Panggeh yaitu salah satu sastra lisan Lampung termasuk puisi. Panggeh juga merupakan sapaan dan pemberitahuan identitas serta himbauan terhadap keturunan, kebuaiyan, kampung, suku, anak yang baru lahir, beranjak dewasa, orang yang baru melaksanakan pernikahan, dan sewaktu munggah bumei/mepadun (pengambilan gelar) berisi tentang petuah-petuah dan nilai karakter seperti bertanggung jawab, berkeadilan, kepemimpinan, dan kedisiplinan. jenis puisi lampung yang dari etnik lampung lazim
digunakan dalam acara-acara keadatan yang menandakan pengharagaan pada diri seseorang, sewaktu memasuki Sessat balai adat dan pengambilan gelar, didendangkan oleh penglakeu gawi atau panitia gawi adat. Panggeh merupakan identitas utama yang melekat pada pribadi yang bersangkutan. Panggeh juga mempunyai nilai karakter Bertanggung jawab, Berkeadilan, Kepemimpinan dan Kedisiplinan.
Panggeh adalah sapaan dan pemberitahuan identitas serta himbauan terhadap keturunan, kebuaiyan, kampung, suku, anak yang baru lahir, beranjak dewasa, orang yang baru melaksanakan pernikahan, dan sewaktu munggah bumei/mepadun (pengambilan gelar) yang berisi petuah-petuah dan mempunyai nilai karakter seperti bertanggung jawab, berkeadilan, kepemimpinan kedisiplinan. Masyarakat Lampung yang beradat pepadun adalah salah satu kelompok masyarakat Lampung yang ditandai dengan upacara adat naik tahta dengan menggunakan adat upacara yang disebut Begawi. Pepadun merupakan singgasana adat yang digunakan pada upacara pengambilan gelar adat.
Panggeh merupakan jenis sastra tutur atau sastra lisan yang hidup dan tersebar dalam masyarakat tradisional dikabupaten lampung utara dalam bentuk tidak tertulis, disampaikan lewat bahasa lisan dan merupakan bagian penting dari kekayaan budaya etnis lampung di kabupaten lampung utara. Pada sastra tutur lisan “Panggeh” berbeda macam, dalam hal penempatannya. ada waktu penempatan dimalam cangget, ada penempatan nya pada waktu acara penerima tamu, ada panggeh pejeng – jeng muli, ada juga pada panggeh pejeng – jeng mekhanai.
Untuk nada pada panggeh lampung sama, yang berbeda hanyalah arti kalimatnya maksud tujuannya. Panggeh dibawakan dengan kalimat lisan dan tidak bernada.
Contoh panggeh untuk menyambut tamu :
– Mahappun permisei
Sikam jo nupang nyapo
Megegh jak kedo mettei
Nyo gelar pai sahajo
– Maaf permisi
Kami numpang bertanya
Datang dari mana kalian
Dan apa keperluan
Panggeh adat dipakai / dibawakan pada acara adat yang disesuaikan pada kampung masing – masing.
Contoh : Panggeh adat kota alam :
– Jagok balak jenjem negaro
Bebidang zaman mak patteh titei
Lain begejo dibidang migo
Sijo sai nyelamatkan batang hari
– Laki – laki penguasa yang tertinggi
Dari zaman dahulu tidak pernah rusak nama
Bukan sesumbar disemua marga
Ini yang menyelamatkan kali besar
Adapun yang membedakan sastra tutur panggeh dengan ringget adalah nada bahasanya dan pembuka awal sedangkan fungsi dari panggeh adalah sebagai pembuka atau pengungkap dari pikiran yang akan disampaikan melalui dialog dalam bahasa tutur.
Yang kedua membedakan panggeh dengan ringget adalah untuk panggeh tidak menggunakan pembuka, sedangkan ringget menggunakan pembuka.
contoh pada ringget pembukanya diawali dengan kalimat e e e e begitu juga untuk penutupnya sedangkan pada panggeh tidak.
Dalam perkembangannya pelestarian sastra tutur panggeh dilakukan selain pada acara adat, menerima tamu agung ataupun acara muda mudi. penyebarannya dapat juga dilakukan dalam sebuah pertunjukan seni.
Pelestarian panggeh dapat dilakukan pula melalui media, jenjang pendidikan pada pelajaran bahasa dan sastra dalam mengisi muatan lokal.
Keterangan
Tahun :2019
Nomor Registrasi :201900893
Nama Karya Budaya :Panggeh
Provinsi :Lampung
Domain :Tradisi dan Ekspresi Lisan
Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda