Sampeq adalah salah satu alat musik tradisional suku Dayak di Kalimantan. Alat musik satu ini sering di gunakan dalam mengiringi berbagai acara adat seperti tarian adat dan kesenian adat lainnya. Hampir semua sub suku Dayak di Kalimantan menggunakan alat musik satu ini untuk acara adat mereka, namun setiap sub suku Dayak memiliki penamaan yang berbeda – beda seperti, Sampe’,sape’, sempe, dan kecapai.
Sapeq adalah salah satu bentuk produk kesenian atau benda seni di masyarakat Suku Dayak Bahau. Musik sapeq di masyarakat Suku Dayak Bahau merupakan salah satu seni musik lintas generasi yang diwariskan turun-temurun sampai sekarang. Di luar pemahaman tentang teknik memainkan sapeq, di masyarakat Suku Dayak Bahau, sapeq dipelajari dengan cara yang sederhana, yaitu dengan cara oral dan aural. Sebuah metode yang secara turun-temurun diwariskan dan terbukti efektif dalam proses regenerasi kesenian orang Bahau.
Bagi masyarakat Bahau, musik merupakan salah satu bentuk perwujudan budaya mereka. Oleh karena itu, dalam proses regenerasi keseniannya, masyarakat Bahau mengacu ketat pada akar budayanya, di mana semua dipelajari lewat tradisi dan kebiasaan budaya setempat. Di luar tradisi yang mengikat, dan kebiasaan budaya orang Bahau dalam proses regenerasi keseniannya, minimnya studi literatur tentang kesenian daerah setempat menjadikan metode-metode oral dan aural masih tetap dipertahankan hingga kini.
Secara khusus, penguasaan beberapa teknik dalam memainkan musik sapeq, seperti teknik pemasangan ting sapeq, ga’n, teknik penjarian ,teknik petikan, serta pengolahan lagu amat penting dikuasai oleh seorang pemain sapeq.
Penguasaan beberapa teknik tersebut sangat menunjang si-pemain sapeq agar menjadi pemain sapeq yang bagus. Dalam memainkan musik sapeq, tidak hanya sekedar memainkan atau membunyikan sapeq, akan tetapi perlu pemahaman khusus, seperti bagaimana memahami teknik pemasangan ting sapeq, bagaimana menghafal bentuk pola susunan ga’n sapeq dari beberapa lagu sapeq, memahami bentuk melodi dari lagu sapeq, bagaimana teknik penjarian dan petikan yang digunakan dalam memainkan musik sapeq, serta bagaimana sistem pengolahan lagu dalam musik sapeq. Di luar persolan teknik, mempelajari berbagai aspek mulai dari aspek moral, nilai adat,serta nilai-nilai sosial di masyarakatnya sangat penting untuk menunjang kemampuan seseorang agar layak disebut seniman sapeq di Suku Dayak Bahau.Oleh karena itu, baik persoalan teknik dan di luar teknik amat penting dikuasai oleh pemain sapeq.Teknik permainan atau memainkan musik sapeq di masyarakat Suku Dayak Bahau Teknik permainan atau memainkan musik sapeq di masyarakat Suku Dayak Bahau nampak sederhana di mana seorang pemain sapeq duduk memetik senar sapeq menggunakan tangan kanan dan memainkan melodi bergerak naik turun menggunakan tangan kirinya.
Akan tetapi, di balik kesederhanaan yang nampak dalam permainan musik sapeq, terdapat beberapa hal penting terkait bagaimana teknik permainan atau memainkan sapeq.
Dalam permainan atau memainkan musik sapeq perlu dipahami beberapa hal terkait teknik permainan atau memainkan sapeq. Beberapa hal tersebut diantaranya; (1) Teknik pelarasan;teknik pelarasan dalam permainan atau memainkan musik sapeq merupakan salah satu faktor penting yang harus dipahami dan dikuasai oleh seorang pemain sapeq.Teknik pelarsan yang dimaksud dalam permainan musik sapeq terdiri dari Teknik pemasangan ting dan teknik pemsangan ga’n sapeq. Pentingnya Teknik pemasangan ting dan ga’n dikuasai oleh pemain sapeq adalah untuk membentuk pola dan wilayah nada yang akan dimainkan dalam lagu sapeq. (2) Teknik penjarian; teknik penjarian yang bagus dalam permainan musik sapeq sangat menentukan kualitas musikal yang dihasilkan dalam memainkan lagu sapeq. Oleh karena itu teknik petikan amat penting dikuasai oleh seorang pemain sapeq.
Semakin bagus teknik penjarian seseorang dalam memainkan musik sapeq,semakin indah pula jalinan melodi yang dihasilkan dalam musik sapeq. Di masyarakat Bahau, teknik penjarian disebut idat, yaitu menekan atau melepas serta menyentuh senar pada bagian ga’n sapeq. (3) Teknik petikan; Teknik penjarian atau teknik membunyikan sapeq merupakan salah satu teknik yang penting dikuasai oleh seorang pemain sapeq. Pada prinsipnya teknik penjarian atau memetik senar sapeq dilakukan dengan tangan kanan, yaitu menggunakan ibu jari si-pemain sapeq itu sendiri. Cara kerja teknik penjarian atau memetik senar sapeq ini dilakukan terus menerus sepanjang lagu dimainkan seakan-akan membunyikan senar sapeq bergerak turun naik menyentuh senar nomor satu (bawah) yang berfungsi sebagai alur melodi pokok, dan pada saat tertentu memetik semua senar sapeq. Di masyarakat Bahau, teknik petikan disebut ngueh yang artinya menyentuh dengan tangan. (4) Pengolahan lagu; selain Teknik pelarasan, penjarian, dan petikan, teknik pengolahan lagu dalam musik sapeq merupakan salah satu faktor penting bagi seseorang agar mampu memainkan musik sapeq dengan baik. Teknik pengolahan lagu dalam musik sapeq sendiri adalah kemampuan mengolah pola susunan ga’n sapeq dari satu bentuk kebentuk pola yang lain. Dalam pengolahan lagu dalam musik sapeq memerlukan hafalan,ingatan, serta rasa musikal yang kuat dari si-pemain sapeq. Teknik pelarasan dan pengolahan lagu dalam musik sapeq sangat personal (pribadi) artinya mengikuti selera atau rasa si-pemain sapeq dengan menjadikan hafalan dan ingatan tentang bentuk pola dan melodi dari masing-masing lagu sebagai acuannya. Terkait dengan bagaimana memainkan musik sapeq di masyarakat Suku Dayak Bahau, penguasaan dan pemahaman terhadap beberapa bentuk metode dan teknik-teknik yang digunakan menjadi tolak ukur seseorang telah dianggap mampu memainkan musik sapeq dengan baik, dengan demikian dapat dipahami bahwa untuk memainkan musik sapeq, pahami terlebih dahulu teknik-teknik tentang bagaimana memainkan musik sapeq, dan seperti apa terapan metode – metode yang digunakan.
Sampe dalam bahasa Dayak di artikan “memetik dengan jari”. Sama seperti namanya, alat musik ini di mainkan dengan cara di petik. Bentuk dari Sampe ini sama seperti gitar, namun memiliki gagang yang pendek. Selain itu, senar yang di gunakan biasanya hanya menggunakan 3 – 4 senar. Sampe ini awalnya hanya menggunakan senar dari serat pohon enau, namun seiring dengan perkembangannya, senar yang di gunakan adalah kawat kecil. Salah satu keunikan pada Sampe ini adalah bagian ujung Sampe yang di hiasi dengan ukiran yang menjadi ciri khas suku Dayak, yaitu kepala burung enggang.
Setiap instrumen musik pasti mengalami perubahan atau perkembangan baik dari bentuk fisik dan fungsi sesuai masanya. Perubahan atau perkembangan yang dibuat secara sengaja oleh masyarakat pemiliknya, atas dasar pengaruh dari kebudayaan dan kesenian lain serta tuntutan zaman, begitu pula halnya dengan instrumen musik sapeq di masyarakat Suku Dayak Bahau, Perkembangan instrumen sapeq sedikit banyak dipengaruhi oleh Suku Dayak Kenyah dan perkembangan zaman. Sapeq duaq ting atau yang lebih dikenal dengan sebutan sapeq karaang adalah instrumen sapeq yang pertama kali ada di masyarakat Suku Dayak Bahau sejak bermukim di Apau Kayaan. Bentuk badan sapeq karaang sangatlah sederhana dengan senar yang terbuat dari rotan. Seiring kepindahan masyarakat Suku Dayak Bahau dari Apau Kayaan menuju Sungai Mahakam, dan mulai mengenal nilon dan kawat, lambat laun instrumen sapeq karang mengalami perubahan baik dari bentuk fisik dan bahan senar yang digunakan. Dahulu bentuk fisik atau badan dari instrumen sapeq lebih besar dan tebal,dan hanya menggunakan tiga senar yang kawat. Seiring dengan perkembangan zaman serta, dan pengaruh kesenian dari luar, maka sapeq mengalami perubahan. Badan atau tubuh sapeq dibuat lebih tipis dan ramping, dan lebih panjang, serta jumlah senarpun bertambah dari tiga senar menjadi empat senar.
Berdasarkan fungsi, sapeq cenderung berfungsi sebagai instrumen yang berfungsi sebagai alat musik hiburan (non ritual). Dibandingkan dengan sapeq karaang, sapeq lebih fleksibel. Artinya kemungkinan-kemungkinan untuk melakukan inovasi sangat terbuka tergantung bagaimana kreativitas sang seniman sapeq tersebut, tanpa menghilangkan estetika, nilai-nilai tradisi yang terdapat pada sapeq. Penggunaan kawat sebagai senar pada instrumen sapeq, pada dasarnya memungkinkan kualitas kelembutan suara, serta kualitas kejelasan akustik. Instrumen sapeq memiliki tabung resonansi yang cukup luas untuk memproduksi bunyi. Tahap pembentukan tabung resonansi pada sapeq dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain; (1) pada saat pembentukan badan sapeq dilakukan bersamaan dengan membentuk resonantor yang terbuka. Hal ini dilakukan agar luas tabung resonator sapeq seimbang dengan ukuran badan sapeq, serta mempertimbangkan ketebalan badan sapeq tersebut. (2) tahap kedua adalah menutup dengan rapat hampir dari separuh ruang resonator yang telah dibuat dengan menyisakan seperempat dari luas resonator. Dengan demikian sapeq memiliki rongga yang cukup luas dalam tabung resonatornya untuk memproduksi bunyi. Motif ornamen, bentuk, warna serta makna ornamen menjadi pembeda yang antara sapeq Suku Dayak Bahau dengan Suku Dayak Kenyah. Sapeq masyarakat Suku Dayak Bahau identik dengan ornamen asoq lejau,dan nang beraang dengan warna ornamen yang dominan adalah warna merah, putih, dan hitam. Sedangkan sapeq Suku Dayak Kenyah identik dengan ornament burung Enggang dengan dominasi warna ornamen kuning dan hitam. Di masyarakat Suku Dayak Bahau, ornamen asoq lejau merupakan ornamen yang melambangkan keperkasaan, sedangkan ornamen nang beraang merupakan simbol makhluk mitos yang diyakini mampu menjaga kampung beserta seluruhmasyarakatnya dari marabahaya. Oleh karena itu, kedua jenis ornamen tersebut sering dijumpai di lamin adat, rumah-rumah warga, dan pada badan atau tubuh sapeq di masyarakat Suku Dayak Bahau.
Keterangan
Tahun :2019
Nomor Registrasi :201901032
Nama Karya Budaya :Sapeq Kalimantan Timur
Provinsi :Kalimantan Timur
Domain :Seni Pertunjukan
Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda