Rapat Penyusunan Kebijakan Pendidikan Karakter Berbasis Kebudayaan

0
918

Rapat penyusunan bahan bacaan Sastra Budi Pekerti dilakukan sebagai salah satu rangka dalam mendukung gerakan pemerintah tentang Penguatan Pendidikan Karakter dimana Ditjen Kebudayaan mendapat tugas untuk mengkoordinasikan materi pendukungan Gerakan Literasi Nasional. Kegiatan rapat yang difasilitasi oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya (WDB) ini bertujuan untuk menguatkan pendidikan karakter yang dicapai melalui sastra budi pekerti dalam wujud penerbitan bacaan sastra sebagai bagian kokurikuler untuk empat jenjang pendidikan: SD kelas 1-3, SD kelas 4-6, SMP, dan SMA.

Rangkaian rapat dilakukan pada 25 – 27 April 2017 di Hotel Milenium Jakarta ini dihadiri oleh Dirjen Kebudayaan, Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, staf khusus Ditjen Kebudayaan, psiklogi anak, praktisi pendidikan, antropolog, praktisi dan perwakilan dari beberapa komunitas Bahasa Indonesia dan Badan Bahasa. Rendahnya minat baca anak-anak Indonesia menjadikan penyusunan Sastra Budi Pekerti ini penting karena selain untuk meningkatkan minat baca, juga untuk membentuk karakter bangsa melalui instrument kesusastraan. Tantangan terbesar dalam penyusunan bacaan Sastra Budi Pekerti ini adalah untuk menarik minat anak-anak untuk mulai menyukai membaca buku sejak dini. Untuk itu, peran sekolah, lingkungan sekitar, dan lingkungan non formal juga harus ikut serta mendukung penyediaan buku untuk dapat diakses oleh anak-anak.

Buku-buku Sastra Budi Pekerti ini nantinya akan berisikan kumpulan saduran dan kutipan asli teks sastra Indonesia dengan pengarahan pada lima pokok karakter bangsa, yakni: nasionalis, religious, mandiri, integritas, dan gotong royong. Kelima pokok karakter bangsa ini merupakan penjabaran dari visi Sukarno dalam Trisakti, khususnya ‘berkepribadian dalam kebudayaan’. Sastra dipilih sebagai instrument karena memiliki berbagai pembelajaran yang penting untuk mendidik anak untuk berani, mandiri, berpikir kritis, dapat bekerja sama, dan mampu mengatasi masalah-masalahnya sendiri.

Untuk menyusun keempat buku bacaan Sastra Budi Pekerti, rapat ini menghasilkan output berupa berbagai masukan terkait bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat perkembangan psikologis anak dan remaja dan jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA), tonggak-tonggak penting sejarah sastra Indonesia, serta memperoleh masukan tentang aspek kebudayaan dalam transfrmasi nilai-nilai yang mendukung pembentukan karakter anak dalam membangun relasi sosialnya dalam konteks masyarakat Indonesia. Hasil kegiatan ini adalah adanya kesepakatan tentang garis besar dan struktur, daftar karya sastra yang layak dimasukkan, gaya ilustrasi dan tulisan, serta timeline kerja untuk menghasilkan keempat buku tersebut.