Kerajinan Perak Celuk, Sebagai usaha Keluarga

Kerajnan Perak Celuk sebagai usaha keluarga dalam sekala kecil telah ada sejak zaman Kerajaan Sukawati. Produksinya dominan untuk kebutuhan keluarga raja di Puri Sukawati dan sekitarnya seperti Puri Peliatan, Ubud, dan Singapadu. Desa Celuk sebagai pusat kerajinan emas dan perak mulai dilirik orang-orang asing sejak kedatangan Bangsa Belanda ke Bali setelah Kerajaan Gianyar ditetapkan sebagai stedehouder (wakil) pemerintah Hindia Belanda pada tahun1912.

Pada tahun 1915, ada seorang pemande (perajin emas dan perak) yang cukup dikenal di Desa Celuk, bernama I Wayan Klesir. I Wayan Klesir ini memiliki pungkusan (nama panggilan sesuai nama anak laki-laki tertua) Nang Gati. Keterampilan mengolah emas dan perak yang dimiliki Nang Gati diteruskan kepada puteranya sendiri yakni I Nyoman Gati. I Nyoman Gati ini memiliki semangat belajar yang tinggi untuk meningkatkan kemampuannya mengolah emas dan perak. Ia berangkat menuju Kerajaan Mengwi untuk belajar menatah ukiran pada plat-plat maupun berbagai kreasi motif lainnya.. Setelah berhasil menguasai teknik pengolahan dan mengukir hiasan, I Nyoman Gati kembali pulang ke Desa Celuk untuk menekuni pekerjaan sebagai perajin emas dan perak. Keahlian membuat kerajinan emas dan perak ditularkan kepada keluarga maupun tetangga di sekitarnya, seperti I Ketut Liyer, I Made Lenjeh, I Wayan Regug, I Made Sedid, I Nyoman Sedud, I Wayan Gerut, dan yang lainnya. Di dukung perajin-perajin tersebut, produksi kerajinan emas dan perak di Desa Celuk semakin berkembang. Metode pewarisan yang diterapkan pada masa itu adalah metode partisipatif yang melibatkan secara langsung kepada anak-anak, keluarga dekat, dan tetangga sekitar untuk belajar membuat kerajinan perak. Saat ini metode pewarisan yang diterapkan masih sama, hanya saja minat generasi muda untuk mempelajari cara membuat kerajinan perak cenderung berkurang.

Produksi Kerajinan Perak pada masa lampau cenderung berfungsi sebagai peralatan upacara seperti bokor, caratan, sangku, pererai, kantil, dengan desain dan hiasan mengacu pada benda-benda alam sekitar sepeti manuk dewata (burung cendrawasih), boma (wajah raksasa), naga, dan sebagainya. Motif yang digunakan berupa motif tatahan seperti util susul (berbentuk cangkang keong), bun util (sulur), dan sebagainya. Bahan dan proses pembuatan menggunakan alat alat tradisional seperti pengububan, paron, pengelalaan, kererek (buah lerak), dan sebagainya dengan proses pembuatan dengan menggunakan tangan (handmade). Seiring perkembangan teknologi, beberapa peralatan diganti dengan mesin untuk mempermudah proses pembuatan. Misalnya, paron yang digunakan sebagai alat untuk menteng (memukul perak lantakan agar menjadi palat tipis) diganti dengan mesin blendes. Bahan pembersih buah kererek (lerak) diganti dengan detrejen.

Seiring dengan perkembangan pariwisata budaya Bali, produksi kerajinan perak Celuk semakin bervariasi. Desain dan motif tidak lagi terpaku pada desain dan pakem tradisional. Kreasi-kreasi baru mulai dikembangkan sesuai keinginan pasar, khususnya selera wisatawan asing. Kerajinan Perak Celuk mengalami masa kejayaan pada tahun 1980-an, kemudian menurun sejak tahun 2000-an. Sampai saat ini kerajinan perak masih tetap bertahan namun tidak seramai era tahun 1980-an.

Proses pembuatan setiap jenis kerajinan perak ada sedikit perbedaan, meskipun ada perbedan tahap-tahap dasar pembuatan kerajinan perak Celuk sebagai berikut.

1. Membuat plat, kawat, dan jawan. Plat dibuat dengan cara membakar perak hinggga membara, kemudian perak yang masih membara itu diangkat dengan sepit (alat penjepit) ditaruh di atas paron kemudian dipenteng (dipukul-pukul sampai pipih dan melebar). Pembuatan kawat diawali dengan proses nyangat (menggunting plat perak dengan cara melingkar menjadi menjadi batangan-batangan tipis memanjang seperti bentuk pir/peer). Pir perak tersebut kemudian ditempa atau dipukul-pukul supaya gilik (berbentuk bulat) lalu dimasukkan kedalam urutan (alat pembuat ukuran kawat) dan ditarik dengan kuat supaya memanjang. Jawan dibuat dengan cara memotong kawat menjadi potongan-potongan kecil. kemudian dicampur arang halus, lalu ditaruh di atas mangkuk tanah liat, dibakar sampai panas dan meleleh. Lelehan perak di dalam arang halus jika sudah dingin akam membentuk butiran-butiran perak

2. Membuat cangkok mata dan dasar mata, terbuat dari plat kecil yang nantinya berfungsi sebagai tempat permata. Jika tidak menggunakan permata, maka tidak melakukan proses pembuatan cangkok mata. Setelah selesai pembuatan cangkok mata, maka dibuatkan dasar mata berupa bidang datar yang nantinya berfungsi sebagai tempat menempelkan permata.

3. Membuat tatakan adalah alas sementara untuk menempelkan kawat dan hiasan yang disusun menjadi motif hiasan. Tatakan ini terbuat dari plat besi yang cukup tebal. Bentuk tatakan menyesuaikan dengan bentuk desain produk kerajinan yang dibuat.

4. Memasang tatakan, tatakan dipasang sebelum melakukan proses ngebun (menempelkan motif-motif hiasan). Tatakan berfungsi sebagai media menempelkan motif khususnya ketika membuat perhiasan jenis terawang (berlubang-lubang).

5. Membuat lis. Lis adalah bingkai yang dipasang pada bagian luar kerajinan yang dibuat. Berfungsi sebagai bingkai penahan agar ukuran desain yang dibuat tidak berubah bentuk dan tidak melebar ke sisi-sisi lain.

6. Ngebun adalah memasang kawat berbentuk lekukan dan gulungan-gulungan menjadi motif-motif tertentu seperti liman paya, bun-bunan, bun util jejawan, dan sebagainya. Supaya motif-motif ini menempel satu dengan lainnya, harus direkatkan dengan ancur (bubur lem sementara terdiri atas campuran biji buah piling-piling/Adenenthera Pavonina, pijer, dan sedikit air).

7 Masang Jawan adalah memasang bola-bola perak dengan berbagai ukuran mulai dari ukuran yang agak besar sampai dengan ukuran halus. Jawan dapat dipasang dengan cara menyusun dan merekatkanya satu persatu di atas plat menggunakan ancur (lem sementara) sehingga membentuk motif-motif yang diinginkan.

8 Masang Serbuk Patri, dilakukan setelah proses pembuatan motif (ngbun dan masang jawan). serbuk patri dipasang dengan cara mengoleskan di atas motif hiasan bun dan jejawan. Kemudian dibiarkan sementara sampai mengering Serbuk patri ini berfungsi sebagai alat perekat permanen semua motif  terbuat dari  campuran perak dan tembaga dengan perbandingan 2:1 (dua bagian perak dan satu bagian tembaga).

9. Matri, adalah proses pembakaran untuk merekatkan hiasan dan motif secara permanen, dilakukan setelah pemasangan serbuk patri.

10.Ngampelas adalah menggosok permukaan perak agar bersih dan halus, tidak tajam bergerigi, dilakukan selesai proses pembakaran dan pendinginan.

11. Ngasemin, adalah proses memberi cairan asam pada barang produksi kerajinan perak bertujuan untuk membersihkan dan memperoleh warna putih. Campuran pembersih ini terdiri atas buah asam (Tamarin) atau belimbing wuluh, air, dan garam. Air, asam, dan garam direbus mendidih, kemudian barang-barang kerajinan perak dimasukkan lalu direbus bersama-sama. Perebusan dilakukan sampai perak tampak berwarna putih .

