prajurti Sambernyawan ini kemudian anak anak muda sekitar Getasan mencoba menirukan gerak prajurit prajurit tersebut sambil bekerja di kebun tembakau sehingga gerak gerak mereka tirukan disesuaikan dengan posisi mereka bekerja dikebun tembakau .
Sesuai dengan fungsinya ,kesenian dapat dijadikan sebagai salah satu media aktualisasi jatidiri,wahana untuk mengekpresikan pengalaman jiwa maupun sarana hiburan serta mengkomunikasikan ide – ide atau pikiran Demikian juga Tari Prajuritan dalam perkembangannya berfungsi sebagai media ekspresi dan penanaman rasa cinta terhadap nusa,bangsa dan negara disamping sebagai media hiburan .
Usaha Mengembangkan Tari Prajuritan
Upaya memperkenalkan tari Prajuritan sebagai hasil budaya dilakukan masyarakat dengan mengadakan pentas pentas didusun dengan perlengkapan dan pakaian seadanya mereka mulai membentuk kelompok kelompok untuk berlatih dan dipentaskan diperhelatan perhelatan dusun , dari gerak gerak yang ditampilkan dan pakaian serta perlengkapan yang digunakan ternyata menarik kaum muda dari dusun lain untuk juga membentuk kelompok kelompok sehingga tari ini mulai dikenal didusun lain dengan mengembangkan pola pola lantai gelar prajurit serta memakai kostum seperti prajurit yang pernah mereka lihat berlatih di Getasan . Sekitar tahun 1980 Kasi Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaaan Kab. Semarang pada saat itu Ki Adi Samidi Tarian ini dikareografi dengan gerak gerak yang menarik tanpa meninggalkan bentuk dan makna serta tujuan ditarikannya gerak gerak ala prajurit Sambernyawan tersebut sebelumnya , bersama dengan para Seniman pada saat itu seperti Bapak Sutrisno BA, Hernowo Sujendro , Sugiyati dll mereka bersepakat menamakan tari tersebut sebagai TARI PRAJURITAN “ dengan gerak , pakaian dan peralatan yang sudah ditentukan . Untuk selanjutnya diadakan kajian dan seminar seminar serta pelatihan – pelatihan untuk membakukannya dan terbentuklah gerak gerak seperti yang kita lihat sekarang sebagai Tari Prajuritan yang dipentaskan secara kelompok kecil maupun secara massal serta ditetapkan sebagai kesenian Khas Kabupaten Semarang .
Diskripsi
Tari Prajuritan merupakan salah satu tarian tradisional dari Kabupaten Semarang
Penari tari Prajuritan biasanya berjumlah 14 orang dengan 5 orang penabuh, 1 orang manggalayuda dan 1 orang pekathik .
Untuk iringan yang digunakan adalah
1. Benda
2. Trendheng ( Dheng – thek )
3. Bedhug
4. Saron
Busana
Busana yang digunakan oleh penari Tari Prajuritan :
1. Busana Manggala Yuda : celana panjen, kain barong putih, sabuk cinde merah, boro
dan samir, epek timang, baju putih lengan panjang, dasi
kupu , teni hitam, blangkon, sumpung kudhup, keris ladrang
2. Busana Wirapati : Celana panjen, Kain barong putih, sabuk cinde merah, boro dan
samir , epek timang, surjan motive bunga, blangkon, kalung ulur,
keris ladrang
3. Busana Prajurit : Celana panjen warna hitam , kain lereng, sabuk cinde, epek timang,
Baju lengan panjang warna putih, rumpi warna hitam, kalung kace
Nyakram atau iket warna hitam dan merah
4. Busana Pekathik : Celana panjen warna hitam,kain panjang bebas, sabuk, epek
Timang, rumpi warna hitam, iket udhar dasar hitam , cemethi
5. Busana Pengiring : Celana panjen, kain, sabuk , epek timang, surjan lurik, iket udhar
Gelar
Gelar tari Prajuritan : Gelar sawo jajar, Gelar Garuda Nglayang, Gelar Kunthul Nebo,
Gelar Wulan Tumanggal , Gelar Supit Urang , Gelar Waringin Sung
Sang .
Peralatan
Peralatan / kelengkapan : Cemethi, Tameng, Pedang, Terompet, Keris Ladrang, Kuda kepang
Tari Prajuritan merupakan kesenian tari khas Kabupaten Semarang. Tari Prajuritan adalah sebuah tari yang menggambarkan ulah gerak para prajurit dalam berlatih untuk meningkatkan kemampuan perang.
Keterangan
Tahun :2019
Nomor Registrasi :201900944
Nama Karya Budaya :Tari Prajuritan Kabupaten Semarang
Provinsi :Jawa Tengah
Domain :Seni Pertunjukan
Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda