Ngerangkau, Merupakan pusat pemerintahan

0
3032

Kota Sendawar  merupakan pusat pemerintahan, Sendawar merupakan terminal utama bagi angkutan darat dan air dan udara di Kabupaten Kutai Barat. Walaupun fasilitas yang tersedia masih memprihatinkan, setiap harinya puluhan kapal melalui pelabuhan Melak. Penduduk Sendawar berasal dari berbagai etnis, sebagian berasal dari Kalimantan Timur atau Kutai, sebagian lagi merupakan pendatang dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, bahkan dari pulau lain seperti Sulawesi dan Jawa. Pada umumnya mereka bekerja sebagai karyawan di perusahaan pertambangan dan pengolahan kayu. Namun penduduk asli Kabupaten Kutai Barat sendiri merupakan warga suku dayak yang berasal dari hulu sungai Mahakam. Suku dayak yang menghuni tepian sungai Mahakam terbagi atas beberapa etnis. Di daerah hilir sungai Mahakam mayoritas dihuni oleh etnis Dayak Benuaq dan Dayak Tunjung. Sementara di hulu sungai dihuni oleh Suku Dayak Kenyah dan Oheng atau Penihing.

Tari Ngerangkau adalah tarian yang khusus dilaksanakan pada upacara adat kematian kwangkay, tarian ini sudah ada sejak dahulu dalam masyarakat suku Dayak Benua dan Tunjung. Dalam pelaksanaan upacara adat Kwangkay, tarian Ngerangkau ini dapat dibedakan dalam 3 bagian dengan melihat waktu dan tempat, yaitu : Tari Ngerangkau bini (wanita) yaitu tarian yang khusus ditarikan oleh wanita dari  keluarga yang sudah meninggal. Tarian ini dilakukan pada malam hari sewaktu diadakan pesta dirumah kediaman atau di tempat  peti jenazah disemayamkan. Tari Ngerangkau laki, yang ditarikan oleh pria atau sesepuh desa yang telah ditunjuk oleh Sentangis atau Pawang. Mereka menari pada malam hari.Tari Ngerangkau bersama, ditarikan oleh keluarga yang meninggal baik  pria maupun wanita serta semua undangan yang hadir. Mereka menari saat membawa tulang tengkorak yang sudah dimasukkan ke dalam peti selimat (peti tengkorak). Tempat menari biasanya dilakukan di halaman rumah atau di pekarangan yang luas.

Hampir semua daerah kampung baik Tunjung maupun Benuaq masih melaksanakan ritual tersebut, budaya atau tradisi seperti itu jika tidak terus dilestarikan maka akan hilang tergerus jaman yang tentunya semakin mengikuti arus moderenisasi, peran pemerintah, masyarakat terlebih kepada kaum muda agar terus melestarikan tradisi budaya seperti ini, “anak-anak muda jangan malu melestarikan tradisi sendiri, malu kalau tradisi kita hilang  dan dan malah dilestarikan orang luar” ujar kepala adat kampung Ongko Asa, Rahayu kemarin.

Sajian tari Ngerangkau merupakan tari kelompok yang terdiri dari kelompok  penari laki-laki dan kelompok penari perempuan , mereka merupakan kerabat dari penyelenggara upacara sekaligus sebagai keluarga dari para leluhurnya . Dalam menyajikan tari tersebut tidak ada persiapan dan latihan secara khusus karena gerak tari yang dilakukan bersifat spontanitas, di samping itu para penari dalam menyajikan tari tersebut diyakini sebagai arwah dari roh para leluhur. Untuk itu, bentuk dan kualitas  pertunjukan bukan merupakan tujuan utamanya, akan tetapi fungsi dan kandungan makna merupakan  sesuatu yang penting. Secara Visualisasi pertunjukan tari ngerangkau tidak lepas dari elemen-elemen dalam seni pertunjukkan , dan elemen-elemen tersebut semuanya sangat erat kaitannya dengan konteks kehidupan masyarakat pendukungnya.

Pertunjukan Tari Ngerangkau merupakan media atau symbol untuk mencapai suatu harapan yang tidak lepas dari keinginan masyarakat pendukungnya. Masyarakat Dayak Benuaq sangat percaya bahwa dengan menari , sesuatu yang diharapkan dan yang diinginkan akan tercapai. Khususnya yang berkaitan dengan ritual kematian leluhurnya, dengan disajikanTari Ngerangkau dipercaya dapat berfungsi sebagai penghantar arwah para leluhur menuju surga, sebagai hiburan para arwah leluhur, sebagai sarana kesuburan, sebagai sarana tolak bala, dan sebagai penghormatan terhadap leluhurnya.

Selain itu di dalam tari Ngerangkau juga terdapat makna yang ada dalam setiap pertunjukannya baik bagi keluarganya dan masyarakat pendukungnya. Sajian Tari Ngerangkau juga merupakan media persembahan kepada leluhurnya, di samping itu pemujaan terhadap kekuasaan yang lebih tinggi dengan maksud untuk mendapatkan perlindungan demi keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup bagi masyarakat Suku Dayak Benuaq akan terlindungi.

