Penerima Anugerah Kebudayaan 2017 Kategori Komunitas: Komunitas Kiai Kanjeng

0
2175

Kiai Kanjeng bukanlah nama grup musik, melainkan nama sebuah konsep nada pada alat musik tradisional gamelan. Nada itu berada di tengah-tengah antara pelog dan slendro, yang dicipta oleh Novi Budianto. Sebuah konsep nada unik, yang lahir dari pengalaman Novi Budianto sebagai penata musik-puisi Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun bersama pertunjukan-pertunjukan Teater Dinasti tahun 1980-an.

Kiai Kanjeng secara formal belum pernah mendapatkan penghargaan resmi. Sebagai komunitas musik, baru kali ini Kiai Kanjeng mendapatkan penghargaan dan apresiasi berupa Anugerah Kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun, di luar penghargaan bersifat, apresiasi yang mereka dapatkan dari masyarakatan adalah bentuk lain dari penghargaan atas kehadiran Kiai Kanjeng yang ikut memberi pencerahan dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada tahun 1996—bersama Cak Nun—Kiai Kanjeng meluncurkan album Kado Muhammad, sambutan masyarakat sangat luar biasa. Salawat dan syair-syair yang direkam dalam kumpulan lagu pada album tersebut ikut memperkaya khazanah masyarakat, khususnya masyarakat Muslin, dan mendapat perhatian secara nasional. Lagu “Tombo Ati” yang begitu dikenal luas dilantunkan di berbagai forum. Dalam posisi ini, tak salah bila disebutkan bahwa Kiai Kanjeng ikut menaikkan harga diri kultural umat Islam. Mungkin ada kaitannya, mungkin juga tidak, setelah itu banyak album-album ”religi” muncul dengan mengambil salawat- salawat atau syiir populer di masyarakat sebagai materinya. Dengan kata lain, lewat album Kado Muhammad, Kiai Kanjeng menjadi semacam kelompok musik plus yang menampilkan, menghargai, dan menghidupkan kekayaaan budaya Islam di Tanah .