Nyonya Meneer (Alm), Melestarikan Tradisi Jamu

0
2639

Merawat Keragaman Tanaman dan Budaya Bangsa

Penerima Gelar Tanda Kehormatan Presiden Kelas Satyalancana Kebudayaan 2016. Terlahir dengan Law Ping Nio di Sidorajo, Jawa Timur, tahun 1895, ia lebih dikenal sebagai Nyonya Meneer. Ia adalah pelestari tradisi dan pengembang jamu menjadi perusahaan besar di Indonesia. Potret Nyonya Meneer pada jamu yang diproduksinya menunjukan pediri sekaligus simbol perusahaan, yang saat ini dikelola oleh generasi ketiga. Perusahaan yang dilahirkannya bukanlah perusahaan yang mengumpulkan keuntungan semata. Melestarikan kekayaan budaya dan keanekaragaman tanaman di Indonesia,  menjadi jiwa bagi pertumbuhan perusahaan jamu ini.

“Jamu dihasilkan dari tanaman, tanaman yang digunakan untuk jamu harus dikembangkan, jangan sampai punah. Karena itu kita harus merawat tanaman-tanaman itu jangan sampai punah,” begitu ajaran Nyonya Meneer kepada cucunya, Charles Ong Saerang, yang kini memimpin perusahaan keluarga tersebut.

Gagasan Nyonya Meneer tersebut mewujud menjadi hamparan kebun jamu sekaligus dapur rahasianya di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Oleh generasi ketiga, kebun jamu yang mengoleksi 1.200 jenis tanaman tersebut ditransformasi menjadi taman jamu yang terbuka untuk umum. Tujuannya agar pengetahuan keragaman hayati dan tradisi jamu dapat dinikmati masyarakat yang lebih luas. Warisan kebudayaan jamu dari Nyonya Meneer juga dapat dinikmati masyarakat di Museum Nyonya Meneer yang terletak di kota Semarang.

new-picture-2Law Ping Nio tumbuh di masa pendudukan Belanda, masa di mana anak perempuan tidak mudah untuk menikmati pendidikan di sekolah formal. Noni Meneer, begitu panggilan masa kanaknya, mendapatkan pendidikan membaca dan menulis melalui guru yang didatangkan orangtuanya ke rumah. Selain itu, ibunya juga melimpahi Noni Meneer dengan pengetahuan dan keterampilan terkait kerumahtanggaan. Termasuk ajaran menggunakan tanaman untuk meracik jamu yang dapat mencegah dan mengatasi berbagai penyakit.

Saat berumur 17 tahun, Noni Meneer menikah dengan pengusaha muda, Ong Bian Wan. Pernikahan itu mengubah namanya menjadi Nyonya Meneer. Pasangan ini kemudian pindah ke Semarang, Jawa Tengah, untuk mengembangkan  usaha yang dirintis Ong Bian. Nyonya Meneer menjalani kehidupan sebagai istri,  juga ibu yang melahirkan dan membesarkan anak-anak. Setelah belasan tahun pernikahan mereka, Ong Bian Wan mengalami sakit di bagian perut. Nyonya Meneer membawa Ong Bien ke semua dokter di Semarang, tapi sakit yang diderita suaminya tak dapat disembuhkan. Dalam keadaan itu, ingatan akan ajaran ibunya  dalam meracik jamu memanggilnya kembali.  Setiap hari Nyonya Meneer meracik jamu dari tanaman alami untuk suami terkasih. Setelah satu bulan, racikan jamu ia berikan kepada suaminya, Ong Bien pulih dari sakitnya.

Kabar kesembuhan suaminya atas jamu hasil racikannya tersebar ke para tetangga. Selanjutnya, Nyonya Meneer mulai memenuhi permintaan jamu dari tetangga dan kerabat. Sejak itu, dalam membesarkan ketiga anaknya, Nyonya Meneer juga mengajarkan anak-anaknya untuk meracik jamu dan membantunya menyampaikan pesanan jamu kepada para pembeli. Karena, di masa itu, tidak wajar seorang perempuan dan istri berjalan sendiri ke luar rumah.

new-picture-1Saat kehamilan putrinya yang keempat, Ong Bien kembali sakit dan berakhir dengan kematian. Kepergian suaminya menggugah Nyonya Meneer untuk lebih mandiri dalam  usaha jamu. Kini ia tak hanya bergelut mengembangkan racikan jamu, ia juga harus mengembangkan jamu sebagai usaha untuk menghidupi keluarganya. Nyonya Meneer mulai membeli bahan mentah dan menggaji beberapa pembantu untuk meningkatkan produksi jamunya. Di masa yang sama, anak-anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang butuh perhatian yang lebih banyak darinya. Menghadapi situasi itu Nyonya Meneer berkreativitas meletakkan fotonya di setiap produk yang ia jual. Hal itu untuk meyakinkan pembeli bahwa produk yang sampai di tangan mereka benar-benar diracik oleh dirinya, meskipun ia tidak dapat bertatap muka dengan pelanggannya. Fotonya yang bersanggul dan mengenakan kebaya itu kemudian menjadi branding jamu Nyonya Meneer hingga saat ini.

Bertahun kemudian, Nyonya Meneer menikah dengan Nio Tek An. Mereka dianugerahi anak laki-laki, Hans Pangamenan, yang kelak akan melanjutkan memimpin perusahaan. Sejalan dengan kelahiran anak yang kelima dan usaha jamu yang terus berkembang, rumah mereka semakin penuh dan ramai dengan anak-anak dan para pekerja. Nyonya Meneer kemudian berinisiatif untuk membuka toko jamu di lokasi usaha, Pasar Pademaran, Semarang. Di jalan Pedamaran No. 92, Nyonya Meneer membuka toko, di mana pembeli bisa meminum jamu langsung di tempat atau membawanya pulang. Ia meminta kedua putrinya, Marie dan Lucie, untuk menjaga toko usai mereka pulang sekolah.

Sementara itu, rumahnya terus bertumbuh menjadi laboratorium tempat Nyonya Meneer mengembangkan racikan-racikan jamunya. Di malam hari, saat anak-anaknya sudah terlelap, Nyonya Meneer dengan telaten melakukan pencatatan pengeluaran dan pemasukan,  juga  memikirkan pengembangan usaha agar jamunya menjangkau pasar yang lebih luas.

Lama kelamaan usahanya berkembang. Hingga tahun 1940 dan pada usianya yang ke-45, Nyonya Meneer memimpin 16 pekerja di sela kesibukannya membesarkan kelima anaknya. Ia melakukan supervisi pada pengembangan laboratoriumnya, kepegawaian, pemasaran hingga penjualan. Ia menggaji agen-agen jamu di luar kota Semarang: Cirebon, Yogyakarta dan Solo. Ia juga tak segan berbagi keuntungan melalui pemberian bonus untuk merawat loyalitas para pekerjanya. Nyonya Meneer juga mulai mempersiapkan keberlanjutan usahanya, antara lain dengan menyekolahkan putranya, Hans, ke Hongkong.

Pengembangan usaha terus berlanjut, Nyonya Meneer menugaskan putrinya, Nonie, untuk menjadi didistributor dan menetap di Jakarta, tepatnya di Jalan Juanda, Pasar Baru. Saat Hans kembali, Nyonya Meneer meminta putranya untuk mengembangkan toko mereka di Bandung, Jawa Barat.

Tahun 1950, Nyonya Meneer memutuskan untuk mengoperasikan industri rumahannya menjadi perusahaan yang resmi. Ia  mulai mempekerjakan akuntan untuk mengurusi pembukuan dan notaris untuk proses legalisasi perusahaannya. Tahun 1952 usaha Nyonya Meneer telah menjadi CV Nyonya Meneer yang dipimpin oleh pengusaha perempuan pertama di Indonesia, Nyonya Meneer sendiri. Ia menunjuk putri-putrinya, Lucie dan Marie, sebagai komisaris dan putranya, Hans, sebagai presiden direktur.

Langkah strategis Hans sebagai presdir adalah membeli mesin penggiling dari Jerman untuk meningkatkan produktivitas. Pekerjaan yang biasanya membutuhkan waktu tiga hari kini dapat diselesaikan bagian produksi dalam waktu satu jam. Penggunaan mesin penggiling tersebut membawa perusahaan Nyonya Meneer pada percepatan pengembangan, penyediaan produk dan mendorong perluasan pasar. Dalam perjalanan 10 tahun (1950-1960) perusahaan Nyonya Meneer telah berkembang dari perusahaan jamu yang kecil menjadi perusahaan jamu terbesar di Indonesia.

