Sholawat Maulud Jawi, Bentuk pujian dan cara umat Islam

0
7707

Sholawat adalah bentuk pujian dan cara umat Islam bersilaturrahim kepada Nabi Muhammad SAW. Selain itu, sholawat juga mempunyai makna sebagai bentuk kepedulian sosial. Hal ini menunjukkan betapa Islam sangat rahmatan lil alamin karena mengajarkan tidak egois dan senantiasa memberikan berkah bagi semua bagi semua umat. Nama yang paling sering disebut setiap hari ialah Nabi Muhammad Saw. Penyebutan nama Nabi lebih banyak dilakukan dalam bentuk sholawat. Sholawat atau selawat adalah ungkapan rasa cinta dan kerinduan kepada Nabi Muhammad dengan mengucapkan lafaz-lafaz shalawat, seperti Allahumma shalli „ala Muhammad. Bershalawat kepada Nabi merupakan seruan Allah.

Sholawat Jawi atau Sholawat Maulud Jawi mengandung pengertian sholawat adalah puji-pujian untuk keselamatan Nabi Muhammad beserta keluarga dan umatnya. Kata Maulud mengandung pengertian Bulan Maulud, yaitu bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Kata Jawi, sebagai bentuk penghalusan kata Jawa. Dengan demikian kata Sholawat maulud Jawi mengandung pengertian syair-syair pujian yang mengandung sejarah dan peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw. pada bulan Maulud yang dilakukan oleh masyarakat Jawa atau dalam seni budaya Jawa. Perkembangan yang ada di DIY hingga hari terdapat 133 group se-DIY.

Sholawat Maulud Jawi lahir dari seorang tokoh bernama Kyai Sholeh yang berada di Dusun Jejeran, Desa Wonokromo, Kecamatan Pleret, Bantul. Pada waktu itu, Kyai Sholeh diperintahkan oleh gurunya yakni KH. Nawawi (ulama dusun Jejeran) untuk menciptakan sebuah kreasi seni yang menyampaikan ajaran-ajaran tentang mengekspresikan cinta kepada Nabi Muhammad SAW atau dikenal dalam agama Islam dengan istilah mahabarurrosul. Tujuan utamanya adalah untuk mengajarkan pendidikan sholat dan sholawat. Kiai Sholeh diceritakan lahir pada tahun 1921, setelah diperintah oleh gurunya ia mengubah macapatan jawa untuk digubah menjadi menjadi syair-syair Jawa dengan materi sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 1947, Kiai Sholeh telah menjuarai ura-ura Sholawat Maulud Jawi ini sehingga diperkirakan \Sholawat ini sudah ada sebelum 1947. Lomba-lomba atau tradisi ura-ura yang diselenggarakan pada saat shubuh dan magrib jamaah ditambah dengan perlombaan yang sering diadakan membuat tradisi Sholawat Maulud Jawi ini berkembang pesat di Bantul dan Yogyakarta secara lebih luas. Adanya pondok-pondok pesantren dan masjid menjadi factor pendukung persebaran tradisi ini.

Unsur-unsur yang ada pada pementasan Sholawat Jawi adalah Personil, Syair atau tembang dari Buku Tuntunan Sholawat Maulud Mudo Palupi, dan alat musik pengiring. Dalam penampilan kesenian Sholawat Maulud ini seluruh pemain duduk berderet membuat formasi tertentu dengan para pemain musiknya biasanya duduk di deretan paling belakang atau pada tempat tertentu yang disediakan. Ciri khas dari kesenian ini adalah para pemain hanya duduk bersila, tidak ada gerakan-gerakan tarian atau pun tepuk tangan. Gerakan yang ada hanyalah bentuk peniruan gerakan sholat sehingga kesenian ini merupakan bentuk ekspresi orang melakukan sholat. Bentuk gerakan seperti ini, yaitu posisi atau gerakan menirukan gerakan orang sholat. Hal ini juga sesuai dengan tujuan kesenian ini adalah pembelajaran sholat bagi masyarakat.

Di dalam Sholawatan Maulud Jawi gerakannya bernama Syrokal atau Mahallul Qiyam yakni duduk -berdiri- bergoyang sedikit ke kanan dan kiri sambil tengadah ke atas seolah menyambut kelahiran Rasul Muhammad Saw- dengan membaca sholawat dan pujian – kemudian duduk lagi.

