SASANDU

0
9324

Sasandu adalah sebuah alat musik khas Rote Ndao di Nusa Tenggara Timur yang terbagi atas sasandu meko (sasandu gong) dan sasandu biola. Sasandu sering disebut dengan Sasando walaupun pengucapan yang sebenarnya adalah sasandu. Dalam bahasa daerah Rote Ndau, arti kata sandu adalah getaran. Alat musik sasandu biasa dimainkan untuk bersenandung menghibur diri sendiri dan sesama.
Sejarah keberadaan Sasandu di masyarakat Rote memiliki berbagai versi yang terdiri dari:
• Cerita pemuda yang bernama Sangguana (1950-an) terdampar di Pulau Ndana saat melaut, ia dibawa oleh penduduk menghadap raja di istana. Selama tinggal di istana inilah bakat seni yang dimiliki Sangguana segera diketahui banyak orang sehingga sang putri pun terpikat. Ia minta Sangguana menciptakan alat musik yang belum pernah ada. Suatu malam Sangguana bermimpi sedang memainkan suatu alat musik yang indah bentuk maupun suaranya. Diilhami oleh mimpi tersebut, Sangguana menciptakan alat musik yang diberi nama Sandu (artinya bergetar). Ketika sedang memainkannya Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan dan Sangguana menjawab “Sari Sandu”. Alat musik itupun Ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian menamakannya Depo Hitu yang artinya sekali dipetik Tujuh Dawai Bergetar (Cerita tentang Sangguana ini dimunculkan oleh Yusuf Nggebu Alm, dimuat di harian Kompas Online tahun 2002).
• Sasando ditemukan oleh dua orang pengembala bernama Lumbilang dan Balialang (diceritakan oleh Jeremias Pah). Ketika meladang besama domba-domba, mereka membawa sehelai daun lontar, saat kehausan disiang hari mereka melipat daun lontar tersebut untuk menimba air. Untuk melipat, bagian tengah daun berwarna kuning muda harus dibuang dan ketika hendak melepas, tali tersebut dikencangkannya. Tanpa disangka, ketika ditarik keras menimbulkan bunyi nada yang berbeda-beda. Tetapi karena sering terputus, keduanya lantas mencungkili lidi-lidi tersebut. Akhirnya dia menemukan jika sebenarnya dikaitkan rapat akan membunyikan nada tinggi dan sebaliknya semakin merenggang, dawai akan menghasilkan nada yang rendah (Sasando Rote, 17 Januari 2008).
• Sasando diciptakan oleh dua orang sahabat yaitu Lunggi dan Balok Ama Sina adalah seorang pengembala domba sekaligus penyadap tuak. Ketika mereka sedang membuat haik dari daun lontar di antara jari-jari dari lembaran daun lontar terdapat semacam benang/fifik yang apabila dikencangkan akan menimbulkan bunyi. Dari pengalaman inilah menimbulkan inspirasi kedua sahabat itu untuk membuat suatu alat musik petik yang dapat meniru suara atau bunyi-bunyian yang ada pada gong, dangan cara mencukil tualng-tulang daun lontar yang kemudian disenda dengan batangan kayu. Karena suara yang dihasilkan kurang bagus, maka kemudian diganti dengan batangan bambu yang dicungkil kulitnya serta disenda dengan batangan kayu, (Djoni L.K. Theedens; Sasando dan orang Rote, Timex 8 September 2009).
• Samuel Ndun alias Sembe Feok (1897-1990) seorang Manhelo (ahli silsilah dan syair) di Rote bagian barat mengatakan bahwa penemu Sasandu adalah seseorang yang bernama Pupuk Soroba. Inspirasi pembuatan Sasandu diperoleh Pupuk Soroba saat menyaksikan seekor laba-laba yang besar sedang asik memainkan jaring (sarangnya) sehingga terdengar alunan bunyi yang indah. Berdasarkan pengalamannya itu ia ingin menciptakan suatu alat yang dapat mengeluarkan bunyi yang indah. Untuk merealisir idenya itu, mula-mula Pupuk Soroba mencukil lidi-lidi daun lontar yang mentah lalu disenda, kemudian dipetik. Pikiran Soroba makin berkembang, terakhir bambu dipasang pada haik yang terbuat dari daun lontar, serta senar atau dawai mula-mula dibuat dari serat akar pohon beringin, sesudah itu dibuat dari husus musang yang kering, dan ternyata menghasilkan resonansi bunyi yang lebih besar (Paul A. Haning: Sasando, Alat Musik Tradisional Masyarakat Rote Ndao, Penerbit CV. Kairos).
Oleh Karena Sasandu didapat dengan menirukan cara kerja laba-laba, maka berdasarkan kepercayaan (mitos) di Rote bila seseorang ingin pandai bermain/memetik Sasandu, maka ia harus menangkap seekor laba-laba lalu menghancurkannya sesudahnya dicampur dengan minyak kelapa lalu diolah/diremas-remas pada jari-jemari. Oleh karena alat musik yang telah dipasang dalam haik itu beresonansi, maka disebut/dinamakan Sandu-sandu atau Sanu-sanu yang berarti bergetar berulang-ulang.
Sasando dalam bidang organologi (ilmu tentang alat-alat musik) tergolong Sitar Tabung Bambu. Menurut para peneliti musik, Sitar Tabung Bambu adalah alat musik asli Asia Tenggara (misalnya Filipina dan Indonesia). Yang juga ditemukan di Madagaskar dengan sebutan Valiha/Ali yang berasal usul dari Asia Tenggara melalui perpindahan penduduk (Stanley Sadiebed. The New Grove Dictyonary of musical instruments).
Gambar 2. Pementasan sasandu elektrik

