Peran Anak Muda sebagai Juru Damai di Lampung

0
493

Anak muda di Lampung berpotensi untuk menjadi juru damai dalam penyelesaian berbagai konflik melalui budaya damai. Antusiasme anak muda tersebut terlihat dari partisipasi mereka pada kegiatan ‘Bimbingan Teknis Diplomasi Budaya Damai Dalam Rangka Gerakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa melalui Kebudayaan pada Generasi Muda’ yang fasilitasi oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya di Lampung pada tanggal 10 – 13 Mei 2017.

 

Kegiatan Bimbingan Teknis yang mengangkat tema Budaya Damai tersebut dihadiri oleh 100 orang peserta yang berusia sekitar 16 – 25 tahun. Para peserta berasal dari wilayah-wilayah di sekitar, seperti kabupaten Lampung Selatan, Lampung Tengah, Tulang Bawang, Natar, Mesuji, Metro, dsb. Mereka merupakan perwakilan dari universitas dan organisasi pemuda yang merasa tertantang untuk menjadi juru damai guna menyelesaikan konflik yang ada di sekitar mereka.

 

Secara umum, Lampung merupakan salah satu daerah dengan konflik-konflik masyarakat karena berbagai faktor, seperti politik, ekonomi dan sosial budaya. Lampung juga memiliki latar belakang keberagaman suku, ras, agama yang menghasilkan variasi kependudukan di wilayah tersebut. Proses sejarah yang panjang dihasilkan oleh transmigrasi, kolonisasi, dan pesatnya perkembangan penduduk sehingga saat ini demografi di Lampung sangat beragam dan luas.

Para peserta kegiatan Bimtek ini tertarik untuk menyelesaikan permasalah konflik melalui budaya damai karena merasa mampu berpartisipasi. Mayoritas peserta pernah menjadi saksi dari adanya konflik yang terjadi di sekitar lingkungan mereka. Selama kegiatan Bimtek Budaya Damai, 100 orang peserta dibagi menjadi 10 kelompok kecil untuk berdiskusi. Diskusi kelompok tersebut difasilitasi oleh tim CCR (Center for Research on Cooperation and Conflict Resolution) dari Universitas Lampung. Tema yang diangkat dalam diskusi antara lain adalah: menggali nilai Budaya Damai; Kekuatan media dalam membangun Budaya Damai; Peran Pemuda dalam Diplomasi Budaya Damai; dan Merencanakan aktivitas Budaya Damai.

 

Pemahaman tentang arti penting dalam pencegahan konflik dan pembangunan perdamaian merupakan hasil utama dari diskusi kelompok selama kegiatan. Peserta diarahkan untuk memahami pengertian kekerasan dan bahayanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Selain itu, para peserta juga diharapkan memiliki keterampilan dalam melakukan mediasi, menyelesaikan masalah, mencegah terjadinya konflik.

Melalui kegiatan berdiskusi kelompok ini, diharapkan semua peserta dapat memperluas pengetahuan dan relasi pertemanannya. Mereka sepakat untuk saling menjaga silahturahmi dengan mengoptimalkan penggunaan sosial media. Mereka juga setuju untuk memahami pentingnya komunikasi yang baik agar mengurangi distorsi yang dapat menghasilkan kesalahpahaman