Urutan materi pementasannya adalah sebagai berikut:

1. Pembukaan (diisi dengan Hadroh QS al Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw., sahabat, keluarga, dan anak cucunya.

2. Qiroatul Qur’an dengan ayat-ayat yang terkait dengan kelahiran dan keteladanan Nabi,

3. Sholawat dan puji-pujian

4. Tetembangan terkait sejarah dan penyambutan kelahiran Nabi,

5. Mahallul Qiyam (berdiri) atau disebut Syrokal,

6. Pitutur risalah Nabi terutama terkait Sholat 5 waktu (fardlu) dan Islam sebagai rahmat bagi alam seisinya.

7. Mau’idhoh Hasanah (berisi tentang sholawat Maulud dan membedah syair-syairnya atau bisa yang lain), dan

8. Penutup (diisi tahlil dan atau doa bagi leluhur). Doa ini untuk leluhur sebagai bentuk Mikul duwur mendhem jero (birrul waalidain).

Secara rinci pementasan Sholawat Maulud Jawa sudah menggambarkan berbagai hal yang terkait dengan nilai yang terkandung di dalamnya.Diawali dengan pembukaan dengan doa untuk keselamatan Nabi Muhammad SAW, anak cucu, keluarga, dan para sahabatnya. Dilanjutkan dengan pembacaan ayat-ayat yang terkait dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw., untuk mengenang dan memperingati kelahiran beliau. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sholawat dan puji-pujian, tembang-tembang yang terkait dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw. Selanjutnya adalah nasihat-nasihat yang terkait dengan pelajaran sholat dan ajaran Islam sebagai rahmat bagi seisi alam. Pementasan diakhiri dengan doa penutup untuk menghormati para leluhur, orang tua, dan tokoh-tokoh yang berjasa dalam kehidupan.

Sholawat Maulud Jawi, dipentaskan selapan (36 hari) sekali, secara bergilir oleh anggotanya. Pementasan secara lengkap dilakukan setahun sekali, menjelang peringatan Maulud

Nabi Muhammad SAW. Pementasan ini dilaksanakan sekitar 6,5 – 7 jam berbeda dengan Sholawat Jawa yang merupakan pethilan Sholawat Maulud Jawi, bisa dipecah-pecah menjadi 0,5 atau 1 jam.

Sholawat Maulud Jawi ini juga mempunyai fungsi sosial budaya dalam masyarakat yaitu sebagai media dakwah, pendidikan Islam, khususnya untuk memberikan pendidikan tentang sholat. Hal ini mempunyai makna bahwa dakwah tentang syiar ajaran Islam dapat dilakukan dengan media kesenian. Secara filosofis eksistensi kesenian Sholawat Maulud Jawi ini menjadi sarana pendidikan bagi masyarakat, sebagai saran ibadah dan syiar Islam, serta pendidikan budi pekerti. Seperti telah disampaikan terdahulu bahwa penampilan kesenian Sholawat Maulud Jawi ini seluruh pemain duduk berderet membuat formasi tertentu dengan para pemain musiknya biasanya duduk di deretan paling belakang atau pada tempat tertentu yang disediakan. Ciri khas dari kesenian ini adalah para pemain hanya duduk bersila, tidak ada gerakan-gerakan tarian atau pun tepuk tangan. Gerakan yang ada hanyalah bentuk peniruan gerakan sholat sehingga kesenian ini merupakan bentuk ekspresi orang melakukan sholat. Hal ini juga sesuai dengan tujuan kesenian ini adalah pembelajaran sholat bagi masyarakat.

Nilai-nilai yang terkandung dalam kesenian Sholawat Maulud Jawi adalah nilai edukasi, yaitu mengedukasi masyarakat tentang ajaran Islam. Sesuai dengan bentuk keseniannya adalah pujian kepada Tuhan dan harapan akan keselamatan untuk Rasul Muhammad Saw. dan warga masyarakat yang ada di sekitarnya. Nilai tatakrama budi pekerti, karena dalam syair-syair yang dilantunkan juga mengandung ajakan untuk berbuat baik, sopan santun, dan beretika, mampu mengakui kelemahan dirinya sebagai makhluk Tuhan dan warga masyarakat.

