Margaret Kartomi, Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Perorangan Asing 2016

0
1356

Pelopor Pengajaran dan Penelitian Musik Indonesia di Australia

Margaret Kartomi adalah Profesor di bidang musik di Monash University, Melbourne, Australia. Wanita kelahiran tahun 1940 ini merupakan ilmuwan kaliber dunia yang dedikasi hidupnya dihabiskan melakukan penelitian musik terutama pada budaya  Sumatera, Jawa, Kalimantan, Maluku, Flores, dan Cina Indonesia. Sejak tahun 1970, dia adalah pelopor terhadap pengajaran dan penelitian musik Indonesia di Australia.  Margaret melatih pianis, komposer, musikologis, dan etnomusikologis di sejumlah universitas, seperti Universitas Adelaide dan Humboldt.  Kini ia masih terus aktif melakukan bimbingan kepada murid-muridnya dalam melakukan penelitian musik di Indonesia. “Ada minat yang sangat besar sekali dari pelajar dan mahasiswa kami di sini. Ada ribuan jumlahnya. Untuk itu kami membeli gamelan, talempong, angklung, dan lainnya,” kata Margaret.

new-picture-1Selain sebagai ahli ethnomusikologi, organologi, historiografi Indonesia dan juga Asia Tenggara, Margaret menulis banyak artikel, buku, dan karya-karya etnografi musik yang dibakukan dalam album rekaman atau Compact Discs. Bukunya yang populer di antaranya  “Gamelan Digul and the Prison Camp Musician who Built It: An Australian Link with the Indonesian Revolution”. Bersama suaminya, Hidris Kartomi, dia mengunjungi dan mengkaji sejumlah daerah di Indonesia terutama Sumatera selama lebih dari 40 tahun. Dari perjalanan dan dedikasinya ini, Margaret menerbitkan buku dengan 480 halaman yang berjudul “Musical Journeys in Sumatra” pada tahun 2012. “Dari seluruh dunia, Indonesia paling kaya dalam hal musik tradisional. Saya melihat saat itu musik budaya di Sumatra seolah diabaikan. Banyak buku dan penelitian mengenai musik Jawa, tapi tidak di Sumatra,” jelasnya.

Margaret memiliki puluhan koleksi alat musik, rekaman video, maupun suara musik tradisional Indonesia. Koleksinya tersimpan rapi dan kerap menjadi rujukan banyak orang untuk meneliti musik tradisional Indonesia. Namun di sisi lain, dibalik kecintaannya terhadap musik Indonesia, Margaret memiliki kekhawatiran yang cukup tinggi.

“Saya takut karena globalisasi, musik-musik di daerah akan hilang. Pemerintah mesti membantu mendokumentasikan dan merekamnya. Ada beberapa yang sudah hilang di beberapa daerah. Apalagi setelah tsunami di Aceh, setelah ribuan artis-artis Aceh meninggal. Saya kira masyarakat Indonesia harus terus meneliti dan mengkaji musik tradisional dan pemerintah berupaya untuk membuat arsip-arsip musik, silat, sandiwara, dan lainnya yang tersebar di seluruh Indonesia. Kalau ini tidak dilakukan, maka akan hilang tanpa apa-apa,” harap Margaret.

new-picture-2Mengenai penghargaan Anugerah Kebudayaan kategori Perorangan Asing yang diberikan oleh Pemerintah RI kepadanya, Margaret menerimanya sebagai suatu kehormatan yang tidak ia sangka. “Ini merupakan kehormatan yang luar biasa bagi saya. Di satu sisi ini merupakan peluang bagi saya untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada artis, pemain musik, pemain silat, penari di pelosok-pelosok Indonesia yang membantu dan bermain untuk saya”.

Biodata Margaret Kartomi

Kebangsaan: Australia

Lahir: 24 November 1940

Bidang/Keahlian

Ahli di bidang musik tradisional Indonesia, mengembangkan seni musik Indonesia

Karir

  • Profesor Musik di Faculty of Arts, Monash University dengan spesialisasi di Indonesia dan Asia Tenggara, serta otoritas dunia dalam musik Sumatra.
  • Koordinator penelitian di School of Music-Conservatorium. Penelitiannya akhir-akhir ini berfokus pada kultur musik di Aceh, Kepulauan Riau, dan Lampung.
  • Panitia Simposium International Musicological Society di Melbourne (1988, 2004, dan 2017).
  • Anggota dewan Society of Ethnomusicology (2007).
  • Anggota American Musicological Society (2004).
  • Anggota Fellow of the Australian Academy of the Humanities (1989).
  • Penggagas pengajaran dan penelitian musik Asia di Australia dan membangun arsip musik Sumatra dan Asia di Monash University (1970an).

Buku

  • Musical Journeys in Sumatra (University of Illinois Press, 2012).
  • The Gamelan Digul and the Prison-Camp Musician Who Built It: An Australian Link with the Indonesian Revolution (University of Rochester Press, 2002).
  • On Concepts and Classification of Musical Instruments.
  • Musical Instruments of Indonesia: An Introductory Handbook.
  • Matjapat Songs in Central and West Java.
  • TAASA Review (ed), diterbitkan oleh Asian Arts Society of Australia Inc (1999).

Jurnal Penelitian

  • The Traditional Sitting Song-Dances: How their Recognition and Rivalries Affect Gayo-Acehnese Relations at Home and in the Diasporas (Archipel, 2014).
  • The Saman Gayo Sitting Song-Dance and its Intangible Cultural Heritage Status (Yearbook for Traditional Music, 2013).
  • Traditional and modern forms of pencak silat in Indonesia: the Suku Mamak in Riau (Musicology Australia, 2011).
  • Toward a methodology of war and peace studies in ethnomusicology: the case of Aceh, 1976-2009 (Ethnomusicology, 2010).

Rekaman

  • The Music of Islam, Volume 15 – Muslim Music of Indonesia: Aceh and West Sumatra.
  • Music of Timor.
  • Music of Indonesia: Maluku and North Maluku.
  • Music of Indonesia: Flores.
  • A Viagem Dos Sons/the Journey of Sounds: VS06 Kroncong Moritsko-Sumatra.
  • An Anthology of South-East Asian Music: The Mandailing People of Sumatra.
  • An Anthology of South-East Asian Music: The Angkola People of Sumatra.

Penghargaan

  • The Order of Australia atas jasanya di bidang etnomusikologi (1991).
  • Cetenary Medal dari Pemerintah Australia atas jasanya kepada masyarakat Australia dan dunia (2003).
  • Penghargaan dari pemerintah Lampung atas penelitiannya tentang Sumatra (2011).