Serunai Bengkulu (1)

Serunai atau Sunai adalah alat musik tradisional tiup aerophone, tergolong dalam end blown flute yang berfungsi sebagai pembawa melodi yang dikembangkan (improvisasi) dan dimainkan oleh satu orang. Alat musik ini diyakini berasal dari suku bangsa Pekal yang ada di Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko dan berkembang hingga ke seluruh wilayah Kabupaten Mukomuko.

Serunai atau Sunai terbuat dari bambu kapa  atau telang kapa yang hidup di tepi sungai karena karena tekstur bambu tersebut lebih tipis, mudah untuk diolah, dan menghasilkan suara yang lebih nyaring. Bambu yang dipakai harus dari satu jenis dan tidak boleh dicampur dengan jenis lain.. Bambu yang dipilih selanjutnya dipotong menjadi 9 ruas dan dibentuk sesuai dengan ukuran masing-masing sehingga bisa disambung menjadi satu. Serunai yang telah selesai dan diberi lubang selanjutnya dilakukan ritual dengan membakar kemeyan dan membaca mantra agar menghasilkan suara yang baik dan terhindar dari gangguan roh halus. Selesai bambu serunai lalu dipasang anak sunai yang terbuat dari daun kelapa dan bulu ayam sebagai penghasil suara. Suara yang dihasilkan sunai belum bisa dibuat dalam tangga nada karena suara yang dihasilkan sangat khas dan hanya terdiri 6 variasi suara yang dihasilkan dengan menutup dan membuka 5 lubang pada serunai. Tidak adanya standar suara yang dihasilkan, maka mempelajari serunai tidak bisa dilakukan dengan teori tetapi dengan praktik. Dengan cara ini, setiap pemain harus memiliki kemahiran dalam menghafal jenis suara yang dihasilkan pada saat lubang ditutup atau dibuka sehingga mampu membuat variasi suara sesuai lagu. 

kemahiran yang harus dimiliki pemain Serunai atau Sunai:

1. mampu memilih bambu yang baik untuk dijadikan bahan Serunai atau Sunai

2. mampu membuat Serunai atau Sunai dengan standar suara yang khas Serunai atau Sunai

3.mampu menghafal jenis suara yang dihasilkan sehingga dapat dikombinasikan dalam mengiringi lagu 

4. mampu mengolah pernafasan selama memainkan Serunai atau Sunai 

5. mampu tampil dengan baik pada saat pertunjukan

 

 

*————-

Serunai atau dalam bahasa suku bangsa Pekal disebut Sunai adalah alat musik tiup yang terbuat dari bambu kecil yang terdiri dari 9 bagian (ruas) dan memiliki lubang pengatur nada sebanyak 6 buah. Serunai Mukomuko diyakini berasal dari Kecamatan Malin Deman Kabupaten Mukomuko dan sangat erat kaitannya dengan cerita rakyat Malin Deman pada  suku bangsa Pekal di Kecamatan Malin Deman. Tidak diyakini kapan waktu terciptanya alat musik ini, tetapi diyakini seiring dengan munculnya Tari Gandai yang menurut cerita rakyat  di Kecamatan Malin Deman ditarikan saat Malin Deman menikahi Puti Bungsu. 

Sunai semakin populer di kalangan seniman musik di Kabupaten Mukomuko seiring keberadaan tari gandai karena sunai adalah musik pengiring utama tari gandai bersama redap. Tersebarnya alat musik ini juga berpengaruh pada penyebutan nama alat musik tersebut. Sebagian besar masyarakat menyebut Serunai tetapi sebagian juga menyebut Sunai atau serunai mukomuko. Dengan demikian kepemilikan alat musik ini tidak lagi terbatas pada suku bangsa Pekal di Kecamatan Malin Deman tetapi menjadi milik masyarakat Kabupaten Mukomuko.

Sunai terbuat dari bambu kecil yang dalam bahasa setempat disebut telang.  Bambu yang dianggap baik untuk sunai adalah bambu kapa (telang kapa) yang banyak terdapat di sepanjang aliran sungai. Total panjang sunai rata-rata 50 cm, yang terdiri dari 9 potongan (berasal dari 9 ruas bambu) dengan diamter ruas paling ujung (terbesar) sekitar 200 mm. Jarak satu ruas umumnya diukur dengan besar telapak tangan/jari. Ruas terpanjang 6 jari, lalu 5 jari, 4 jari, 3 jari, dan kembali 6 jari, lalu 4 ruas dengan ukuran sangat kecil dan pendek sebagai tempat anak sunai. Suara dihasilkan dari epit yaitu tangkai bulu ayam yang dipadukan dengan daun kelapa yang dibentuk sedemikian rupa hingga menghasilkan suara. Pembatas epit dan bambu diberi koin (uang koin) agar memudahkan sipeniup menarik nafas.

Terdapat 36  lagu dari alat musik sunai yang dipakai sebagai pengiring tari gandai, yaitu:

1. Judul Lagu Lori sebagai pengiring Gerak Lori. Gerak Lori merupakan gerak – gerak pembuka disetiap penampilan tari gandai yang memiliki makna setiap manusia harus memiliki sikap rendah hati dan saling hormat menghormati.

2. Judul Lagu Rantak Kudo. Gerakan ini terinspirasi dari kisah zaman dahulu bahwa kuda merupakan alat transportasi pengangkut hasil pertanian dan laut untuk menelusuri jalan-jalan setapak.

3. Judul Lagu Taramang Balin merupakan sebuah gerakan yang menggambarkan sikap manusia yang bermuka dua di masyarakat.

4. Judul Lagu Tak Tero. Gerak Tari ini merupakan gerakan dari salah satu jenis burung yang biasanya berkicau dikala pelaksanaan shalat maghrib, yang disebut dengan Burung Tak Tero. Burung Tak Tero memiliki gerakan yang lincah biasanya terbang dari satu ranting pohon keranting yang lain.

5. Judul Lagu Gajah Ndrong. Tari Gajah Ndorong ini menceritakan suatu penolakan masyarakat Mukomuko terhadap kesewenang-wenangan penjajahan Belanda pada saat itu.

6. Judul Lagu Siamang Berjampai. Pada gerak tari “Siamang Berjampai” terdapat pengajaran khususnya kepada para warga yang memiliki kebiasaan bermalas-malasan layaknya binatang hutan yang oleh masyarakat Mukomuko disebut dengan Siamang. Siamang adalah binatang sejenis kera yang hidup secara liar serta memiliki kebiasaan bergelayutan di dahan pohon sambil memperdengarkan suara yang riuh. Kata bergelayutan dalam bahasa lokal massyarakat Mukomuko disebut dengan “berjampai”.

7. Judul Lagu Woh Anak. Gerakan tari “Woh Anak” menggambarkan suasana duka yang dialami oleh seorang ibu dan anak yang mesti hidup terpisah karena alasan ekonomi. Si ibu yang harusnya dekat dengan anaknya mesti pergi menerima upah dengan bekerja pada lahan orang lain untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.

8. Judul Lagu Anak Tutung Sayak. Gerakan tari ini mengajarkan masyarakat Mukomuko untuk hidup hemat dan bersahaja, meskipun memiliki harta yang berlimpah. Kesederhanaan dalam menjalani kehidupan merupakan pilihan sikap dan perilaku yang dicintai oleh banyak orang.

9. Judul Lagu Lang Menari. Gerak Tari dan Lagu dalam tarian Lang Menari” terinspirasi dari perilaku Burung Elang yang terbang di udara sambil menatap tajam ke bawah–memata-matai korban yang mungkin telah tersedia untuk menjadi santapan pada satu hari yang panas terik. Sang elang belum akan hinggap pada satu ranting pohon sebelum menemukan korban yang pada hari itu diharapkan mampu mengisi perutnya yang kosong. Segala kesabaran yang diperlihatkan oleh elang serta gerakan demi gerakan yang dipersaksikan di udara tersebut kemudian menjadi gerak indah para penari dalam Tari Gandai.

10. Judul Lagu Berkotek Ayam di Ladang. Gerak Tari dan Lagu Berkotek Ayam di Ladang adalah salah satu gerak dalam Tari Gandai, gerak “Berkotek Ayam di Ladang” menampilkan nuansa rasa aman dan nyaman yang dialami oleh para warga Mukomuko yang hidup pada zaman dahulu;terbebas dari belenggu penjajahan Belanda. Demikian nyaman dan aman sehingga ayam di ladang pun ikut berkotek menyuarakan suasana penuh kebahagiaan tersebut.

11. Judul Lagu Lago Puyuh. Gerakan tari “Lago Puyuh” merupakan gerakan yang meniru dua ekor burung puyuh yang tengah berkelahi tampa sebab-musabab yang jelas. Kedua ekor burung puyuh tersebut saling serang dengan tidak beraturan. Mereka telah sama-sama terluka dan kepayahan. Suasana kalutpun menyertai perkelahian mereka yang tidak dapat ditebak kapan akan berkesudahan. Secara sosial budaya, melalui gerak tari ini dipersaksikan satu tontonan kehidupan yang tidak kunjung akur antara dua orang saudara. Mereka menghabiskan energi kehidupan dengan sia-sia serta terjebak dalam pertikaian yang tidak kunjung mereda.

