Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Warisan Diplomasi dan Budaya mengusulkan tiga warisan budaya tak benda ke UNESCO, diantaranya Pinisi, Pantun, dan Pencak silat. Pinisi: The Art of Boatbuilding of The People of South Sulawesi akan ditetapkan dalam sidang UNSECO tahun 2017, disusul dengan Pantun: The Malay Oral Tradition yang akan di bahas 2018, dan terakhir Pencak silat yang diajukan tahun 2017 akan dibahas tahun 2019.
Sebagai salah satu bentuk dukungan Pemerintah Indonesia dalam mendukung Pencak Silat untuk masuk dalam Warisan Dunia UNESCO, Tim Pencak Silat Indonesia MASPI (Masyarakat Pencak Silat Indonesia) tampil memukau di Salle 1 Unesco House, Paris, Selasa, 9 Mei 2017. Aksi jurus pencak silat dari pesilat Maspi yang berasal dari Jawa Barat sangat menarik perhatian 185 perwakilan Negara anggota UNESCO dan penonton lainnya. Tidak hanya penonton dari berbagai macam Negara, acara ini dihadiri pula oleh Duta Besar Indonesia untu Perancis, Hotmagaradja M.P. Pandjaitan, Duta Besar delegasi tetap Indonesia untuk UNESCO Tubagus Ahmad Fauzi Soelaiman, Walikota Bandung Ridwan Kamil dan UNESCO Goodwil Ambassador untuk kawasan Asia Tenggara Christine Hakim.
Pencak Silat sebagai salah satu warisan budaya takbenda Indonesia yang diajukan untuk ditetapkan oleh UNESCO merupakan seni bela diri sekaligus seni pertunjukkan yang memiliki makna tersendiri disetiap gerakan dan jurus-jurusnya. Tema yang dibawa dalam pegalaran pencak silat di Paris adalah Friendship, Brotherhood & Everlasting Peace.
Direktur Warisan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly menjelaskan bahwa seni pencak silat ini warisan budaya yang berasal dari Sumatera Barat, Jawa Barat, Betawi, dan Jawa Tengah. Selain dari suku, ada pun yang berasal dari kelompok agama seperti Tapak Suci Putra Muhammadiyah, dan Pagar Nusa NU. Pencak silat pun mengandung nilai sejarah dan filosfi keIndonesiaan.