Rencong, Senjata Tradisional Nanggroe Aceh Darussalam

0
5206

Rencong3
Rencong telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya TakBenda Indonesia dalam kategori Senjata Tradisional dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Rencong adalah simbol keberanian dan kegagahan ureueng Aceh. Perhatikanlah foto-foto jaman dahulu, banyak ditampilkan seorang laki-laki Aceh dengan rencong di pinggangnya. Bagi siapa saja yang memegang senjata akan merasa lebih berani di dalam menghadapi musuh. Pada masa sekarang, senjata ini memang sudah tidak begitu relevan untuk digunakan sebagai senjata penyerang. Namum demikian, senjata ini masih relevan sebagai sebuah simbolisasi dari keberanian, ketangguhan, dan kejantanan dari masyarakat Aceh. Oleh karena itu, pada beberapa upacara (seperti upacara pernikahan) rencong dipakai.
Rencong termasuk salah satu hasil seni tradisional. Sejak zaman dahulu rencong dalam penggunaannya berfungsi sebagai berikut: sebagai perhiasan; rencong ini dipergunakan sehari-hari sebagai perhiasan (pakaian) yang diselipkan di pinggang; sebagai seni (seni ukir) dan sebagai alat kesenian seperti dipakai dalam pertunjukkan tari seudati; Rencong sebagai perkakas dipergunakan sebagai alat pelobang pelepah rumbia dan sebagainya. Rencong sebagai senjata perang untuk menghadapi musuh-musuh peperangan yang ingin menjajah Aceh seperti Inggris, Belanda dan sebagainya.
Menurut sejarah, sebelum rencong ada, senjata-senjata serupa telah ada jauh sebelum pengaruh agama Islam masuk ke Aceh. Baru setelah itu senjata tersebut diagungkan dengan mempersamakan bentuk rencong dengan bentuk aksara Arab. Sebenarnya keberadaan senjata tikam telah ada semenjak abad I Masehi yang berasal dari daerah Dong Son di Teluk Tonkin bisa jadi merupakan cikal bakal daripada keris. Sebagai senjata genggam keris memiliki sejarah perkembangan yang hampir sama dengan rencong.
Perbedaan antara keris dengan rencong terletak pada mata pisau keris yang berombak dan terasah pada kedua belah sisinya. Belati yang terasah hanya pada satu sisi adalah hal yang umum di antara bangsa-bangsa rumpun Melayu. Sebagai contoh Badek dan tumbak lada yang berbentuk tabung atau pipa sangat mirip dengan senjata siwah dari Aceh. Menurut catatan sejarah rencong mulai dipakai pada masa Sultan Ali Mugayatsyah memerintah Kerajaan Aceh pada tahun 1514-1528. Pada waktu itu masih berorientasi pada kepercayaan Islam yang sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial budaya masyarakat di daerah Aceh. Sedangkan sumber-sumber lain, menyebutkan bahwa rencong telah ada sejak berdirinya kerajaan Islam pertama pada abad ke-13.
Masyarakat Aceh mengenal empat macam rencong, yaitu pertama reuncong Meucugek. Penyebutan rencong meucugek karena pada gagang rencong tersebut terdapat suatu bentuk panahan dan perekat yang dalam istilah Aceh disebut cugek atau meucugek. Cugek ini diperlukan untuk mudah dipegang dan tidak mudah lepas waktu menikam ke badan lawan atau musuh. Kedua, Reuncong Meupucok memiliki pucuk di atas gagangnya yang terbuat dari ukiran logam yang pada umumnya dari emas. Gagang dari rencong meupucok ini kelihatan agak kecil pada gagang atau pegangan pada bagian bawahnya. Namun semakin ke ujung gagang ini semakin membesar. Jenis rencong semacam ini digunakan untuk hiasan atau sebagai alat perhiasan. Biasanya, rencong ini dipakai pada upacara-upacara resmi yang berhubungan dengan masalah adat dan kesenian.
Ukiran yang terdapat pada gagang rencong bermacam-macam bentuknya, ada yang menyerupai bunga mawar, kembang daun dan lainnya tergantung kepada selera pemakai. Ketiga, Reuncong Pudoi. Istilah pudoi dalam masyarakat Aceh adalah sesuatu yang dianggap masih kekurangan, atau masih ada yang belum sempurna. Gagang rencong ini hanya lurus saja dan pendek sekali. Jadi, yang dimaksud pudoi atau yang belum sempurna adalah pada bentuk gagang rencong tersebut. Keempat, Reuncong Meukuree. Perbedaan rencong meukuree dengan jenis rencong lain adalah pada mata rencong. Mata rencong diberi hiasan tertentu seperti gambar ular, lipan, bunga dan lainnya. Gambar-gambar tersebut oleh pandai besi ditafsirkan dengan bermacam-macam kelebihan dan keistimewaan. Rencong yang disimpan lama maka pada mulanya akan terbentuk sejenis arit atau bentuk yang disebut kuree. Semakin lama atau semakin tua usia sebuah rencong makin banyak pula kuree yang terdapat pada mata rencong yang bersangkutan. Kuree ini dianggap mempunyai kekuatan magis.
Selain rencong yang telah disebutkan tersebut, kita mengenal senjata yang mirip dengan rencong yang disebut dengan Siwaih. Bentuknya hampir sama dengan rencong tetapi siwaih ukurannya (baik besar maupun panjang) melebihi dari pada rencong. Siwaih sangat langka ditemui, selain harganya yang mahal, juga merupakan bahagian dari perlengkapan raja-raja atau ulebalang-ulebalang.