12. Judul Lagu Menjong Ambek. Pada gerak tari ini terlihat beberapa orang penari bergerak penuh semangat; bergerak ke satu arah atau bergerak dengan beberapa bentuk gerakan serta; terlibat pula beberapa penari yang selalu berupaya meghalangi setiap gerakan tersebut. Setiap penari malakukan satu gerakan maka akan selalu ada penari lain yang juga bergerak dengan maksut menghalangi. Yang menarik adalah, meskipun terus dihalangi namun para penari terus terus berupaya bergerak dan para penari lain akan terus pula berusaha menjadi penghalang, sehingga kemudian membentuk pola gerak tarian yang berirama yang indah. Gajah Nurun. Sebuah tarian yang menceritakan penolakan masyarakat Mukomuko terhadap kesewenang-wenangan penjajahan Belanda pada saat itu.

13. Judul Lagu Gadis Ambai. Nama gerak Gadis Ambai ini diambil dari nama jin penguasa sungai yang pada zaman dahulu diprecaya oleh masyarakat Mukomuko sebagai makhluk gaib yang suka menculik anak-anak yang tengah mandi di sungai. Sebagaimana dipercaya, disamping suka menculik anak-anak, jin ambai juga memiliki gerakan yang lemah gemulai sehingga menarik bagi setiap anak yang memandangnya. Melalui gerakan “gadis ambai” diajarkan kepada setiap orang tua untuk senantiasa memperhatikan keselamatan anak-anak mereka.

14. Judul Lagu Tutung Sayak. Gerakan tari Tutung Sayak ini mengajarkan masyarakat Mukomuko untuk hidup hemat dan bersahaja, meskipun memiliki harta yang berlimpah.

15. Judul Lagu Pak Tenar. Dari segi istilah “Pak Tenar” merupakan nama seorang pemuda terkenal yang hidup pada zaman dahulu. Pak Tenar memiliki perilaku yang kurang baik; dikenal sebagai seorang pemuda yang angkuh serta kerab melakukan hal-hal yang dibenci olah masyarakat sekitar.

16. Judul Lagu Menjong Dadauh. Dari segi bentuk, gerak tari Menjong Dadauh ini terinspirasi dari gerak yang diperlihatkan oleh perempuan Mukomuko ketika menjalani aktifitas sebagai nelayan. Sebagai nelayan mereka berupaya menangkap ikan di sungai untuk memenuhi keperluan keluarga.

17. Judul Lagu Kasih Sayang. Gerak tari dan lagu “Kasih Sayang merefleksikan kehidupan masyarakat Mukomuko tempo dulu, yaitu ketika mereka menjalani masa-masa sulit hidup di bawah jajahan tentara Belanda. Lebih spesifik, munculnya gerak tari tersebut terinspirasi dari hubungan berkasih sayang yang terjalin antara dua orang kekasih yang terpakasa berpisah.

18. Judul Lagu Kuao Ujung Tanduk. Sesuai dengan namanya, gerak tari “kuau ujung tanduk” meniru perilaku binatang Kuao yang hinggap bertengger sambil bermalas-malasan di dahan pohon. Dalam melakukan gerakan tari ini para penampil Tari Gandai juga juga menirukan perilaku burung Kuau tersebut.

19. Judul Lagu Panas Sembilan Bulan. Munculnya gerak Tari Gandai “Panas Sembilan Bulan diinspirasi oleh gerakan sekelompok petani yang tengah dilanda kegusaran karena menghadapi musim kemarau yang panjang. Oleh karena itu, para penari juga terlihat bergerak layaknya petani yang sedang dilanda kepanikan karena memikirkan hasil tani mereka yang terancam gagal.

20. Judul Lagu Kebalai ke Tanjung Karang. Melalui gerak tari ini setiap penari Tari Gandai berupaya mengingatkan kembali setiap khalayak pada sekelumit cerita sedih dalam kehidupan sebagian warga Mukomuko tempo dulu, yaitu di masa-masa awal terbebasnya mereka dari belenggu penjajah. Pada masa itu mereka hidup serba kekurangan, bahkan untuk dapat mengenakan pakaian yang layak. Kondisi tersebut kemudian mengharuskan mereka untuk bekerja sebagai buruh kasar di pelabuhan Tanjung Karang.

Scroll to Top