Marvel Gracia: Mengembangkan Seni melalui Kolaburasi Berbagai bangsa

0
688

Marvel Gracia belajar menari sejak umur empat tahun. Pertunjukan pertamanya memberikan hiburan kepada para pengungsi yang terpapar erupsi Merapi di Boyolali (2010). Pada umur lima tahun, Marvel tampil pertunjukan kolaborasi dengan penari asal Swedia, Virpi Pahkinen dan Oscar Landstrom, pada Pentas Kolaborasi Indonesia- Swedia di Taman Budaya Jawa Tengah. Debut tarian solonya, Tarian Hujan, dipertunjukan pada Festival Hujan Internasional 2015. Pada umur 10 tahun, siswa kelas V SD ini telah mencipta dua tarian, yaitu Sepeda Santai dan Garuda, yang terinspirasi dari lingkungan bermain dan keadaan masyarakat saat ini.

Kepala Marvel menyentuh lantai. Jemari tangannya ia acungkan, mengembang seperti sayap burung. Tubuhnya yang kayang ditumpu oleh dua kakinya yang kokoh. Berbalut pakaian terbuat dari kulit kayu, gerakan Marvel melesat gagah. Sesekali gerakannya gelisah, sesekali sigap. Teras rumah berupa pendopo yang luas menjadi panggung yang dikuasainya. Dalam tariannya, Marvel berlari, melompat, berpuisi,menatap tajam penonton yang diajaknya masuk pada jiwa burung garuda.

Siang itu Marvel memang sedang menjelma menjadi burung garuda. Burung yang gelisah dengan keadaan masyarakatnya, tapi optimistis dengan kekuatannya.

Ditemui di rumahnya di Kampung Krapyak, Desa Pucangan Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Marvel bersemangat menceritakan kecintaannya pada seni tari. “Saya menari sejak umur empat tahun. Waktu itu saya mendengar musik. Musik itu yang membuat saya menari dengan sendirinya. Musik itu bisa cepat bisa pelan. Dinamikanya itu yang membuat saya terinspirasi menari,” begitu Marvel mengawali perbincangan.

Sejak itu pula Marvel ikut latihan tari bersama ayah dan kakak-kakaknya. Pada umur masih tergolong anak balita itu juga Marvel pertama kali melakukan pertunjukan. Bersama ayahnya, Marvel sang anak balita menari untuk menghibur para pengungsi yang terpapar erupsi Merapi di Boyolali (2010).

Bungsu dari tiga besaudara ini tumbuh di lingkungan yang melimpah seni. Ayahnya, Mugiyono Kasido, pediri Mugidance, koreografer tari kontemporer yang telah melanglang buana ke banyak tempat. Kedua kakak laki-lakinya, Magnum Arkan Nala dan Mumtaz Pajut Nurogo, punya kecintaan yang sama pada seni tari. Ibunya, Nuri Aryati, selain sosok ibu yang mengerti dengan kecintaan suami dan anak-anaknya pada seni, juga manajer mereka dalam perjalanan berkarya.

Marvel telah tampil di berbagai pertunjukan, di antaranya menampilkan tari Regenerasi pada Hari Tari Dunia di ISI Surakarta; Tari Batik pada Hari Batik diPendopo Taman Budaya Jawa Tengah; tari Dewa Ruci di Asean Enchanting Puppet Festival, Chiangmai, Thailand; tari Burung pada Festival Asia di Sukoharjo, Jawa Tengah; dan tari Lila Ulangun di Balai Soedjatmoko, Solo.

Debut tarian solo Marvel pentaskan pada Festival Hujan Internasional 2015 dalam tajuk Tarian Hujan. “Itu tarian tentang hujan. Kalau tak ada hujan kita tak punya air, tak bisa minum. Buah- buahan dan sayuran akan mati. Kalau ada hujan pasti gembira, orang- orang pun ingin berhujan-hujanan,” demikian Marvel menceritakan makna Tarian Hujan.

Marvel juga telah melakukan kolaborasi dengan penari-penari dari mancanegara sejak umur lima tahun, antara lain pentas kolaborasi dengan penari asal Swedia, Virpi Pahkinen dan Oscar Landstrom, pada Pentas Kolaborasi Indonesia- Swedia di Taman Budaya Jawa Tengah (2011). Pada tahun yang sama, bersama keluarganya, Marvel melakukan residensi dan kolaborasi dengan para penari asal Korea dan Thailand di Gwangju, Korea Selatan. Proses kolaborasi tersebut menghasilkan tari Ejecting Human (Kelahiran Manusia) yang dipentaskan di Gwangju Citizen Arts Center, Korea Selatan. Tahun 2013, Marvel kembali melakukan pertunjukan kolaborasi bersama ayahnya dan penari asal Korea dan Amerika Serikat pada tari Floating Spirit yang dipertunjukan di Bedog Art Festival dan tari Back to Source pada Solo international Performing Arts (SIPA). Pertunjukan lainnya, antara lain, kolaborasi dengan Dedek Gamelan Ensamble pada Kereta Kencana World Music.

Saat penulisan pro l ini, umur Marvel baru 10 tahun. Enam tahun sudah ia menekuni dunia tari. Di umur kesepuluh ini, Marvel mulai menggubah tarian. Karyanya yang pertama bertajuk Sepeda Santai. Tarian berkelompok yang terinspirasi dari kesenangannya bermain sepeda bersama teman-temannya. “Cara menciptanya, pertama saya membayangkan gerak tari seperti menaiki sepeda. Kemudian menggunakan lonceng dan suara sepeda menjadi musik untuk pengiring tarian,” demikian Marvel menuturkan proses kreatifnya. Teman-teman bersepedanya pula yang kini menjadi bagian dari para penarinya. Sudah berbulan-bulan mereka berlatih setiap hari Sabtu dan Kamis di rumah Marvel. Karya keduanya adalah perpaduan anatara tari dan puisi. Gagasan tersebut terinspirasi saat Marvel mengikuti perlombaan puisi. Puisi-tari bertajuk Garuda ia kreasi untuk menghadirkan semangat burung garuda yang kuat dan tantangan yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia.

Kecintaan Marvel pada seni tari ini terinsipirasi oleh ayahnya. “Melihat bapak menari, latihan bersama teman-teman, saya tertarik untuk belajar menari sehingga bisa keliling dunia dan banyak teman. Apalagi kalau bisa membuat karya. Saya bisa memanggil teman-teman dari provinsi lain di Indonesia dan negara lain untuk berkolaborasi menciptakan tarian,” ujarnya. Marvel juga berpesan kepada sesama anak di Indonesia, kalau mereka menyukai sesuatu sebaiknya ditekuni. Yang suka melukis menekuni seni lukis. Yang suka menari menekuni seni tari. “Juga terus menggali seni yang disukainya supaya melukisnya bagus, menanrinya bagus. Kemudian kolaborasilah, penari NTT kolaborasi dengan penari Jawa, lalu keliling dunia dan kolaborasi dengan penari dari negara lain,” tuturnya. Menurut Marvel kolaborasi sangat penting untuk saling belajar dari kebudayaan yang berbeda.

Menanggapi anugerah kebudayaan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kategori anak dan remaja yang diterimanya, Marvel menyampaikan terima kasih atas dukungan pemerintah pada anak-anak yang berkarya sepertinya. Penghargaan dari pemerintah juga menurutnya akan mendorong anak-anak Indonesia untuk semakin menggali seni dan menjaga kebudayaan Indonesia dan terus mengembangkan seni melalui kolaborasi dengan berbagai bangsa.