Rabo-Rabo

0
1622

Kini usia Kampung Tugu diperkirakan sudah 3,5 abad dan dalam kurun waktu yang terhitung cukup panjang tersebut ada banyak hal yang berubah, baik dari situasi di lingkungan itu bahkan juga pengaruh dari luar. Kehadiran masyarakat pendatang dari luar Jakarta ke Kampung Tugu khususnya membuat Perubahan dan hal itu dapat dilihat dari bahasa yang mereka gunakan dalam keseharian mereka, yang mana awalnya menggunakan bahasa Cristao Lisan berganti dengan menggunakan bahasa Melayu, Belanda, hingga akhirnya kini menggunakan bahasa Indonesia dengan logat Betawi untuk bahasa sehari-hari. Namun untuk tetap menjaga keutuhan dari keluarga Portugis mereka, diadakan rutin setiap tahunnya yaitu acara tradisi “Rabo-Rabo”. Rabo Rabo adalah silaturahmi masyarakat kampung tugu keturunan portugis untuk mengucapkan selamat tahun baru ke tiap-tiap rumah sanak saudara sekampung. Dimulai dari rumah salah satu keluarga dan berdoa sebelum rabo rabo dilakukan. Rabo artinya Ekor. Jadi rabo rabo diibaratkan mengekor dalam rombongan dari keluarga yg disinggahi dan wajib turut serta dalam rombongan untuk mendatangi rumah berikutnya. Acara ini dilakukan setiap tanggal 1 januari setiap tahunnya.

Yang menarik adalah cium pipi kiri kanan tradisi yang diadopsi dari Eropa lalu yang datang sambil membawa nyanyian dengan diiringi lagu-lagu yang diiringi musik tradisional, tentunya Keroncong Tugu. Dikatakan rabo-rabo karena setelah selesai, si tuan rumah mengikuti/ mengekor sehingga tentunya barisan semakin panjang. Jadi ini yang dimaksud rabo adalah mengekor. Semua dalam pesta adat ini tumpah ruah dalam keceriaan, bergembira karena telah melewati masa satu tahun dan dalam setahun itu tentunya memiliki kesalahan. Jika diartikan Rabo yang berasal dari bahasa Portugis berarti mengikuti atau mengekor. Kebiasaan warga kampung Tugu dalam menggunakan kata selalu diulang sehingga acara ini lebih familiar dengan nama Rabo-Rabo.

Jadi Rabo-Rabo merupakan tradisi yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi antar keluarga dan kerabat. Satu keluarga datang ke keluarga lain, lalu dua keluarga ini bersama-sama mendatangi keluarga lain dan begitu seterusnya. Tradisi Rabo-rabo ini di-laksanakan pada awal tahun baru sebagai pesta adat, ketika saling mengunjungi rumah warga sambil menyanyikan lagu-lagu natal diiringi musik Keroncong Tugu. Kegiatan ini menjadi ajang silaturahmi seperti halal bihalal ala umat Islam ketika lebaran. Hal inilah yang menjadikan persaudaraan warga Kampung Tugu tetap terjaga dan masih lestari hingga kini.

Kegiatan ini diawali melakukan ibadah atau berdoa di gereja. Warga berkumpul di gereja, kemudian akan mengunjungi satu persatu rumah warga sambil menyanyi dan menari diiringi musik tradisional Keroncong Tugu.

Alunan suara gitar, biola dan musik-musik lainnya terdengar merdu serta suara-suara keramaian yang mengisi vocal merupakan lantunan lagu berirama keroncong. Warga yang saling menyanyi dengan lagu keroncong menyanyi bersama rangka acara Rabo-rabo. Warga kampung Tugu dikenal sebagai warga keturunan bangsa Portugis. Hingga kini tradisi yang sudah melekat sejak nenek moyangnya pun masih bisa dilestarikan, seperti Rabo-Rabo juga masih ditemukan nama warga dengan nama Portugis. Tradisi ini adalah cerminan masih berkembangnya budaya Kampung Tugu hingga saat ini dan tetap dilakukan seperti sedia kala.

 

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900907

Nama Karya Budaya :Rabo-Rabo

Provinsi :DKI Jakarta

Domain :Adat Istiadat Masyarakat, Ritus, dan Perayaan-Perayaan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda