Dynand Fariz, Dari Karnaval Keluarga Menuju Karnaval Dunia

0
2480

Penerima Anugerah Kebudayaan Kategori Pencipta, Pelopor, dan Pembaru 2016. Lelaki itu, Dynand Faris, berdiri di antara baris baris anak muda yang menggunakan berbagai kostum buatan mereka sendiri. Ia menatap tajam setiap gerak dan bagian bagian dari kostum yang ditunjukkan oleh anak-anak muda Jember. Ada puluhan, bahkan ratusan,  peserta yang sedang diseleksi oleh Dynand Fariz untuk persiapan Jember Fashion Carnaval 2016.

Dynand Faris adalah pelopor dan penggagas Jember Fashion Carnaval. Ia bertindak sebagai penyelenggara sekaligus presidennya. Setelah hampir 15 tahun berjalan, karnaval yang digagasnya itu kini telah dianggap sebagai karnaval tingkat dunia dengan menduduki peringkat ketiga setelah Nottinghil (AS) dan Reunion (Perancis), sekaligus sebagai satu-satunya negara penyelenggara karnaval di Asia yang berhasil masuk peringkat tiga besar dunia.

Gagasan itu berawal dari pertemuan keluarga besar Dynand Faris. Dalam pertemuan tahunan keluarga itu ia ingin ada sesuatu yang bisa berguna bagi masyarakat Jember. Maka, gagasan itu disepakati dan dikembangkan dengan membuat apa yang kemudian mereka namakan Jember Fashion Carnaval (JFC). Pada penyelenggaraan pertama, tahun 2002, JFC melibatkan 20 orang yang berasal dari Dynand Fariz Centre. Pada penyelenggaraannya di tahun ke-14, JFC telah melibatkan 450 remaja, tampil  di jalan raya sejauh 3,6 km. Saat ini , JFC telah diikuti 21 provinsi di Indonesia, termasuk Nanggroe Aceh Darussalam, yang dianggap memiliki pandangan cukup kritis terhadap dunia fashion.

new-picture-1Tahun-tahun awal penyelenggaraan JFC adalah perjuangan yang cukup berat bagi Dynand Faris dan timnya. Masih terjadi pro dan kontra tentang JFC, meski nama JFC sendiri makin lama makin melambung sampai ke luar negeri. Setelah tahun ketujuh barulah maha karyanya itu diakui dan banyak yang mau terlibat untuk bekerja sama. Meski di tahun-tahun awal itu JFC dihadapkan pada banyak rintangan, Dynand Faris tetap pada keyakinannya bahwa apa yang dilakukannya akan berguna bagi banyak orang. JFC makin berjaya. Tak hanya di dalam negeri, akan tetapi justru di luar negeri. Tengok saja dengan prestasi terbarunya, dengan diraihnya posisi ketiga dalam “International Carnaval de Victoria 2016“ pada Arpil 2016, yang diselenggarakan di Seychelles—negara kepulauan di Samudra Hindia, masuk bagian dari Afrika—atas  undangan dan dukungan penuh dari Konjen Seychelles di Indonesia. Kegiatan itu sendiri diikuti puluhan negara yang pemilik karnaval dunia. Di festival bergengsi inilah Indonesia yang diwakili oleh JFC berada di peringkat ketiga dunia setelah Nottinghil (AS) dan Reunion (Perancis).

Tiap penyelenggaraan JFC, puluhan ribu penonton memadati tiap sisi catwalk terpanjang di dunia, yakni jalan sepanjang 3,6 km, mulai dari alun-alun kota Jember, Jalan Gajah Mada, hingga GOR Kaliwates Jember sebagai tempat pemberhentian akhir. Dalam setiap event JFC juga hadir ribuan fotografer dan media, termasuk kantor berita dunia yang datang untuk meliput JFC.

Saat ini peserta JFC di Jember terus meningkat. Meski berganti-ganti orang, akan tetapi  animo masyarakat Jember untuk dapat berpartisipasi dalam JFC makin hari makin membludak. Anak-anak dan pemuda-pemudi Jember tentu butuh tempat untuk berekspresi. Lewat JFC inilah keinginan mereka tersalurkan,untuk mengekspresikan dirinya.

new-picture-2Apalagi ratusan model itu bukanlah model-model asli yang terbiasa berlenggak-lenggok di catwalk. Mereka hanyalah sekumpulan anak-anak daerah, bahkan banyak yang berasal dari pinggiran kota Jember dengan tingkat ekonomi rendah. Penampilan mereka seolah menabrak tatanan dunia fashion yang selama ini berkiblat pada keglamoran. Yang jelas, anak-anak tersebut menampilkan kreativitasnya yang luar biasa.

Pengakuan dunia pun mereka dapatkan. Sedikit demi sedikit mereka menapaki mimpi untuk menjadikan Jember sebagai kota mode seperti layaknya Paris (Perancis) dan Milan (Italia). Tampaknya, hal itu bukan sekadar mimpi. Sebab, saat ini pun mereka sudah menjadi perbincangan kalangan fashion internasional. Memasuki penyelenggaraan JFC yang ke-15, yang  diselenggarakan pada 24-28 Agustus 2016, Dynand Faris sebagai penggagas JFC telah menyiapkan rangkaian acara  JFC dengan lebih lengkap dengan tema yang beragam: “Inilah saat bagi kita bersama, untuk bangkit dan berkarya. Indonesia to the world.new-picture-3

Dynand Fariz

Lahir    : Jember, 23 Mei 1963

Pendidikan :

  • IKIP Surabaya
  • Sekolah Mode ESMOD Jakarta
  • ESMOD Paris

Keahlian: Pelopor Jember Fashion Carnival

Penghargaan

  • Kostum Nasional Terbaik dalam ajang Miss Universe ke-63 tahun 2015 dengan kostum Chronicle of Borobudur
  • Kostum Nasional Terbaik dalam ajang Miss International 2014 di Jepang dengan kostum Tale of Siger Crown.
  • Kostum Nasional Terbaik dalam ajang Miss Supranational 2014 dengan tema Warrior of Princess of Borneo
  • Penghargaan dari Kementerian Pariwisata di bidang penyelenggara event seni
  • Penghargaan dari The Creative & Innovative Institution
  • Inspirator Social Enterpreneurship Dunia kategori Fashion Carenival di Brazil
  • Pendiri House of Dynand Fariz
  • Pendiri Indonesia Carnaval Instute
  • Pengajar di ESMOD Jakarta

2003-sekarang:

  • Jember Fashion Carnaval
  • Kostum Chronicle of Borobudur
  • Kostum Tale of Siger Crown
  • Kostum Warrior of Princess of Borneo