Tari Ngerangkau merupakan bentuk tari kelompok yang ditarikan oleh penari putra  dan putri, yang merupakan kerabat dari para leluhur yang sedang diupacarai. Di dalam sajian tari Ngerangkau tidak ada proses latihan sebelumnya, gerak tari bersifat spontanitas oleh sebab itu masing-masing penari gerakannya berbeda dan tidak ada ikatan -ikatan tertentu, karena bagi masyarakat bentuk keindahan bukan merupakan tujuan utama dan lebih terfokus ke fungsi ritual.

Di samping itu hal-hal yang berkaitan dengan tata rias, pola lantai,serta musik pengiringnya telah mentradisi hingga sekarang, akan tetapi yang harus dilakukan oleh para penari adalah menggendong tengkorak leluhur selama menari. Demikian juga tempat pertunjukkan selalu disajikan dirumah yang melaksanakan upacara dan rumah adat, ketika menari para penari berjalan melingkar mengitari peti tempat menyimpan tengkorak leluhur.

Pertunjukkan tari Ngerangkau merupakan sebuah tari kelompok yang disajikan dalam upacara kwangkay yaitu sebuah upacara kematian dalam masyarakat suku Dayak Benuaq. Tari Ngerangkau memiliki fungsi ritual bagi kehidupan  masyarakat Dayak Benuaq, hal ini menyangkut kegiatan upacara kwangkay yang dilakukan. Tari Ngerangkau berfungsi sebagai penghormatan pada arwah para leluhur,sebagai ritual pengantar arwah kesurga, sebagai ritual kesuburan, dan sebagai ritual hiburan roh para leluhur. Di samping itu ritual Kwangkay maupun sajian tari Ngerangkau yang ada pada masyarakat Dayak Benuaq mempunyai makna dalam kehidupan sosial bagi masyarakat pendukungnya, seperti mengakrabkan dalam hubungan keluarga, memupuk rasa solidaritas sesama suku dan berbagai tumpuan harapan bagi masyarakat suku Dayak Benuaq. Tari Ngerangkau ini dilakukan setiap malam harinya sampai upacara Kwangkay selesai, Tari ini dimulai pada malam kelima dari urutan sajian prosesi upacara dan dilakukan selama upacara berlangsung, biasanya tarian ini dilakukan oleh 14 orang laki-laki dan 14 orang perempuan tapi kadang-kadang lebih dan cara menarinya bergantian . Pada waktu menari si penari menggedong atau memikul tengkorak-tengkorak, dan dilakukan  tujuh kali putaran. Waktu pelaksanaan Tari Ngerangkau ini dilakukan pada setiap malam selama upacara kuangkai asalkan persiapan sudah selesai biasanya  dimulai dari malam kelima.

 

*———————

Tari Ngerangkau adalah salah satu jenis tarian dari Kalimantan Timur yang berasal dari Suku Dayak Benua dan Tunjung. Tarian ini dilakukan untuk mengundang roh orang yang sudah mati untuk diajak menari bersukacita dengan keluarga pada saat dilaksanakan pesta. Penarinya tidak terbatas jumlahnya, bisa dilakukan oleh pria dan wanita yang sudah dewasa dari pihak keluarga. Tarian ini dilakukan ditempat yang melaksanakan hajat atau upacara dan waktu pelaksanaannya pada malam hari, biasanya menjelang tengah malam sampai dini hari. Sebelum tarian dimulai, kaum lelaki mengumpulkan semua peralatan yang akan dibawa sebagai bekal orang yang telah mati untuk disimpan di dalam peti dan mereka juga memisahkan tulang-tulang dari orang yang mati anatara tulang anggota badan dengan tengkorak kepala. Tarian ini dimulai apabila sang pawang atau sentangis telah memberikan izin dan biasanya dimulai dari keluarga tertua pangkat dan derajatnya. Tarian ini dilakukan dengan penuh khidmat oleh keluarga si orang meninggal dan selama menari sang pawang terus menerus bememang atau menceritakan riwayat kehidupan dari orang yang telah meninggal tersebut. Menari dilakukan dengan mengelilingi peti mayat dan mereka membentuk satu barisan memanjang berderet ke belakang dalam satu arah ke depan. Yang paling di depan biasanya sebagai pemimpin waktu menari dan ia yang menentukan perubahan gerakan dalam tarian. Adapun peralatan musik yang mengiringi tarian tersebut terdiri dari tibuh atau sejenis kendang berkuli pada bagian satu muara, sedang muara yang satunya bolong dan dipukul dengan rotan. Selain itu ada gong, kendang besar dan kelentangan. Selain itu, ada semacam alat peraga yang digunakan dan mempunyai suara yang ritmis sifatnya, yaitu antan atau alu yang dihentakan dan dirapatkan hingga mengeluarkan suara.

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201901031

Nama Karya Budaya :Ngerangkau

Provinsi :Kalimantan Timur

Domain :Adat istiadat masyrakat,Ritus dan perayaan-perayaan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda