Kerajinan Kulit Tatah Sungging Yogyakarta (2)

Kerajinan Tatah Sungging yaitu Kerajinan membuat Wayang Kulit kerajinan ini di lakukan oleh masyarakat Dusun Pucung, Desa Wukirsari, Kec.Imogiri, Kab. Bantul, Prop. DIY. Cikal bakal kerajinan Tatah Sungging bernama Atmokaryo Glibo. Ketrampilan yang di miliki tersebut kemudian di tularkan pada masyarakat sekitarnya. Akhirnya pada tahun 1920, hampir sebagian besar penduduk Dusun Pucung bisa membuat Wayang Kulit. Kerajinan tersebut dapat menambah income dan dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak. Pendokumentasian kerajinan Tatah Sungging dapat sebagai media pelestarian, penyebarluasan informasi kakayaan budaya. Pelopor kerajinan ini bernama Atmokaryo Glibo. Ia seorang penjual kayu bakar. Ia belajar membuat kerajinan ini pada priyayi yang tinggal di sekitar Kepatihan Yogyakarta. Setelah bisa, kemudian pulang ke Dusun Pucung dan menularkan ilmunya pada orang yang di anggap berbakat, yaitu Atmorejo. Lama-kelamaan perajin Tatah Sungging semakin bertambah dan kemudian di wadahi dalam suatu organisasi bernama Koperasi ??Maju Lestari??. tatah sungging terkenal hingga ke mancanegara. Tak heran, banyak sentra pengrajin tatah sungging tersebar di wilayah Jawa Tengah dan DIY. Desa Pocung, Karangasem, DIY, misalnya, hampir 80% penduduknya berprofesi sebagai pengrajin tatah sungging. Dengan penduduk mencapai hampir 1000 orang, pendapatan per bulannya mencapai lebih dari 100 juta. Tatah sungging termasuk industri perkulitan yang semua tahapnya dilakukan manual. Kualitas kulit memiliki pengaruh sangat besar. Tidak sembarang kulit bisa dipakai. Umumnya adalah kulit herbivora yang memiliki ketebalan tertentu. Ada tiga jenis kulit yang biasa dipakai: * Kambing atau domba Jenis ini yang paling banyak digunakan. Selain bahannya yang mudah didapat, kulit kambing memiliki motif alami yang cukup indah yang bisa dipadukan langsung dengan motif sungging. Kulit kambing juga bisa langsung digunakan tanpa proses pengolahan lebih dulu. * Sapi Kulit jenis ini perlu diolah sedemikian rupa, mulai dari penyamakan, pengerokan bulu, dan penipisan sehingga didapat ketebalan yang sesuai. Kulit ini juga lebih sulit digarap karena memiliki sifat kaku dan mudah melengkung pada kondisi panas, tapi kendur dalam kondisi lembap. * Kulit kerbau Kulit ini yang paling baik di antara jenis yang lain. Jaringan seratnya lebih kuat, tahan serut, dan produknya lebih tahan lama. Bentuknya tidak mudah berubah terpengaruh cuaca sebagaimana kulit sapi. Alat Beberapa peralatan yang lazim digunakan para pengrajin tatah sungging: 1. Tatah Jenis tatahan dalam seni kriya ini adalah tatah tembus dengan prinsip selang-seling seperti teknik anyaman. Rangkaian tatahan membentuk komposisi indah dan harmonis. Ada beberapa jenis tatah yang digunakan, di antaranya: * Tatah penguku, bentuknya menyerupai jari-jari manusia, untuk membuat motif setengah lingkaran. * Tatah pemilah, bentuknya seperti tatah biasa. Ujungnya rata dan lurus, berfungsi membentuk motif garis. * Tatah bubukan, berbentuk lengkung setengah lingkaran pada ujungnya. Berfungsi untuk membuat motif bubukan. * Tatah corekan, berbentuk runcing seperti jarum jahit, untuk membuat garis atau guratan di permukaan kulit. * Tatah delingan, bentuknya seperti tatah pemilah tapi ujungnya miring. Fungsinya untuk merapikan tatahan. 