Dalang Remaja yang Mengaransemen Gending
dan Membuat Wayang

Ratnanto Adhi Putra Wicaksono mengikuti dan menang diberbagai kejuaran pedalangan sejak umur 12 tahun, baik di tingkat provinsi maupun nasional. Selain kejuaran pedalangan, Ratnanto juga meraih kejuaran seni tradisi Jawa lainnya, seperti mocopat, geguritan dan langen carito. Wayang dan Pedalangan yang semula hobi telah menjadi dunianya. Wayang baginya bukan sekadar tontonan tapi juga tuntunan. Dengan memahami wayang, orang akan mengerti karakter baik dan karakter jahat. Menurutnya, berpegang teguh pada budaya sendiri adalah pilihan bijak daripada meniru adat orang lain.

Ratnanto Adhi Putrea Wicaksono, yang akrab disapa Rendy, tertarik dengan wayang sejak umur dua tahun. Di masa usia balita tersebut, ayahnya, Bharoto Riskanthoadi, mulai memperkenalkan wayang dengan cara mendongengkan kisah-kisah pewayangan. Juga memperkenalkan Rendy pada wayang mainan yang biasa dibuat untuk souvenir. Saat memasuki taman kanak-kanak, minat Rendy pada seni semakin tampak. Guru bimbingan psikologi di sekolahnya sempat memberikan saran kepada orangtua Rendy untuk mengarahkan minat dan bakatnya pada bidang seni dengan seksama. Memasuki kelas tiga sekolah dasar, Rendy mulai belajar seni pedalangan secara intensif pada Parjoyo, pendidik ilmu pedalangan di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Yogyakarta dan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, yang juga pejabat di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya (P4TK) di Yogyakarta.

Dalam seminggu, 1-2 kali Rendy mendalami ilmu pedalangan. Ia belajar dari cara memegang wayang, olah vokal, hingga seni sastra. Selanjutnya, Rendy juga mempelajari pengetahuan lakon-lakon wayang, filsafat wayang dan bermacam gending-gending. Dalam waktu satu tahun, Rendy sudah mulai tampil mendalang dan memenangilomba dalang pada pertunjukan dalangnya yang perdana. Namun demikian, ilmu pedalangan itu adalag ilmu yang mencakup berbagai bidang seni. Hingga sekarang, Rendy terus melanjutkan proses belajar ilmu pedalangan tersebut.

20160927_101953

Beberapa pengetahuan dan keahlian yang masih ingin Rendy perdalam terutama untuk sabetan dan penjiwaan dalam mendalami sosok wayang yang ia mainkan. Satu hal yang juga Rendy kagumi dari seorang dalang adalah kemampuan mereka mengenali ratusan karakter wayang, dan menampilkan setiap karakter yang berbeda dengan penghayatan dan suara yang memukau penonton. Rendy juga masih ingin mendalami gending-gending tertentu untuk meningkatkan keahliannya sebagai dalang. Sejak kelas III SD hingga sekarang (sekolah menengah pertama, SMP), Rendy sudah melakukan berbagai pergelaran. Dari mulai pagelaran tiga jam hingga pagelaran semalam suntuk. Rendy juga sering diminta untuk mucuki, memberikan pentas pembuka, sebelum dalang utama (dalang yang dewasa) melakukan pergelaran. Berbagai kejuaran juga Rendy menangi, baik untuk festival wayang di tingkat Yogyakarta maupun tingkat nasional.

Sebelum mendalami pedalangan, orangtua Rendy juga memperkenalkannya dengan berbagai seni tradisi Jawa. Tak heran bila Rendy meraih penghargaan dari beberapa kejuaran bidang seni yang lain, antara lain juara mocopat (nembang dalam bahasa Jawa), geguritan(puisi dalam bahasa Jawa) dan langencarito(gerak dan lagu menyerupai drama yang dialognya menggunakan tembang dalam bahasa Jawa). Rendy juga belajar melukis. Rupanya, setiap seni yang dipelajarinya itu membantu proses belajarnya untuk menjadi dalang.

Selain mendalami seni tradisi tersebut, Rendy mengisi waktu luangnya dengan mendesain wayang yang bersumber dari imajinasinya, antara lain wayang setanan. Ia mengaku masih membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk membuat wayang klasik, karena harus mengikuti pakemnya.

Saat ditanya apa yang menjadi ciri khas kedalangannya, Rendy mengaku masih dalam tahap pencarian. Sedikit yang membedakan Rendy dengan dalang pada umumnya, ia senang memunculkan tokoh-tokoh yang sudah tidak lagi dimainkan oleh dalang zaman sekarang. “Saya berusaha melestarikan yang zaman dulu. Saya bangkitkan tokoh musuh seperti hewan celeng atau macam dalam pergelaran saya,” tutur Rendy.

20160927_102017

Seluruh prestasi Rendy dalam pedalangan dan seni tradisi Jawa lainnya tak lepas dari dukungan kedua orangtuanya. Rendy berterima kasih dan bersyukur kepada ayahnya, Bharoto Riskanthoadi,yang memperkenalkan wayang sejak dini dan ibunya, Retno Kuswandani, yang selalu mendukungnya dalam berbagai festival dan pertunjukan. Dunia pedalangan yang semula sekadar hobi kini sudah menjadi dunianya. “Wayang itu sudah mendarah daging dengan saya. Saya sudah tidak bisa dipisahkan dengan wayang, sampai kapan pun,” tegas Rendy.   Ia juga mengajak teman-teman sebayanya untuk mencintai dan melestarikan wayang. Menurutnya, wayang itu bukan sekadar tontonan tapi juga tuntunan. Dengan memahami wayang, orang akan mengerti karakter baik dan karakter jahat. “Kita dapat memilih, apakah akan mencontoh karakter Pandawa atau Kurawa yang mau enaknya, tanpa tirakat,” tutur Rendy.

Ia juga berpesan, “Lestarikanalah budaya kita, jangan sampai punah, karena dari kesenian tradisi terkandung nilai-nilai yang bisa digali lebih dalam lagi. Banyak teladan yang bisa kita contoh, seperti mencontoh karakter baik dan membuang karakter jahat. Wayang juga bukan sekadar hiburan, terdapat ilmu dan tatanan hidup yang tidak bisa dianggap remeh. Tetaplah pegang teguh budaya kita dari pada meniru adat orang lain.” Sementara kepada sesama yang mendalami pedalangan, remaja yang bercita-cita jadi dosen pedalangan ini berharap dapat bersama-sama memajukan dunia pewayangan. Dan, tentu saja, tidak fanatik dalam gagrak atau gaya membawakan wayang. Tidak merasa gagrak Yogya lebih baik daripadagagrak Jawa Timur atau sebaliknya. Menurut dia, ada baiknya membawakan wayang dikemas membaur sehingga tidak ada ego terkait gagrak.

Terhadap penghargaan kebudayaan untuk kategori anak dan remaja yang ia terima dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Rendy mengucapkan terima kasih. Ia merasa senang dan bangga atas penghargaan yang diberikan kepada teman-teman lain yang terpilih.

Biodata

Lahir : Sleman, Yogyakarta, 3 Maret 2002

Alamat: Griya Perwita Persada Blok AU/11 Besi , Jln. Kaliurang, KM 13 Ngaglik, Sleman, Yogyakarta

Pendidikan

SMPNegeri 1 Pakem Sleman, Kelas 1X

Kegiatan

  • Anggota Paguyuban Langen Wirama Sukoharjo, Ngaglik, Sleman
  • Anggota Karawitan Kecubung Sakti Bantul
  • Anggota Paguyuban Dalang Muda Sukrasih Yogyakarta

Pertunjukan

  • Penutupan Festival Seni Internasional di P4TK Seni dan Budaya (2012)
  • Peresmian Museum Sandi Yogyakarta (2013)
  • Parade Dalang Anak Kemilau Bangsa ISI Yogyakarta (2013)
  • Pentas di TMII Jakarta bersama Dinas Kebudayaan Yogyakarta
  • Pentas Wayang Kancil pada Archimedes Play Group, Kinder Day Care
  • Parade Dalang Anak di Kulon Progo, Bantul dan Sleman
  • Pentas Wayang Golek Menak di Wates dan Jakarta
  • Pentas sebagai Dalang Penutup pada Festival Dalang Cilik Nasional IV di Musium Pendidikan Indonesia UNY
  • Pentas di acara HUT SMP 1 Sayegan, Sleman

Penghargaan

  • Penghargaan Kebudayaan Kategori Anak dan Remaja dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (2016)
  • Juara I Festival Dalang Cilik tingkat Nasional kategori SMP yang diselenggrakan Universitas Negeri Yogyakarta (2016)
  • Juara I Tembang Macapat Kategori Pelajar Putra Peringatan 204 tahun Hadeging Kadipaten Paku Alam (2016)
  • Juara II Tembang Macapat SMP Se-DIY, Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2015)
  • Juara III Tembang Macapat SD SMP Peringatan 203 tahun Hadeging Kadipaten Paku Alam (2015)
  • Penyaji Terbaik Dalang Bocah tingkat Nasional Festival Wayang Menak, Pepadi, di Jakarta (2014)
  • Juara III Tembang Macapat SMP Se-DIY, Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2014)
  • Juara III Tembang Macapat SD SMP Peringatan 202 tahun Hadeging Kadipaten Paku Alam (2014)
  • Juara III Tembang Macapat SMP Se-DIY, Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2013)
  • Juara III Tembang Macapat SD SMP Peringatan 201 tahun Hadeging Kadipaten Paku Alam (2013)
  • Juara I Dalang Anak Festival Dalang Anak & Remaja Se-DIY dalam rangka Pembinaan, Pelestarian, Pengembangan Dalang Gaya Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY (2012)
  • Juara I Tembang Macapat Se-DIY Pelajar Putra, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pelestarian Sejarah & Nilai Tradisional Yogyakarta (2012)
  • Juara I Langen Carita Se-DIY, Kegiatan Festival Seni Tradisi Dinas Kebudayaan (2012)
  • Juara II Tembang Macapat Se-DIY Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2012)
  • Juara III Festival Dalang Cilik tingkat Nasional III, Museum Pendidikan Indonesia UNY (2012)
  • Juara I Festival Dalang Anak Tingkat SD Se-DIY Sanggar Dalang Wira Budaya (2012)
  • Juara III Tembang Macapat SMP Se-DIY, Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2011)
  • Juara II Geguritan Tingkat SD Se-DIY, Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2011)
  • Juara Harapan II Sesorah Tingkat SD Se-DIY, Kompetisi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan (2011)
  • Harapan II Festival Dalang Anak SeDIY, Dinas Pariwisata (2011)