Shalawatan dipentaskan 1 tahun sebanyak 3 kali, yaitu: a. Bulan Sapar (Rebo Wekasan/Rabu terakhir bulan Sapar), b. Malam 1 Suro, c. Bulan Besar (Jumat terakhir) – Shalawatan yang dipakai di dusun Nglambur ini adalah Shalawat Dzikir Maulud, dengan kitab yang dipakai adalah kitab Al-Berjanji. Kitab ini merupakan kitab Jawa Arab. Dinamakan dzikir maulud karena dalam bacaannya mengandung kalimat dzikir dan maulud merupakan bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Shalawatan Dzikir Maulud memiliki esensi yang sangat mulia, yaitu ?Pecinta pada Rasulullah’ – Shalawatan ini biasanya berlangsung dari pukul setengah 10 malam hingga pukul setengah 4 dini hari. Pementasan seperti yang telah di tentukan di atas atau jika terdapat hajatan dan nazar seseorang. Jumlah anggota shalawat sekitar 32 orang. Saat ini shlawat dzikir maulud diketahui oleh Sukiwiyono. Shalawatan ini melakukan gebyaran (latihan) setiap malam jumat kliwon. – Shalawatan yang dipakai di dusun Nglambur ini adalah Shalawat Dzikir Maulud, dengan kitab yang dipakai adalah kitab Al-Berjanji. Kitab ini merupakan kitab Jawa Arab. Dinamakan dzikir maulud karena dalam bacaannya mengandung kalimat dzikir dan maulud merupakan bulan lahirnya Nabi Muhammad SAW. Shalawatan Dzikir Maulud memiliki esensi yang sangat mulia, yaitu ?Pecinta pada Rasulullah’. – Alat-alat yang digunakan untuk Shalawatan 3 terbang, 1 dodok, dan 1 jedor, alat music ini sudah berumur lebih dari 50 tahun, akan tetapi suaranya masih sangat bagus. -Untuk mengumpulkan orang datang bershalawat ini ternyata sangat unik caranya. Alat musik yang bernama Jedor sebelum dibawa ketempat shalawat dipukul. Ini menandakan bahwa alat musik sudah mau berangkat ke tempat shalawat, sehingga mengingatkan masyarakat Nglambur untuk segera bergegas datang ke tempat shalawat. Kemudian setelah sampai di tempat shalawat jedor kembali dipukul, yang menandakan bahwa alat musik sudah sampai di tempat shalatan yang telah ditentukan. -Disamping itu terdapat hal mistis yang terdapat dalam kebudayaan ini. Jadi biasanya orang yang tidak ikut bershalawat akan mendengar bunyi shalawat justru satu hari setelah shalawat dilakukan. – Slawatan Maulud dikenal masyarakat umum sebagai kesenian Slawatan. Sejak dahulu sampai sekarang Slawatan Maulud ini tetap hidup seperti keadaan aslinya. Fungsinya adalah sebagai alat dakwah agama Islam. Kesenian ini sebenarya bukan seni pertunjukan, artinya dia tidak ditonton oleh umum. Kalau toh ada penonton di situ, kedudukan mereka lebih sebagai pendengar. -Pementasan Slawatan Maulud ini bisa dijalankan minimal oleh enam orang dan maksimal oleh 40 orang, walaupun demikian biasanya dijalankan oleh sekitar 15 – 20 orang. -Para pemain Slawatan menggunakan kostum realis yaitu pakaian yang dipakai sehari-hari dan tidak memakai rias muka. Biasanya permainan ini diadakan di masjid atau langgar tetapi sering juga di rumah penduduk. Vokal disampaikan dalam bentuk nyanyian berbahasa Arab. -Dalam pertunjukan ini ada juga teks yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa sehingga nyanyiannya berbahasa Jawa. Jenis ini disebut Slawatan Maulud Jawi. Penyelenggaraannya pada waktu malam hari selama kurang lebih 8 jam, dimulai dari jam 20.00 hingga jam 04.00. Alat penerangan yang digunakan disini adalah petrornak untuk waktu sekarang, dan lampu keceran atau lampu gantung di masa dulu. Slawatan ini semuanya laki-laki.

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900977

Nama Karya Budaya :Sholawat Maulud Jami

Provinsi :DI Yogyakarta

Domain :Tradisi dan Expresi Lisan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda