Kebalai, dalam bahasa Rote terdapat istilah yaitu Kebak

0
2789

Kebalai bahasa Kupang, dalam bahasa Rote terdapat beberapa istilah yaitu kebak, heka, e’a, dan kaule. Kebalai digolongkan sebagai permainan oleh orang Rote yang dalam bahasa Rote disebut “nekeminak kebak” (bermain kebalai).  Kebalai  merupakan  tarian   lingkaran  dengan  saling bergandengan tangan sampai siku tangan masing-masing pesertanya dan bergerak dengan gerak tari ke arah kanan. Kebalai digolongkan menjadi 2 jenis yaitu : 1) Kebalai yang bersifat ritual yaitu Kebalai untuk upacara- upacara adat, seperti upacara kematian, upacar pembuatan rumah baru, upacara hus atau holi, dll. Kebalai  yang bersifat ritual ini disebut E’a Ina (Kebalai besar/Kebalai Induk). Dalam kebalai seperti ini suasana berjalan secara hikmat, para peserta kebalai  mengikuti  dengan penuh rasa haru dan khusuk, tidak ada yang berbisik-bisik dengan teman yang berdekatan, ataupun tidak ada yang tertawa, bahkan tersenyum pun tidak boleh. Langkah-langkah tarinya menunjukkan ketenangan dengan teratur. 2) Kebalai yang bersifat hiburan. Kebalai jenis ini dilakukan oleh pemuda-pemudi. Dalam kebalai ini bisa ini  bisa  dipimpin  manahelo  ba’i,  atau hanya oleh  manahelo  kebak.  Pada  kesempatan  ini  biasanya para pemuda – pemudi mencari pasangan hidup. Kebalai jenis ini disebut E’a Ana (kabak kecil) yang terdiri dari berbagai jenis lahu dan tarian seperti : Lena Mau Oek, Sele Lelek, dan lain-lain. Kebalai sebagai tarian masal dapat dimainkan oleh laki-laki maupun perempuan dengan jumlah ideal sekitar 10 orang dan paling banyak 50 orang. Kebalai dapat dimainkan pada saat upacara hus, kematian (begadang),  tahun  baru  dan  lain-lain.  Kebalai  dipimpin  oleh  seorang  penyanyi  solo  yang  disebut  Manahelo.  Ada  3 (tiga)  jenis  Manahelo yaitu :  Manahelo  penutur  silsilah, disebut  Manahelo  Ba’i,  Manahelo penutur syair disebut Manahel Bini, dan  Manahelo pemimpin kor dalam permainan/tarian  kebalai disebut Manahelo Kebak.

Dalam melakukan atraksi kebalai, Manahelo Kebak melantunkan lagunya dalam bentuk syair, bait demi bait. Sementara itu para peserta/paduan suara yang tengah berpegangan tangan mengayunkan langkah mengikuti irama lagu yang dilantunkan Manahelo. Sesudah satu bait dilantunkan lalu disambut oleh peserta dengan mengulang bait syair lagu yang dilantunkan oleh manahelo. Demikian seterusnya sampai selesai.

Pada umumnya peserta kebalai berputar berlawanan dengan arah jarum jam, tapi bisa juga mengikuti arah jarum jam. Para peserta bergerak dengan langkah-langkah khas tarian Rote Ndao, derap geraknya diselaraskan dengan irama tuturan (helo) dari si Manahelo, berupa kisah atau bini (syair). Manahelo bisa lebih dari seorang, sehingga bila yang satu merasa lelah, maka yang lain bisa membantu. Manahelo bisa bergandengan tangan dengan peserta atau bisa juga berdiri ditengah lingkaran dan turut bergerak/melangkah sesuai irama. Bila sementara bermain/menari, manahelo mau melagukan lagu yang berbeda langkah, maka dalam bersyair/bernyanyi ia memberi isyarat dengan suara berirama sambil mengatakan , “Tasafali dei, ita tasafali dei”.

Dengan adanya isyarat itu maka para peserta bersiap-siap untuk menyesuaikan langkah dengan lagu baru yang dilantunkan manahelo. Nada sesuatu lagu pada dasarnya sama, namun dalam bernyanyi baik lagu/nada maupun syair dapat divariasi sesuai selera manahelo. Beberapa jenis lagu yang ritmenya (langkah dan iramanya) sama bisa digabungkan dalam satu babak.

Bila jumlah peserta bertambah banyak, sedang luas tempat arena tidak memungkinkan maka bisa dibuat lingkaran-lingkaran kecil di dalam lingkaran besar. Sambil berpegangan tangan para peserta mengayunkan  langkah mengikuti satu arah yaitu ke kanan mengikuti irama  lagu  dengan sikap badan yang  tidak kaku. Walaupun tarian Rote Ndao tidak mengenal goyang pinggul namun untuk tarian kebalai, pinggul bisa digoyang sedikit asal tidak berlebihan. Cara melangkah dan hentakkan kaki tiap jenis lagu tidak sama.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bermain/menari  kebalai  adalah  kekompakan  antara  peserta dengan  peserta   maupun  peserta   dengan   Manahelo, begitupun keteraturan derap langkah, serta  keharmonisan   suara. Keikutsertaan  dalam  tarian kebalai dengan sahut menyahut antara manahelo dengan paduan suara merupakan suatu cara yang efektif dalam interaksi sosial. Oleh karena itu tarian ini melambangkan kebersamaa, kesatuan,dan keharmonisan hidup.

Kekompakan antar peserta dengan  Manahelo merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menarikan Kebalai. Begitu juga dengan keteraturan derap langkah serta keharmonisan suara, sahut menyahut antara Manahelo dengan peserta menggambarkan suatu cara yang efektif dalam interaksi social. Oleh karena itu, tarian Kebalai ini menggambarkan kebersamaan , kesatuan dan keharmonisan hidup.

Kebalai dapat dibedakan menjadi dua macam :

1. Kebalai yang bersifat ritual

2. Kebalai yang bersifat hiburan

 

1. Kebalai Yang Bersifat Ritual

Kebalai bersifat ritual dalam bahasa Rote disebut E’a Ina (Kebalai Besar/Kebalai Induk) yaitu kebalai untuk keperluan upacara-upacara adat, seperti upacara kematian, upacara pembuatan rumah baru, upacara Hus atau Holi, dan lain-lain. dalam kebalai seperti ini suasana berjalan dengan khidmat, para peserta kebalai mengikuti dengan penuh rasa haru dan khusuk, tidak ada berbisik-bisik dengan teman yang berdekatan ataupun tidak ada yang tertawa bahkan tersenyum pun tidak boleh. Para peserta memeluk pinggang dengan sangat ketat/rapat sehingga tidak tampak celah. Langkah-langkah tarinya menunjukkan ketenangan dengan teratur, yang diselaraskan dengan irama tuturan si penutur/manahelo.

2. Kebalai Yang Bersifat Hiburan

Dalam bahasa Rote, kebalai jenis ini disebut E’a Ana (Kebak Kecil) yang  umumnya dilakukan oleh pemuda-pemudi dan dipimpin oleh Manahelo Ba’i  atau Manahelo Kebak. Dalam kesempatan ini, biasanya para pemuda pemudi mencari pasangan hidup.

Keterangan

Tahun :2019

Nomor Registrasi :201901019

Nama Karya Budaya :Kebalai

Provinsi :Nusa Tenggara Timur

Domain :Seni Pertunjukan

Sumber: Website Warisan Budaya Takbenda