Tapa Menggala

0
234

Tapa malenggang merupakan tuturan yang berkembang di masyarakat Batanghari selama lebih dari dua generasi. Tuturan tersebut mengisahkan tentang Tokoh Mambang Diawan yang merupakan anak raja Sati Menggung dan Sicindau Laut menjemput jodohnya. Mambang Diawan meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk menemui jodohnya di Lubuk Sebidar Alam. Tetapi, untuk menemui jodohnya itu, Mambang Diawan harus menyamar menjadi ikan yakni ikan Tapa. Atas izin orang tuanya, dengan syarat membawa adiknya Mambang Bulan (Tapa Kudung) dan Mambang Sakti (Tapa Tembago), pencarian tersebut dimulai. Rintangan demi rintangan selalu dihadapi oleh ketiga kakak beradik tersebut. Mereka harus menghadapi Ular Sawo, Ular Bide, Labi-labi Putih dan Rajo Mudo.

Kisah Tapa Malenggang ini dituturkan oleh penutur dengan nada yang tidak biasa. Tukang tutur biasanya mempertunjukkan cerita ini padamalamhari kepada cucu atau anak-anak, dan warga lainnya di sekitar rumah. Menurut Datuk Zainul (wawancara: 1/2018) pada zaman dahulu, kisah Tapa Malenggang dituturkan secara bergantian oleh dua orang penutur. Hal itu dilakukan agar tukang tutur mendapat energi karena dipertunjukkan dalam waktu yang lama.Saat penutur yang satu istirahat maka penutur lainnya melanjutkancerita Tapa Malenggang tersebut.

Di beberapa Desa, tuturan Tapa Malenggang masih tersimpan dalam memori kolektif masyarakatnya. Hanya saja tidak banyak masyarakat yang mampu menceritakan kembali bagaimana cerita rakyat tersebut secara mendalam. Mayoritas masyarakat hanya mengetahui dan mempercayai bahwa Ikan Tapa yang ada di sungai Batanghari merupakan ikan keramat yang kapan pun bias saja menjelma menjadi dewa. Sehingga masyarakat cukup hati-hati saat berada di pinggir sungai apabila terdapat tanda-tanda adanya ikan Tapa tersebut.

Ikan Tapa digambarkan oleh masyarakat sebagai makhluk penunggu sungai Batanghari. Makhluk tersebut tidak akan menyerang jika manusia juga tidak mengusik habitatnya. Maka, mayoritas masyarakat Batanghari mengetahui beberapa tempat hidup ikan Tapa. Menurut penuturan datuk Sudarmadi (wawancara, 10/2018) biasanya ikan Tapa hidup di olak (pusaran air) atau lubuk-lubuk yang tenang airnya, di jungut air (air yang berada di dalamtanah) di situlah ikan Tapa hidup. Penuturan datuk Sudarma ditersebut diyakini oleh sebagian besarmasyarakat bahwa apabila mengusik tempat-tempat tersebut maka akan terjadi sesuatu yang membahayakan manusia.

Tuturan Tapa Malenggang menjadi mitos tersendiri yang berfungsi untuk menjaga kelestarian ekosistem sungai terutama habitat ikan Tapa. Lewat tuturan inilah habitat ikan tapa pada waktu itu masih bisa dengan mudah kita temui. Hal ini berbeda dengan kondisi dewasa ini yang sangat sulit mencari ikan Tapa. Belum lagi dengan kondisi sungai Batanghari yang sudah tercemar membuat keberlangsungan ekosistem habitat sungai pun ikut terancam. Selain itu, tuturan Tapa Malenggang ini berfungsi sebagai sarana hiburan masyarakat pada waktu itu. Kepiawaian tukang tutur menjadi daya tarik tersendiri karena masih minimnya jenis hiburan di tengah masyarakat pada waktu itu.

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900867

Nama Karya Budaya :Tapa Menggala

Provinsi :Jambi

Domain :Tradisi dan Ekspresi Lisan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda