Sangiran Situs Sejarah Awal Manusia Tertua Didunia

0
13488

Situs Sangiran merupakan salah satu situs Manusia Purba yang terbesar dan terpenting di dunia. Situs Sangiran terdapat di Kabupaten Sragen dan Karanganyar. Pada situs Sangiran telah ditemukan sebanyak sekitar 100 fosil manusia purba (Homo erectus) atau 50% lebih temuan fosil Homo erectus di dunia, dan lebih dari 60% yang ditemukan di Indonesia. Oleh karena kandungannya yang mempunyai nilai tinggi pada kesejarahan dan ilmu pengetahuan, maka Situs Sangiran telah ditetapkan sebagai daerah Cagar Budaya. Selain itu, UNESCO telah menetapkan Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia (World Culture Heritage).

Situs Sangiran mulai dikenal tahun 1893, ketika Eugene Dubois datang menelitinya. Kegiatan pemetaan baru dilakukan pada tahun 1932 oleh L.J.C. van Es. Peta yang dihasilkannya adalah peta geologi skala detil, yang dua tahun kemudian digunakan oleh G.H.R. von Koenigswald untuk melakukan survei eksploratif dengan temuan beberapa artefak prasejarah. Temuan fosil hominid pertama kali terjadi pada tahun 1936 oleh penduduk setempat di Dusun Ngargorejo (Bukuran, Kalijambe, Sragen), yang kemudian diserahkan kepada Koenigswald. Temuan tersebut berupa fragmen rahang atas (maxilla) kiri, fragmen rahang bawah (mandibula) kanan, 3 geraham (molar), dan 1 premolar dari spesies Homo erectus arkaik, yang kemudian diberi kode Sangiran 1. Temuan-temuan tersebut terkandung dalam lapisan tanah lempung hitam dari Formasi Pucangan Atas. Sepanjang tahun 1937–1941, Koenigswald semakin intensif melakukan eksplorasi di Sangiran dengan mengerahkan penduduk setempat. Sejumlah fosil Homo erectus pun ditemukan.

Pada tahun 1969, sebuah fosil tengkorak Homo erectus yang relatif lengkap ditemukan di percabangan Kali Pucung di Dusun Pucung (Dayu, Gondangrejo, Karanganyar). Spesimen ini ditemukan pada endapan pasir fluvio-volkanik Formasi Kabuh, yang kemudian dikenal sebagai Sangiran 17. Bagian wajahnya cukup banyak terwakili. Pada rahang atas fosil tengkorak tersebut masih menempel 5 gigi. Namun bagian samping atas (parietal) tengkoraknya tidak ada.

Situs Manusia Purba Sangiran merupakan satu-satunya situs prasejarah di Indonesia yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Secara geografis kawasan Sangiran yang terletak di lereng barat laut Gunung Lawu, merupakan suatu cekungan alam yang dikenal dengan nama depresi Solo yang dikelilingi oleh bukit-bukit, dengan puncak tertinggi sekitar 180 m dari permukaan laut. Di sebelah utara terdapat jajaran Pegunungan Kendeng dan di sebelah selatan terdapat jajaran Pegunungan Selatan.

Sangiran merupakan salah satu situs penting untuk perkembangan berbagai bidang ilmu pengetahuan terutama untuk penelitian di bidang antropologi, arkeologi, biologi, paleoantropologi, geologi, dan tentu saja untuk bidang kepariwisataan. Keberadaan Situs Sangiran sangat bermanfaat untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah karena situs ini dilengkapi dengan fosil manusia purba, hasil-hasil budaya manusia purba, fosil flora dan fauna purba beserta gambaran stratigrafinya.

Sangiran dilewati oleh sungai yang sangat indah, yaitu Kali Cemoro yang bermuara di Bengawan Solo. Daerah inilah yang mengalami erosi tanah sehingga lapisan tanah yang terbentuk tampak jelas berbeda antara lapisan tanah yang satu dengan lapisan tanah yang lain. Dalam lapisan-lapisan tanah inilah yang hingga sekarang banyak ditemukan fosil-fosil manusia maupun binatang purba.

Dilihat dari hasil temuannya, Situs Sangiran merupakan situs prasejarah yang memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala yang paling lengkap di Asia bahkan di dunia.

Menyadari pentingnya nilai Situs Sangiran bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan, khususnya masalah pemahaman evolusi manusia dan lingkungan alam, maka pada tahun 1995 pemerintah Republik Indonesia mengusulkan situs ini ke UNESCO untuk dapat dimasukkan ke dalam World Heritage List. Akhirnya pada tanggal 5 Desember 1996, Situs Sangiran ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, yaitu sebagai The Early Man Site.

Penelitian tentang manusia purba dan binatang purba diawali oleh G.H.R.Von Koenigswald, seorang ahli paleoantropologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah orang yang telah berjasa melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan cara yang benar untuk memperlakukan fosil yang ditemukan. Hasil penelitian kemudian dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai tahun 1975.

Pada waktu itu banyak wisatawan yang datang berkunjung ke tempat tersebut, maka muncullah ide untuk membangun sebuah museum. Pada awalnya Museum Sangiran dibangun di atas tanah seluas 1.000 m2 yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Sebuah museum yang representatif baru dibangun pada tahun 1980 karena mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang nyaman. Bangunan tersebut seluas 16.675 m2 dengan ruangan museum seluas 750 m2.