Perkembangan Sasandu berjalan terus seiring perjalanannya waktu, terjadi modifikasi bentuk dan peningkatan kualitas bunyi yang diproduksi dengan penggantian dawai. Fisik berganti tulangan daun lontar, kulit bambu berganti dengan kawat, senar tunggal berganti dawai rangkap, akustik berkembang menjadi elektrinik, Sasando Gong berkembang ke Sasando Biola menjadi Sasandu sebagai alat musik tradisional dengan sentuhan teknologi modern. Kemampuan dan semangat memodifikasi Sasando ini mencerminkan karakter serta etos kerja orang Rote yang tinggi dan kedinamisannya dalam musik.

A. Jenis Musik Sasandu
Sasando dapat dikelompokkan dalam 2 jenis musik:
1. Sasando gong
Ada 2 jenis laras yaitu:
– Laras Tinggi/pelog
– Laras rendah/slendro
Sasando gong berdawai 10 yaitu:
– Laras tinggi/pelok :5 7 1 3 4 5 (nada 7 cenderung berbunyi 7)
– Laras rendah/slendro: 3 5 6 1 2 (nada 3 cenderung berbunyi 3)

2. Sasando biola
Ada 3 jenis penelaahan (Djonoy.L.K. Theedens)
• Penelaahan mode 1
Dawai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
G al gl fl bes1 bl c2 d2 e2 f2 fis2 g2 a2 b2 c3 d3 e3 f3 dis2
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Cis2 gis2 fis2 el dl cl b a g f e d c kecil

• Penelaahan Mode 2
Dawai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Ggl fisl fl besl b2 c2 d2 e2 f2 fis2g2 a2 b2 c3 d3 e3 f3 dis2
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Cis2 gis2 al el dl cl b a g f e d c kecil

• Penelaahan Mode 3
Dawai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Ggl fl fisl besl b2 c2 d2e2 f2 fis2 g2a2 b2 c3 d3 e3 f3 dis2
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Cis2 gis2 al el dl cl b a g f e d c kecil

B. Cara Memainkan Sasandu
Keunikan alat musik Sasandu ialah seperti gitar dan kecapi, namun bedanya tanpa chord (kunci). Senar sasandu harus dipetik dengan dua tangan dari arah berlawanan, kiri ke kanan dan kanan ke kiri. Tangan kiri berfungsi memainkan melodi dan bas, sementara tangan-tangan memainkan accord.
Pada awalnya oleh sang penemu, Sasandu diciptakan untuk menghasilkan lima nada (pentatonic), yang kini bisa dianalogikan dengan nada C (do), D (re), E (mi), G (sol), A (la) atau dalam tangga nada biasa dikenal dengan tangga nada Slendro. Dawai-dawai dari Sasandu, menyesuaikan dengan perkembangan gong, yaitu mula-mula 7 buah, kemudian menjadi 9 buah dan terakhir menjadi 10 buah. Jumlah dawai ini (7,9,10) melambangkan siklus kehidupan manusia serta kemahakuasaan sang pencipta.
Menurut penuturan dari seorang tokoh seniman muda Sasandu, pemain yang sudah dapat memainkan sasandu dengan baik dapat mengatur jari-jari tengah kiri dan kanannya dengan menyimpang dari petunjuk diatas sesuai dengan selera dan kelincahan sendiri. Dalam memetik sasandu ada aturannya dengan stabilizer jari untuk mengatur perpindahan jari dari nada yang tinggi ke nada yang rendah. Pemain berperan memainkan 3 (tiga) irama yaitu, melodi, rithim dan bas. Posisi jari kiri memetik bas dan melodi, jari kanan memainkan accord (mengiring).
Pertama-tama pemain harus mengenal atau menghafal susunan dan tempat nada-nada pada Sasandu, misalnya,

Tangan Kiri:
• Jari telunjuk tangan kiri bertumpu diatas nada B dalam hal ini nada 7
• Tiga jari tangan kiri memetik atau memainkan melodi dan bas pada nada-nada D1,C1,G2,F,G,Fis, B, C, D dan seterusnya sampai nada tertinggi.
• Jari telunjuk bertugas hanya satu nada ialah nada B atau 7. Selesai jari telunjuk memetik nada B atau 7, jari telunjuk harus cepat bertumpu kembali ke atas dawai itu lalu jari tengah dan ibu jari berpindah-pindah memainkan perannya sesuai dengan lagu yang dimainkan.
• Jari tengah tangan kiri, memerankan nada-nada F, Fis, G, G2, C, bahkan bisa mencapai nada D1 yaitu 4, 4, 5, 5, 1, 2 Nada F, Fis, G membunyikan melodi sedang nada C1, G2 dan D1 sebagai pelengkap bas.
• Ibu jari tangan kiri bertugas pada nada-nada c,d,e,f dan seterusnya sampai pada nada tertinggi semata-mata memainkan melodi.
• Ketiga jari tangan kiri ini yang memetik melodi nyanyian dengan jelas, sedang nada C1, G2, dan D1 hanya nerupakan pelengkap bas.

Tangan Kanan:
Tugas pokok tiga jari tangan kanan untuk memainkan nada-nada pengiring atau irama lagu dan sewaktu-waktu sebagai nada pelengkap melodi dan bas. Ibu jari tangan kanan memerankan nada-nada A, E, D, C.
Nada A selalu sebagai pelengkap melodi dan juga sebagai nada pengiring. Jari telunjuk tangan kanan memerankan nada-nada C, B1, A, sebagai nada pengiring. Jari tengah tangan kanan memerankan nada-nada A1, G1, G1, E, D1, sebagai nada pengiring dan bas.
Gerak tiga jari tangan kanan ini berpindah-pindah. Jarak pindah tidak terlalu besar. Tugas tuga jari ini boleh memetik tiga nada serentak atau berganti-ganti sesuai irama lagu yang dimainkan mengikuti melodi yang dimainkan oleh tiga jari tangan kiri.
Susunan nada-nada pada bagian di atas untuk dapat memainkan nyanyian dengan 2 nada dasar yaitu nada dasar c = do dan nada dasar g = do. Untuk memainkan nyanyian dengan nada dasar lain misalnya d = do atau a = do dan lain-lain maka dawai sasandu harus distem kembali. Kunci yang dapat dimainkan adalah C, D, G, F. Accord yang dipakai A, D7, Dm, D, Am, C, G, Em, Dm, C7, F7.