2. Pandhuk dan gandhen Pandhuk adalah kayu landasan yang terbuat dari kayu sawo, dipakai saat menatah. Gandhen adalah alat pemukul tatah, bentuknya seperti martil. Terdapat beberapa variasi ukuran. Biasanya terbuat dari kayu sonokeling atau sonokembang. 3. Tindhih Terbuat dari besi, kuningan, perunggu, atau logam berat lainnya yang berfungsi memberi beban agar kulit menempel pada pandhuk saat proses menatah. 4. Kuas dan pen kodok Digunakan dalam proses sungging, mulai dari pewarnaan dasar kulit, menggambar sketsa motif, hingga pewarnaan. Ada beberapa kuas yang dikenal, di antaranya: kuas dasaran, kuas prada, tlacapan, sawutan, dan kuas cawen. Pewarnaan Dalam seni sungging, dikenal lima warna dasar; putih, kuning, biru, merah dan hitam; ditambah warna emas. Dalam produksi tradisional, warna-warna tersebut diperoleh dari bahan alam atau kreasi manual, yaitu: * Abu tulan untuk memperoleh warna putih. * Atal watu untuk memperoleh warna kuning. * Nila werdi untuk menghasilkan warna biru. * Gincu dan endapan air raksa untuk memperoleh warna merah. * Langes atau jelaga untuk menghasilkan warna hitam. * Prada emas untuk menghasilkan warna kuning emas. Warna-warna tersebut direkatkan dengan ancur lempeng atau ancur kripik, terbuat dari sejenis yiyit ikan laut. Dikenal pula bahan perekat jenis ancur otot yang berwarna cokelat tua, terbuat dari bahan casein. Proses sungging ditutup dengan mengoleskan putih telur dicampur vernis dan ancur mateng untuk membuat produk tahan lama. Dewasa ini, penggunaan putih telur mulai ditinggalkan seiring ditemukannya bahan-bahan pengganti yang lebih baik. Proses Pengerjaan Untuk menghasilkan produk tatah sungging, pengrajin harus melewati tahap-tahap, sebagai berikut. 1. Ndasari, adalah proses memberi warna dasar secara tipis dan merata pada kulit. Biasanya warna kuning. Berfungsi menutup pori-pori kulit agar permukaannya rata, sekaligus menjadi pondasi pewarnaan berikutnya. 2. Nyorek, yaitu proses membuat sketsa. Dalam proses ini, pengrajin membuat sketsa bentuk dasar, konstruksi, dan penempatan bidang hiasan. 3. Anggebing, yaitu proses menatah tepi sketsa sehingga diperoleh bentuk dasar. 4. Anggempur, yaitu proses memperhalus tatahan dasar dan membuat kombinasi yang indah dalam terawangan cahaya. 5. Ambedhah, yaitu proses menatah bagian muka tokoh dalam tatah sungging wayang kulit. Proses ini sangat penting karena berpengaruh pada karakter wayang yang dihasilkan. 6. Pewarnaan, yaitu proses memberi warna pada hasil tatahan. Ada beberapa jenis proses yang dikenal, sesuai dengan warna yang dioleskan, yakni: proses anyemeng, amrada, amepesi, anjambon, anjene, ngijem nem, ambiru, anjingga, dan anyepuhi. 7. Isen-isen, yakni proses memberi variasi isian pada bidang yang sudah disungging. 8. Angendus, adalah proses melapisi produk tatah sungging dengan bahan yang membuat lebih kuat, mengilap, dan tahan lama.

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201900953

Nama Karya Budaya :Kerajinan Kulit Tatah Sungging Yogyakarta

Provinsi :DI Yogyakarta

Domain :Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda

Scroll to Top