Tahun 1978 perusahaan Nyonya Meneer mendapatkan tantangan yang cukup berat. Presiden direktur pertamanya meninggal, disusul enam bulan kemudian dengan kepergian Nyonya Meneer. Perusahaan kini dilanjutkan oleh cucunya, putra dari Hans, Charles Ong Saerang. Nyonya Meneer meninggal pada usia 83 tahun. Ia tidak hanya mewariskan pengetahuan dan mengubah jamu rumahan menjadi industri jamu, tapi juga kecintaan pada tanaman sebagai bahan baku jamu.

“Jamu dihasilkan dari tanaman, tanaman yang digunakan untuk jamu harus dikembangkan, jangan sampai punah,” demikian Charles mengenang pesan eyangnya. Karena itu,  selain pengetahuan jamu, Nyonya Meneer juga mewariskan kebun jamu yang mengoleksi 1.200 jenis tanaman. Kebun jamu yang semula ia perlakukan sebagai dapur rahasianya itu, terletak di daerah sejuk Ungaran, Kabupaten Semarang, oleh Charles kemudian mentransformasikankebun jamu itu menjadi taman jamu yang terbuka untuk publik sejak tahun 2014. Tujuannya, agar semakin banyak mata publik yang terbuka untuk turut merawat keanekaragaman tanaman dan tradisi jamu sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia.

Di taman jamu ini Charles membuat danau untuk memperkaya ekosistem tumbuhan dan hewan, membangun klinik tanaman, spa, kafe untuk menikmati jamu, dan benih tanaman jamu yang dapat dibeli dan dibawa pulang oleh para pengunjung. Di taman yang diresmikan Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo (periode 2008 – 2013) tersebut, setiap bulan purnama digelar pertunjukan musik keroncong.

new-picture-3Pewarisan budaya lainnya dikembangkan melalui pembangunan Museum Nyonya Meneer yang memungkinkan publik untuk mengenali dan menikmati koleksi Nyonya Meneer. Antara lain, catatan-catatan yang ditulis Nyonya Meneer. Museum yang diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto ini dibuka untuk publik sejak tahun 1984.

Kini, dengan semakin menguatnya industri obat kimia, Nyonya Meneer menghadapi berbagai tantangan. Antara lain cara kerja standar kesehatan yang berpusat pada pendekatan obat kimia sering meminggirkan jamu sebagai obat tradisi. Hal lain adalah  godaan terhadap para pengusaha jamu untuk mencampur bahan alami dengan bahan-bahan kimia yang turut menurunkan kepercayaan masyarakat pada jamu. Karena itu, sebagai penerus Nyonya Meneer,  Charles meminta Bapak Joko Widodo sebagai Presiden RI  untuk memajukan pelestarian jamu dari sudut pandang kebudayaan. Charles juga berharap pemerintah dapat mendorong masyarakat untuk mengonsumsi dan menggunakan jamu  agar jamu menjadi tuan rumah di tanah kelahirannya sendiri.

Sebagai penerus, Charles juga mengemban tugas untuk melestarikan kekhasan Jamu Nyonya Meneer yang diramu langsung oleh keluarga atau keturunan Nyonya Meneer. Juga mengembangkan perusahaan dengan mendengar dan memenuhi perkembangan kebutuhan masyarakat, serta melestarikan keragaman tanaman bahan jamu dan hanya menggunakan bahan alami untuk produksi jamunya.

Mengenai penghargaan berupa Tanda Kehormatan Satyalancana Kebudayaan yang diterima eyangnya, Nyonya Meneer, Charles menyampaikan penghargaan luar biasa kepada Pemerintah RI. Baginya penghargaan ini tidak hanya untuk Nyonya Meneer, tapi juga dapat mendekatkan masyarakat agar turut melestarikan jamu dan kebudayaannya.

Biodata

Nyonya Meneer  (1895 – 1978)

Jabatan

Pediri  CV Nyonya Meneer

Kegiatan Perusahaan

Anggota bidang usaha pengadaan barang/jasa, Kadin Tingkat I Jakarta, 1998

Anggota luar biasa Dewan Pimpinan APINDO Jateng, 2016

Penghargaan

Satyalancana Kebudayaan dari Presiden Republik Indonesia, 2016

Superbrands   dari Indonesia Superbrands Council, 2003/2004

Piagam Upakarti kategori JASA KEPELOPORAN dari Menteri Perindustrian RI, 1990

Juara I Lomba Stand Swasta PRPP Jawa Tengah dari  Panitia Pekan Raya Promosi Pembangunan, 1998