Srar, Tarian umum yang sering ditarikan saat adanya pesta adat

Tarian Srar atau sarara adalah tarian Umum yang sering ditarikan pada saat adanya pesta adat.  Tarian ini sama dengan tarian tumbu tana yang terdapat pada orang arfak di Kabupaten Manokwari.  Tarian srar merupakan salah satu tarian tradisional yang memiliki cakupan luas wilayah disekitar kepala burung Tanah Papua.  Tarian ini adalah tarian umum yang ditarikan oleh semua orang dan selalu ditarikan pada saat adanya ritual/upacara/pesta adat. Banyak sebutan untuk tari ini, baik itu suku yang ada di kabupaten Manokwari maupun di Kabupaten Sorong dan Sorong Selatan sampai pada daerah Kabupaten Bintuni.

Tarian Srar ditarikan secara berkelompok pria dan wanita secara berpasang-padangan dengan dipandu atau dipimpin oleh seorang pemimpin tarian dan lebih memfokuskan pada hentakan kaki.    Adapun cara tarian salara sebagai berikut : pria dan wanita yang akan melakukan tarian salara membentuk kelompok dan berdiri memanjang, satu baris wanita dan satu baris pria sambil mengapit tangan masing-masing.  Kemudian pemandu tarian mendendangkan lagu sambil menari dengan cara menghentakan kaki, yang diikuti oleh kelompok penari   dibelakangnya.

 

 

*————–

Sraar atau Syokh artinya menari dan menyanyi. Selain itu Sraar artinya menari sambil menginjakkan kaki/menghentakan kaki ke bumi sebagai suatu rasa keindahan dalam sukma yang diekspresikan pada saat selesai melaksanakan tugas atau misi yang dipercaya oleh pemimpin adat. Misalnya, menang dalam perang suku dan lain sebagainya. Arti lain dari Sraar atau Syokh adalah menari sambil menghentakan kaki ke bumi kemudian melemparkan kaki ke depan (wanita) dan meloncat di tempat (pria) dalam bentuk bergandengan tangan. Dalam bentuk bergandengan tangan mereka membentuk posisi melingkar sambil berputar kearah kanan dengan melakukan gerakan-gerakan tari dinamis dan disertai dengan pekikan-pekikan. Dalam sejarah perkembangannya tari Sraar ini merupakan milik suku Tehit dan Maibrat kemudian dikawinkan dengan tari sraar yang berasal dari Arfak. Manikion dan Mandacan. Melalui suku Meibrat tari Sraar masuk ke suku Moi sehingga tari tersebut berkembang terus menerus sehingga menyebar pada suku-suku yang mendiami wilayah kepala burung. Ada dua jenis tari Sraar yaitu Sraar Taro dan Sraar Seek. Sraar Taro merupakan tarian di dalam rumah diatas panggung yang lantainya terbuat dari kayu atau bambu dan diikat dengan rotan. Sedangkan Sraar Seek yaitu tarian yang dimainkan di alam bebas. Gerak dan komposisi tari Sraar selalu dipengaruhi oleh kondidi alam dan jenis-jenis hewan yang mendiami alam sekitar lokasi pemukiman yang didiami oleh kelompok atau suku Maibrat. Alat music pengiring yang digunakan untuk mendukung Tari Sraar adalah jubi anak panah. Cara membunyikannya adalah setiap penari memegang busur panah pada tangan kiri dan kanan kemudian memukulnya sehingga mengeluarkan bunyi yang memberikan komando untuk menari, yaitu melompat-lompat dan menghentakkan kaki kanannya ke atas tanah atau para-para yang lantainnya di buat dari bambu. Busana yang digunakan penari ada dua yaitu (a) Wasan Syeret / cawat yang digunakan oleh penari pria, (b) Wasan Kath (sejenis rok dan blus yang terbuat dari kulit kayu dan kain timor) yang digunakan oleh penari wanita. Selain busana ada hiasan-hiasan yang digunakan pada waktu menari. Hiasan-hiasan yang sering digunakan yaitu; Majaf (burung Cenderawasih) Sabet (manik0manik) Sabet Saa (manic-manik hiasan kepala) Wijar Heek (taring babi) Hion Heek (taring anjing) Simatgee (buluh kasuari) Noot Thook (kain Timor) Kiyaa (noken).

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201901085

Nama Karya Budaya : srar

Provinsi :Papua Barat

Domain :Seni Pertunjukan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda

Scroll to Top