Kain Cual Bangka-Belitung

Tenun kain Cual di Bangka Barat sudah ada sejak abad ke-18 dan mulai hilang ketika tahun 1942 sewaktu Jepang masuk ke Muntok. Masuknya Jepang tersebut menghentikan tenun kain cual ini. Sebuah kejadian tak terduga menemukan kembali kain cual yang sudah lama hilang tersebut, ketika seorang pemandi jenazah bernama Nazib Isya menemukan kain cual tua sebagai penutup keranda ketika dia hendak menutup keranda salah seorang jenazah. Kondisi nya sekarang sudah tua dan masih dipegang oleh Nazib Isya. Ditemukan di Kampung Tanjung daerah Teluk Rubiah Kota Muntok. Dengan dasar penemuan tersebut, seorang tokoh budaya setempat yakni Mukhtar Adjmain berinisiatif untuk menghidupkan kembali tenun kain cual ini.

Pada masa dahulunya, kain cual ini ditenun oleh gadis-gadis tua (gadis sombong sehingga tidak menemukan jodohnya sampai tua). Mereka malu ke luar rumah, kesehariannya diisi dengan menenun kain cual. Oleh Mukhtar Adjmain kerajinan tenun tradisional ini dihidupkan kembali dengan lokasi di kampung Tanjung, Teluk Rubiah Kota Muntok Kabupaten Bangka Barat.

Salah satu kerajinan tangan khas Bangka adalah tenun cual. Kain tenunan ini sekilas mirip dengan songket Palembang, namun bila diteliti terdapat perbedaan terutama dari motif tenunannya serta pada benang emasnya, kain cual lebih sedikit benang emasnya dibandingkan kain songket. Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok, Bangka Barat, keturunan Ence’ Wan Abdul Haiyat di Kampung Petenon, pada abad ke-18. Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang berarti
celupan awal pada benang yang akan diwarnai.
Tenun cual merupakan perpaduan antara tekhnik sungkit dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khasnya adalah susunan motif menggunakan tekhnik tenun ikat. Konon kain cual ini asalnya berasal daerah salah satu daerah di Pulau Bangka yaitu Mentok. Tidak heran kain ini lebih dikenal dengan sebutan kain cual Mentok. Benang emas yang banyak dipakai sekarang adalah benang emas sintetis bukan emas ash. Kain cual Mentok dulunya dipakai untuk pakaian adat di lingkungan bangsawan Mentok, selain itu untuk pakaian kebesaran dan kebanggaan lingkungan ningrat. Namun lambat laun kain ini menyebar ke kalangan rakyat biasa. Tahun 1914 hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang menyebabkan terputusnya bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari Cina menjadi pelengkap orang-orang Muntok meninggalkan kerajinan tenun cual.

Jenis motif tenun cual antara lain susunan motif bercorak penuh (Pengantek Bekecak), dan motif ruang kosong Jande Bekecak). Fungsi sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Muntok, pakaian pengantin dan pakaian pada hari-hari kebesaran Islam dan adat lainnya, sebagai hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu. Dahulu, kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif dan warna pada tenun cual mengandung filosofi hidup sebagai hasil perjalanan religius penenunnya.Tenun cual sangat terkenal karena tekstur kainnyaa/yang begitu halus, warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul, jika dipandang dari kejauhan. Peminat tenun cual pun hingga ke luar Bangka, sehingga diperjualkan pula ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura dan Tanah Melayu lainnya. Hal ini menyebabkan pengguna tenun cual tidak lagi hanya pada keturunan Bangsawan Mentok.

Kain tenun cual pada dasarnya adalah kain tenun seperti songket, dengan warna-warna cerah dan menyala khas kain tradisional Melayu. Motif yang ada hampir mirip dengan kain songket Palembang tetapi lebih luwes dan memiliki lebih banyak lengkungan serta selalu dihiasi motif flora dan fauna. Motif kembang kenanga adalah motif asli khas Bangka ada 9 motif cual yang kini telah dipatenkan yakni kembang kenanga, bebek, kembang sumping, ubur-ubur, merak, gajah mada, kembang setangkai, dan kembang rukem, bebek setaman, kembang rukem berantai, dan kembang setaman. Proses tenun dan pembuatan kain cual sangat rumit, kemudian bahan-bahannya juga terbilang mahal sebab ada corak benang emas seberat 18 karat yang diikatkan dikain tenun cual. Kain ini berfungsi sebagai pakaian kebesaran dikalangan bangsawan, pakaian pengantin, pakaian yang dipakai pada hari kebesaran dan acara-acara adat lainnya. Bahan dasarnya antara lain polyster, sutra, katun, serat kayu, dan benang emas. Proses produksinya ada secara masal dan secara manual.

Scroll to Top