12.Nyikat adalah proses membersihkan kerajinan perak dengan cara menggosok menggunakan sikat kawat halus dan larutan buah kererek (lerak). Jika tidak ada lerak bahan pembersih diganti menggunakan  detergen cair pencuci piring.

13.Nyelemin adalah proses pemberian warna hitam untuk memberi gradasi warna antara bagian-bagian cekung dan cembung. Jika tidak menginginkan gradasi warna maka tidak perlu melakukan proses nyelemin.

14. Masang mata (pemasangan permata) disesuaikan dengan ukuran cangkok mata yang telah dibuat mengikuti bentuk dan ukuran permata. Permata dimasukkan ke dalam cangkok mata, kemudian dikuatkan dengan menekan melengkungkan bagian pinggir tempat permata sehingga bagian pinggir permata tertutup.

15. Ngelap, dilakukan setelah pemasangan permata selesai. Proses mengelap menggunakan kain halus supaya kotoran, debu, dan bekas-bekas sidik jari dan tangan tidak menempel pada permukaan kerajinan perak. Cara mengelap tidak boleh terlalu keras dan kasar karena dapat merontokkan motif hiasan yang telah dipasang.

Ciri khas hasil kerajinan perak Celuk adalah pemakaian tigas bahan dasar kerajinan perak yaitu plat, kawat, dan jawan (butiran-butiran perak). Ketiga bahan tersebut merupakan bahan dasar untuk membangun berbagai motif. Masing-masing bahan tersebut dapat digunakan sendiri-sendiri maupun dipadukan secara keseluruhan sehingga membentuk berbagai kreasi motif. Misalnya perhiasan dengan motif jejawan (motif menggunakan butiran-butiran emas atau perak), bun util (motif menyerupai sulur), dan kreasi-kreasi lainnya.

Kerajinan perak Celuk memiliki empat (4) motif dasar yaitu;

1) Motif jejawan, Motif jejawan adalah motif hiasan yang menggunakan susunan bola-bola perak berukuran kecil) disusun di atas plat-plat atau ruang-ruang kosong sehingga membentuk bentuk-bentuk tertentu.

2) Motif liman paya, terbuat dari pilinan kawat yang mengacu pada bentuk sulur tumbuhan paya (pare). Mengacu pada bentuk tersebut, motif liman paya adalah ragam hias yang mengadopsi bentuk gulungan spiral atau sulur yang terdapat pada batang tumbuhan pare.

3) Motif bungan gonda, mengacu pada bentuk bunga tumbuhan gonda (tumbuhan air yang terdapat di sawah digunakan sebagai bahan sayur, sphenoclea zeylanica G), merupakan susunan butir-butir perak dengan bagian ujung meruncing.

4) Motif bun util jejawan, terdiri atas tiga komponen dasar yakni bun (sulur), util (nama ukiran yang mengadopsi bentuk lengkungan pucuk pakis), dan jejawan (hiasan berupa taburan butiran-butiran perak). Ketiga motif tersebut disatukan dalam satu bentuk hiasan terdiri atas beberapa lengkungan kawat yang ditekuk menjadi bun (sulur), bagian ujung kawat digulung menjadi util (gulungan daun pakis muda yang baru tumbuh), dan dilengkapi dengan taburan jejawan (butir-butir perak) untuk mengisi bagian-bagian ruang kosong.

Nilai-nilai yang terkandung meliputi nilai religius, sosial budaya, ekonomi. Fungsi Kerajinan Perak Celuk saat ini meliputi fungsi ritual (digunakan sebagai alat upacara), fungsi ekonomi (sebagai sumber ekonomi atau mata pencaharian), fungsi sosial (sebagai media kebersamaan dalam upaya memajukan hubungan antar perajin perak di Desa Celuk).

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900998

Nama Karya Budaya :Kerajinan Perak Celuk

Provinsi :Bali

Domain :Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda

Scroll to Top