Srimpi Renggawati, Hadir pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono

0
4201

Srimpi Renggawati Keraton Ngayogyakarta hadir pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono kelima. Sajian tari Srimpi pada waktu itu digarap bersama dengan wayang wong. Tarian Srimpi ini dalam proses penciptaannya sering dikaitkan dengan legitimasi kekuasaan raja di masa pemerintahannya. Pada masa itu, pemerintah Belanda berkuasa dan dalam perjanjian akhir perang Jawa tahun 1830 memiliki dua tujuan yakni :

1. Menginginkan jaminan akan adanya suatu perdamaian di Jawa;

2. Suatu legitimasi atas kekuasaan dan pemerintah kolonial.

Srimpi Renggawati hadir sebagai suatu intepretasi atau tafsiran yang mengajak penafsir unruk menerjemahkan secara eksplisit makna sebuah karya serta mengajak untuk mempertemukan jarak historis antara horizon teksnya.

Selain itu, menurut B.P.H. Suryanagara dalam Serat Babad Momana, disebutkan bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono V pada tahun 1766 memerintahkan kepada adiknya G.P.H.Mangkubumi (yang kemudian bergelar menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono VI) untuk membuatkan suatu tata acara yang memuat ajaran pendidikan pra nikah bagi para puteri dan kawula dalem tentang ajaran keblat papat lima pancer. Tarian Srimpi menjadi bagian dari simbolisasi budaya yang memberikaan wawasan edukatif.

Ajaran keblat papat lima pancer dilambangkan dengan gambaran tentang sifat-sifat sebagai berikut :

a. Aluamah : sebagai sifat atau nafsu angkara murka

b. Amarah : sebagai sifat atau nafsu lekas marah;

c. Supiah : sebagai sifat atau nafsu birahu;

d. Mutmainah : sebagai sifat kemurnian atau kejujuran;

e. Mulhimah : sebagai pusat yang memberikan arah keempat nafsu tersebut..

Isi cerita dari Srimpi ini menceritakan kisah Prabu Anglingdarma, seorang raja yang bertahta di negara Malawapati dengan Dewi Setyawati sebagai permaisurinya. Cerita ini menceritakan tentang ajaran Aji Sulaiman yakni ajaran tentang ilmu bahasa binatang yang dimiliki oleh Prabu Anglingdarma.. Suatu hari, Dewi Setyawati meminta Prabu Anglingdarma untuk memberikan ilmu tersebut dan mengancam akan bunuh diri. Kemudian karena keinginannya tida terpenuhi Dewi Setyawati melompatkan dirinya ke lingkaran api dan meminggal. Prabu Anglingdarma kemudian melanjutkan perjalanan ke Banjarnegara dan menghadapi berbagai macam rintangan. Tatkala itu Prabu Anglingdarma menerima kutukan menjadi burung belibis putih. Ketika terbang, Prabu melihat taman indah yang disana terdapat Dewi Renggawati. Keduanya terlibat asmara dan diperstukan kembali sebagai permaisuri dan raja.

Musik tari pada Srimpi Renggawati berbeda dengan Srimpi pada umumnya. Jika biasanya tarian Srimpi menggunakan satu macam pathet, tarian Srimpi renggawati menggunakan dua pathet yaitu pathet sanga dan pathet manyura. Pada awal pertunjukan dimulai dengan lagon kemudian dilanjutkan dengan kandha yang menceritakan latar belakang cerita yang disajikan dalam Srimpi Renggawati. Gending pertama digunakan Ladrang Tama, tama mempunyai arti utama. Sebagai pengiring utama dalam kapang-kapang maju menuju tengah area pentas. Sesudah itu, dilagukan Kawin Sekar Dhandhan Gendhis, Bawa Sekar Tengahan Garjita, garjita mempunyai arti senang sekali. Sekar Tengahan Garjita ini sebagai bawa untuk masuk ke gending Renyep laras slendro pathet sanga (pathet ini menceritakan tentang tingkatan hidup manusia).

Tata panggung dari Srimpi Renggawati memiliki tata panggung sebagai berikut :

1. Undhak-undhakan;

2. Pohon;

3. Pot bunga;

4. Burung belibis putih atau mliwis;

5. Penari (lima orang);

6. Sajen yang terdiri dari jajan pasar, tumpeng slamet, bubur manca warna (abang,putih, abang putih, bubur baro-baro);

Manusia hidup dalam kenyataan untuk berusaha meresapi dan menyelaraskan dengan keharmonisan alam yang merupakan sumber pengolahan yang murni. Pandangan semacam ini adalah pesan yang tersirat atau terselubung dalam Srimpi Rangggawati. Dengan kesiapan budaya yang menyadari akan keberadaan diri manusia dengan alam menyatukan antara mikrokosmos dengan makrokosmos atau dapat diwujudkan dalam manunggaling kawula gusti.

Srimpi Renggawati berbeda dengan Srimpi Rangga Janur karena diantaranya :

1. Srimpi Renggawati ditarikan oleh penari sebanyak lima orang sedangkan Srimpi Ronggo Janur sebanyak empat penari;

2. Properti yang hanya ada di Srimpi Renggawati adalah ”mliwis”;

3. Materi Cerita Srimpi Renggawati menceritakan Anglir Darmo dan Srimpi Renggo Janur materi ceritanya kisah Mahabarata pertarungan Dewi Srikandi dan Dewi Larasati;

4. Srimpi Renggawati menggunakan Paes-Trimurti; Penarinya tidak boleh jika sedanfg mensturasi sehingga diperlukan beberapa penari cadangan yang masih belia;

Tari Srimpi Renggawati juga mengajarkan tentang bagaimana pendidikan seorang anak yang akan beranjak dewasa. Tari Srimpi perlambang dulu bagaimana Sri Sultan Hamengkubuwono V yang naik tahta pada umur tiga tahun. Tari Srimpi Renggawati mengajarkan nilai-nilai kebaikan yang harus dieplajari oleh seorang anak. Tarian ini tidak menggunakan properti pedang atau alat persenjataan lainnya karena mengajarkan nilai-nilai luhur dan kebijaksaan kepada seorang anak.

Tari Srimpi Renggawati ini koreografinya berbeda dengan tari Srimpi lainnya.Perbedaan ini terletak pada jumlah penarinya. Srimpi pada umumnya ditarikan oleh empat (4) orang penari, sedangkan untuk Srimpi Renggawati ditarikan oleh lima (5) orang penari.. Dalam Tari Srimpi Renggawati tidak menggunakan properti “keris” sehingga tidak ada gerak tari “perangan”. Adapun Properti yang terdapat dalam Tari Srimpi Renggawati ini adalah 5 (lima) pohon, tangga (undhak-undhakan), dan burung mliwis putih. Adapun cerita yang diambil dalam Tari Srimpi Renggawati ini adalah cerita babad tanah jawa yaitu mengambil cerita “Anglingdarmo”. Sedangkan Tari Srimpi pada umumnya mengambil cerita Mahabarata atau Serat Babad Menak.

Srimpi merupakan sebuah komposisi tarian wanita keraton daerah Yogyakarta yang pada umumnya ditarikan oleh empat penari wanita. Kata srimpi adalah sinonim bilangan 4. Tari Srimpi merupakan tarian yang menggambarkan peperangan antara seorang prajurit wanita dengan prajurit wanita lain. Srimpi tidak mempergunakan dialog dan isinya lebih banyak yang menggambarkan peristiwa dari zaman dulu atau cerita lain. Menurut Dr. Priyono nama serimpi dikaitkan ke akar kata ?impi? atau mimpi. Menyaksikan tarian lemah gemulai sepanjang 3/4 hingga 1 jam itu sepertinya orang dibawa ke alam lain, alam mimpi. Ada beberapa Srimpi yang namanya sesuai dengan nama melodi atau gendhing yang mengiringinya. Misalnya Srimpi Pandelori, Srimpi Arjuna mangsah. Hanya pada Srimpi Renggowati penarinya ada 5 orang hasil gubahan dari Sri Sultan Hamengku Buwana V. Menurut Kanjeng Brongtodiningrat, komposisi penari Serimpi melambangkan empat mata angin atau empat unsur dari dunia yaitu : 1. Grama ( api) 2. Angin ( Udara) 3. Toya (air) 4. Bumi ( Tanah) Sebagai tari klasik istana di samping bedhaya, serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta. Serimpi merupakan seni yang adhiluhung serta dianggap pusaka Kraton. Tema yang ditampilkan pada tari Serimpi sebenarnya sama dengan tema pada tari Bedhaya Sanga, yaitu menggambarkan pertikaian antara dua hal yang bertentangan antara baik dengan buruk, antara benar dan salah antara akal manusia dan nafsu manusia.

 

 

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900973

Nama Karya Budaya :Srimpi Renggawati

Provinsi :DI Yogyakarta

Domain :Seni Pertunjukan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda